Senin, 31 Januari 2011
Sadarkah Kita Tidak Menghargai Berkat Tuhan ?
Senin, 31 Januari 2011 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Anakku makanya sulit sekali. Dan aku
dulu, dididik untuk tidak membuang2 dan menyisakan makanan yg sudah di
ambil, apapun alasannya. Hal ini membuatnya kemudian belajar untuk
mengambil secukupnya, tidak menumpuk makanan di piring lagi untuk
kemudian dibuang ke tempat sampah.
Bukankah uang yang dipakai untuk membeli pun juga uang kita?
Mengapa kita harus repot jika makanan itu berlebih dan dibuang?
Benar, itu uang kita. Tetapi pernahkah kita berpikir bahwa berkat itu berasal dari Tuhan dan bukan untuk disimpan sendiri, apalagi dibuang-buang?
Ketika kita menghamburkan uang untuk menyediakan makanan lebih daripada
kebutuhan lalu kemudian dibuang, apakah kita ingat ada banyak
gelandangan dan anak-anak yang kelaparan, yang mungkin akan berpesta
dengan segenggam saja sisa makanan yang terbuang itu? Ketika kita
berpesta pora, pedulikah kita bahwa di sisi lain ada anak yang tengah
menangis kelaparan?
Perhatikanlah, Tuhan tidak menyukai
sikap seperti itu. Kita bisa melihat sebuah contoh dari peristiwa yang
sudah tidak asing lagi bagi kita, yaitu ketika Yesus membuat mukjizat
yang mampu mengenyangkan 5000 orang, belum termasuk anak-anak dan wanita
lewat lima roti dan dua ikan.
Ketika itu Yesus baru saja membuat
mukjizat luar biasa dengan sisa makanan yang seadanya sehingga mampu
memberi makan ribuan orang sekaligus.
“Lalu Yesus mengambil roti
itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di
situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang
mereka kehendaki.” (Yohanes 6:11).
Mereka boleh makan sebanyak yang
mereka kehendaki. Mereka disini bukan berbicara puluhan atau ratusan,
tetapi ribuan orang. Lalu lihat ayat berikutnya berkata seperti ini:
“Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” (ayat 12).
Ketiga Penulis Injil lainnya pun
mencatat mengenai pengumpulan potongan-potongan tersisa ini. (Matius
14:20, Markus 6:43 dan Lukas 9:17. Lihatlah bahwa Tuhan Yesus
mengingatkan kita untuk tidak membuang-buang sisa makanan seenaknya. Dia
meminta kita untuk mengumpulkan sisanya, agar tidak ada yang terbuang.
Apa yang kita makan saat ini merupakan
berkat tak terhingga dari Tuhan. Ini adalah hal yang penting untuk
diingat. Itulah sebabnya dengan tidak membuang-buang makanan, itu
artinya kita menghargai berkat yang diberikan Tuhan termasuk pula
menghargai Sang Pemberinya. Di sisi lain itu juga menunjukkan bahwa kita
memiliki kepedulian terhadap sesama kita atas dasar kasih, tepat
seperti hukum kedua dari dua hukum yang terutama yang diajarkan Yesus. (Matius 22:34-40).
Dengan membuang-buang makanan seenaknya itu artinya kita tidak menghargai pemberian Tuhan dan tidak memiliki empati terhadap penderitaan sesama. Hal ini tentu bukan sesuatu yang baik di mata Tuhan. Apalagi jika kita ingat sebuah ayat yang berbunyi:
“Berilah dan kamu akan
diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan
yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang
kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Lukas 6:38).
Ada banyak orang yang lebih suka
membuang makanannya daripada dibagikan kepada sesama. Tidak perlu
jauh-jauh, mungkin tetangga kita sendiri saat ini sedang membutuhkan
makanan. Ada banyak pula yang hanya memberi karena mengharapkan balasan
atau memiliki kepentingan tertentu, bukan atas dasar kasih. Semua itu
bukanlah sesuatu yang baik di mata Tuhan. Kita mengucap syukur atas
makanan dan minuman yang terhidang di hadapan kita, dan jika kita buang,
bukankah itu artinya kita membuang berkat yang berasal dari Tuhan?
Tidakkah akan jauh lebih baik apabila kita mempergunakannya untuk memberkati orang lain?
Sudahkah kita memperlakukan berkat dari Tuhan dengan benar?
Ingatlah bahwa apa yang kita miliki saat ini bukanlah hasil usaha kita semata, tetapi juga merupakan berkat yang indah dari Tuhan.
Hari ini marilah kita bersama-sama belajar menghargai berkat Tuhan,
mensyukuri segala yang telah Dia berikan kepada kita, dan memakainya
untuk memberkati orang lain.
Membuang berkat Tuhan berarti tidak menghargai Sang Pemberi …..
Tags:
Catatan Harian
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Sadarkah Kita Tidak Menghargai Berkat Tuhan ?”
Posting Komentar