Minggu, 30 Januari 2011
Mendesain Sebuah “Rumah”:…Bisa Koq Desain Sendiri…
Minggu, 30 Januari 2011 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Membangun rumah sebagai organisasi fungsi untuk bergerak dan berinteraksi
Sebuah rumah memiliki 2 fungsi pokok :
1. Memenuhi kebutuhan pokok jasmani
dan rohani manusia, misalnya untuk memenuhi kegiatan dan pekerjaan rimah
tangga sehari2 dan harus bisa menjadi tempst untuk beristitahat
2. Melindungi mansia dari faktor2 external, misalnya cuaca, binatang dan gangguan2 luar lainnya
3. Buat rumah2 menengah : lambang kedudukan social
Manusia adalah makhluk social. Hubungan
antara kegiatan manusia dan ketergantungan dengan manusia lain, tidak
hanya terjadi pada lingkungan rumah atau pada organisasi rumah masing2,
melainkan juga sampai organisasi setiap kamar.
Setiap kira bergerak, kita mempunyai ’space’
atau area untuk bergerak. ‘Space’ tidak cuma ada di ruang tertutup,
tetapi juga diruang terbuka. Sebuah rumah, sebuah ruang tertutup, secara
jasmani dan rohani tidak hanya penampilan saja, tetapi justru soal
seperti dibawah ini yg menentukan apakah sebuah rumah itu baik atau
buruk :
1. Cahaya dan udara ( sinar matahari dan udara yg masuk ke rumah )
Sebuah rumah tropis seperti di Jakarta,
seharusnyalah di desain khusus untuk pencahayaan dan pengudaraan,
karena di Jakarta memang panas. Bila kita membuat rumah yg seperti yg
kita lihat sekarang di Jakarta ( biasanya semua ruangan tertutup ), maka
kita membtuhkan kipas angia atau AC, sehingga boros sumber daya
listrik.
2. Warna ( warna membuat suasana lebih ‘adem’ untuk istirahat, misalnya )
3. Bahan bangunan ( bahan2 mahal belum tentu baik )
4. Kebisingan ( dengan pepohonan bisa ‘menangkap’ bising )
5. Ukuran2 masing2 ruang ( ukuran yg
besar belum tentu baik, tetapi tergantung kebutuhan bergerak, misalnya, 1
orang dewasa tidur memerlukan space : tinggi 1,70 m x 0,70 m. Ini
adalah standard, jadi membutuhkan 1 tempat tidur biasa berukuran 2,00 m x
0.90 m / stadrad tempat tidur single ).
Standard2 ini berlalu untuk semua kegiatan
manusia, di rumah, di kantor, di rumah sakit, di pertokoan, dll, dimana
terdapat di buku “Standard Arsitektur Neufert”.
Suatu ruang di sebuah rumah, dapat
menciptakan perasaan2 tertentu, misalnya mengesankan ( warna2 berkilau,
biasanya untuk rumah2 show room / pertokoan ), mengancam ( monumental,
ungu, gelap / hitam ), menenangan ( cream, coklat, alami / hijau pupus,
biru ) atau semangat ( kuning, merah, cemerlang ).
Rumah sekarang, bukan hanya tempat berlindung seperti ditulis diatas, tetapi untuk lebih menjanjikan status dan kedudukan social. Rumah juga lama kelamaan berarti tempat beristirahat, membina individu / keluarga dan tempat bekerja kerumah-tanggaan.
Contoh berikut ( rumah menengah ) tentang
keluarga dokter dengan istri sebagai ibu rumah tangga yg hobynya
berkebun, seorang anak lelaki suka melukis, seorang anak perempuan
berhoby main piano dan seorang anak perempuran kecil dengan hoby membaca
buku :
1. Ayah seorang dokter mempunyai ijin praktek dirumah
Berarti rumah ini harus punya ruangan
khusus untuk praktek dokter yg menghadap jalan, tetapi tidak menjadi
satu dengan pintu masuk ke rumah itu, supaya ada akses walau pintu rumah
dikunci.
2. Ibu seorang ibu rumah tangga hoby berkebun
Berarti rumah ini harus mempunyai taman,
walau tidak luas, sehingga bisa ‘menyalurkan’ eksistensi ibu ini untuk
‘membangun dunianya’.
3. Anak laki2 hoby melukis
Berarti dia mempunyai sebuah ’studio’
lukis, tidah harus besar, bisa saja dalam kamarnya sendiri, tetapi
komposisinya harus sedikit tenang agar mempunyai privasi untuk menghayal
/ melukis.
4. Anak perempuan hoby bermusik dan mempunyai alat2 musik
Berarti ada sebuah ruangan untuk menyimpan alat music, malah bisa khusus untuk sebuah piano.
5. Anak perempuan kecil hoby membaca
Berarti harus mempunyai tempat khusus
untuk menyimpan buku2 bacaan nya, seperti sebuah perpustakaan keci,
tidak harus luar, tetapi bia bergabung menjadi satu antara ruang music
dengan perputakaan mini, justru bila didisain dengan baik, akan ada
ruangan yg bersuasana ‘cool’, mendengarkan piano / lagu2 sambil membaca.
Sebuah rumah biasanya mempunyai :
1. Ruang tamu / ruang keluarga
Ini bisa digabung, bila rumahnya tidak besar, termasuk ada area untuk nonton televisi
2. Ruang makan
3. Ruang tidur
- Bapak ibu
- Anak laki2
- Anak perempuan ( 2 orang )
- Pembantu / gudang
Ini bisa dimanfaatkan menjadi gudanh bila tidak mempunyai pembantu
- Untuk tamu
4. Kamar mandi ( minimal 2 kamar mandi )
- Di kamar bapak ibu / atau tidak ada bila rumahnya tidak terlalu besar
- Bersama ( anak2 dan untuk tamu )
- Pembantu
Biasanya bisa dipakai untuk ‘laundy’ ( cuci baju )
5. Ruang praktek dokter khusus
6. Ruang music / perpustakaan
7. Dapur
8. Ruang setrika / tempat jemur
Kalau bisa jangan menjemur terlihat dari arah depan / klo ada tamu unttuk berkesan baik
9. Taman depan dan belakang / samping dan masing2 berteras.
10. Garasi / carport
Konsep membuat rumah seperti ini, masih ada banyak konsekwensinya, yg paling utama adalah peratuan2 ijin nya. Misalnya :
1. Dari mana mendapat air bersih supaya memikirkan tempat pembuangan limbahnya / septic tank
2. Harus mempunyai bukaan2 antar rumah, untuk penghawaan dan pencahayaan
3. Garis Sepadan Bangunan / GSB untuk
jarak dari jalan ke bangunan dan kalau tananya di ‘hook’ ada
Garis Sepadan Bangunan samping
4. Dan lain sebagainya
Peraturan2 ini dibuat oeh Pemda dan jika
peraturan2 ini tidak dilaksanakan, ijin bangunan tidak akan diberikan.
Pengawasan bangunan ini ada di Dinas P2B ( Dinas Pengawasan dan
Penertiban Bangunan ) …. Lihat tulisan saya tentang “Sedikit Pemikiran untuk Jakarta : Manajemen Pembangunan terhadap Pertumbuhan Fisik Kota ( Bagian : 2 )”
Konsep kegiatan keluarga ini, kita bisa membuat table ( untuk masing2 anggota keluarga ), misalnya :
1. Persiapan ke kantor / ke sekolah
2. Makan pagi
3. Ke kantor / ke sekolah / belanja
4. Makan siang ( intuk ibu )
5. Tidur siang ( untuk ibu )
6. Menyetrika
7. Memasak untuk makan malam
8. Ayah pulang / anak2 ada yg pulang ada yg masih les
9. Hoby : berkebun, membaca, melukis, main piano, dll
10. Makan malam
11. Nonton TV
12. Membereskan untuk besok
13. Study / membaca
14. Tidur malam
Setelah itu membuat matriks, sehingga kita
bisa melihat, bahwa kegiatan2 masing2 ada yg bisa dijadikan satu
ruangan. Misalnya, antara ruang music dengan perpustakaan mini . Antara
ruang keluarga dengan ruang tamu atau antara ruang keluarga dengan ruang
makan. Sistim fungsional terbentuk, dan hubungan antar ruang bisa menjadi :
1. Hubungan erat
Misalnya, ruang makanan dengan dapur, kamar dengan kamar mandi, dll
2. Hubungan sedang
Misalnya, Taman dengan ruang tidur, jemuran dengan dapur, dll
3. Hubungan tidak terikat
Misalnya, ruang makan dengan kamar mandi, garasi dengan kamar tidur, dll
Sesudah hubungan antar aktivitas penghuni dengan fungsi ruang, maka dibutuhkan penelitian untuk ukuran ruang, berdasarkan :
1. Kegiatan fungsional individu dengan kebutuhan ruang
Misalnya, duduk, tidur, melukis, membaca ( memakai kursi dengan ‘otoman’ ), dll
2. Kegiatan fungsional bersama dan kebutuhan ruang
Misalnya, makan bersama, memasak ( ada kompor, tempat cuci pirng ), berkebun, dll
3. Kegiatan multifunfsional dan kebutuhan ruang
Misalnya, menemani tamu
4. Berkegiatan untuk bergerak
Misalnya, menyapu dan mengepel ( bolak balik ), membereskan tempat tidur, dll
Contoh sirkulasi individu untuk belajar ( duduk dimeja belajar )
Contoh sirkulasi untuk menyapu, membuka pintu, dll ( gambar dilihat dari atas )
Kesemuanya harus disediakan ruang untuk bergerak /’space’, biasanya space sekitar 20% dari kebutuhan masing2.
Dan setelah kebutuhan terlengkapi, barulah membuat denah. Konsep denah
tetap, tetapi desain tergantung dari masing2 pemilik rumah. Untuk itu
selalu terjadi interaksi antara pemilik rumah dengan desainernya /
arsiteknya.
Tags:
urban
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Mendesain Sebuah “Rumah”:…Bisa Koq Desain Sendiri…”
Posting Komentar