Selasa, 10 Desember 2013
Kaum Disabled Jangan Manja, Karena Kepedulian Itu Masih Lama!
Selasa, 10 Desember 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Tags:
metro ,
sosbud
Selalu terdapat penterjeman bagi teman2 tuna rungu
Sebelumnya :
Siapa yang mau cacat? Baik sejak lahir atau sekarang, seperti aku? Tidak akan ada yang mau cacat! Begitu juga aku!
Tetapi, ketika Tuhan memberikan fisik
yang tidak sempurna sejak lahir, atau karena sakit seperti aku, apakah
kita harus terus meratapi dan menghujat Tuhan dengan kecacatan kita?
Alangkah bodohnya mereka!
Seperti yang aku sering tuliskan pada
artikel2ku sebelumnya tentang disabled ( semua link tentang itu, ada di
akhir artikel ), warga disabled itu tetap makhluk Tuhan. Warga disabled
tetap warga negara, berarti juga warga disabled merupakan anggota
keluarga juga lingkungan kita. Walau pada kenyataannya, masih banyak
warga disabled masih merupakan ‘duri dalam daging’ bagi keluarga dan
lingkungannya.
Masih banyak warga disabled yang ‘disingkirkan’ oleh
keluarga dan lingkungannya, supaya mereka ‘tidak terlihat’ yang bisa
membuat malu keluarga dan lingkungannya.
Dalam rangka Hari Disabilitas
Internasional 2013 ini, IDCC ( Indonesia Disabled Care Community )
mengadakan konverensi nasional yang tergabung dalam NCDA ( National Conference on Disabled Awarness ) di Sampoerna School of Education ( SSE ).
Aku diminta menjadi salah satu pembicaranya. Puji Tuhan, aku bisa
menularkan konsep2ku tentang disabled kepada warga disabled sendiri,
bahkan juga untuk warga normal. Karena peserta konverensi ini bukan
hanya warga disabled saja, tetapi warga normal disekelilingnya, yang
peduli.
Konsepnya jelas, bahwa warga disabled
itu mempunyai mimpi2 yang sama. Warga disabled itu ingin membaur dengan
warna normal dan bercanda bersuka ria dengan warga normal. Warga
disabled itu juga merupakan warga negara biasa. Jadi tidak seharisnya
warga disable itu ‘tersia-sia’ dan sering justru hanya untuk dikasihani
belaka …..
Acara konverensi ini selama 2 hari :
Sabtu 7 Desember 2013 dan Minggu 8 Desember 2013. Aku anya bisa datang
di hari Sabtu nya, setelah sosialisasi ‘Internet Sehat dan Aman’ tentang
Parenting Cotrol bersama sahabat2 IDKITA Kompasiana dan Kowani di
Indosat, pada pagi harinya.
Sekitar jam 13.30-an, kami sampai di SSE
dan aku langsung menuju ruang dimana aku harus menjadi pembicara. Sejak
pagi, mereka mengadalan diskusi dan seminra sampai talkshow tentang
peranan disabled dan keinginan disbled Indonesia. Setelah makan siang,
peserta konverensi dibagi dalam beberapa katagori sesuai dengan
peminatan, seperti pendidikan, hukum dan pekerjaan. Dan aku diminta
sebagai pembicara dalam peminatan ‘pekerjaan’, sebagai seorang perempuan
disabled yang bekerja. Jadi, aku mengambil tema khusus, adalah
‘disabled yang bekerja’ sesuai dengan perananku dan sebagai praktisi.
Aku berbicara, dengan seorang
penterjemah bagi tuna rungu serta pembuat MOM dan diliput oleh Kompas
TV. Peminatan ini cuup banyak yang datag, sekitar 100 orang, berbaur
warga disabled dan normal.
Judul diskusi dan pembicaranku adalah :
“Warga Disabled sebagai Asset Bangsa : Sebuah Perenungan Diri”
Tulisan ini sendiri akan aku posting setelah postingan ini.
Aku dan Bu Penny Handayani, sebagai pembicara dalam peminatan ‘pekerjaan’
Sekitar 1 jam 45 menit, aku dan
pembicara lainnya ( Bu Penny Handayani - Dosen Psikologi Universitar
Atmajaya ) selesai bicara, diskusi dengan tanya jawb yang seru berubah
menjadi studi kasus tentang seorang normal tetapi menjadi disabled dan
bagaimana jika dilihat dari beberapa sisi : HRD dari sebuah perusahaan,
Hukum, LSM dan Dinas Sosial. Ketika aku berbicara tentang kesempatan
bekerja sebagai disabled serta apa yang aku alami sebagai warga
disabled, langsung disambut dengan baik dari sisi spikologinya.
Sehingga, paparan 2 orang pembicara di peminatanan pekerjaan ini, sesuai
dengan yang diharapkan untuk warga disabled harus tetap SEMANGAT, BERJUANG, BERKARYA sambil BERDOA untuk mencapai mimpi2 mereka ……
Kelompok diskusi tuna rungu dengan penterjemahnya
Hasil diskusi ini dirangkum sebagai Deklarasi untuk diberikan kepada Pemda DKI
Studi kasus ini sangat menarik dan dalam
waktu singkat mereka memberikan kesimpulan, arahan dan keinginan dalam
bentuk tulisan, yang akhirnya di resume-kan sebagai DEKLARASI
yang nantinya akan dibawa kepada Gubernur DKI untuk bisa
dipertimbangkan, di resapi bahkan dibanguna sebuah fasilitas2 fisik
untuk warga disabled.
Bu Endang ( IDCC, mama Habibie
Afsyah ) membacakan Deklarasi Pancoran dan langsung diserahkan kepada
Drs. Usep sebagai Pemda DKI Jakaata
Dan dalam Talkshow terakhir pada akhir
acara di Aula Utama, ternyata seorang Drs. Usep Setya Mulya, MM ( Kepala
Bagian Sosial Prov. DKI Jakarta ) adalah sebagai wakil dari Bapak Joko
Widodo sebagai Gubernur DKI Jakaarta dan wakil dari Bapak Ahok sebagai
Wakilnya. Sehingga Deklarasi ini langsung di berikan kepada Bp Usep
kepada Bp Jokowi dan Bp Ahok …..
Dan acara hari itu benar2 sukses …….
***
Acara NCDA ini merupakan kegiatan yang
sangat2 inspiratif! Sebagian besar adalah warga disabled ( tuna rugu,
tuna netra, dan tuna2 yang lain, termasuk disabled karena sakit seperti
aku dan beberapa sahabat ). Tetapi aku tidak pernah mendapatkan wajah2
yang muram, sedih atau marah! Mereka datang dan bertemu denga
lingkungan yang sangat bisa mengerti mereka, serta pembauran terasa
dimana2 ……
Diskusi2 kecil sebelum dan setelah acara dimulai,untuk menyamakan visi dan bertemu dalam sebuah noktah kepedulian yang sama …..
Sedikit wawancara dengan KompasTV,sebelum mereka datang kerumahku untuk melanjutkan wawancaranya …..
Bahwa antara disabled sambil tertawa
terbahak2, bisa menyelingi candaan teman2 yang normal, walau menyangkut
‘ke-tuna-an’ mereka. Dan dengan demikian, aku merasa bahwa ‘jika dunia
seperti ini, alangkah damainya ……’
Wajah2 serius dan sumringah selalu ada dalam pembaruan bagi wrga disabled dan non-disabled …
Ketika aku berbicara di depan ruangan
itu, berbondong2 teman2 disabled berbaur dengan teman2 normal untuk
mendengarkan tentang yang kami paparkan. Seorang penterjemah kedalam
bahasa tangan untuk tuna rungu, siap menjalankan tugasnya. Jadi, semua
yang ada dan pembicarn di tempat itu diterjemahkan untuk teman2 tuna
rungu.
Sekilas mungkin ruangan itu biasa2nya
saja. Tetapi jika diperhatikan ( apalai aku sedng berada di depan
ruangan untuk siap berbicara ), di sebelah kananku banak teman2
‘berbicara’ dengan bahasa tangan.Mungkin mereka menanyakan sesuatu dan
temannya atau si penterjemannya membalasnya. Jadi ruangan itu sangat
sepi dengan banyak tangan2 yang bergerak, menandakan ‘keramaian’ sebuah
komunitas tuna rungu ……
Sebuah ruangan atau sebuah kegiatan yang sangat sangat dan sangat inspiratif !!!
Sering kali bulu tanganku serta bulu
kudukku meriding, ketika aku melihat kegiatan ‘keramaian dalam
keramaian’ itu. Kadang2 aku mengusap mataku yang sedikit basah, dan
sering kali juga aku membiarkan hatiku berkembang dalam kasih.
Semangatku berkobar dalam ‘keramaian’ mereka dan aku sangat bersyukur
dengan acara2 seperti ini. Tidak ada kegiatan yang se-inspiratif ini!
Wadah kepedulian yang seharusnya terus dan selalu ada demi terciptanya KEPEDULIAN BANGSA untuk mencapai masa depan bangsa bagi generasi2 penerus.
Terakhir tetapi merupakan jawban atas
acara ini adalah dengan pidato penutupan oleh Valentino. Dan aku benar2
tersentak, dan aku yakin juga bahwa semuanya apalagi untuk warga
disabled, pasti tersentak!
Bahwa warga disabled itu
janganlah MANJA! Bahwa warga disabled tetap mempunyai mimipi2 yang sama,
tetapi semuanya tetap harus diperjungkan! Perjuangan warga disabled aku
yakin, akan lebih berliku dibanding dengan warga normal, PASTI! Apalagi
dengan belum banyak fasilitas da kepedulian Indonesia tentang ini.
Warga disabled harus lebih semangat, lebih mandiri dan lebih kuat untuk
bekerja dan berkarya!
Pidato penutup dari Valentino yang membuat semua orang terhenyak! Benar2 ‘out of the box!’
Jika warga disabled hanya
menunggu pemerintah atau warga normal untuk melengkapi fasilitas2 serta
kepedulian2 untuk mereka, mau sampai kapan? Mau kapan? Karena KEPEDULIAN
ITU AKAN MEMAKAN WAKTU LAMA! Mungkin juga sampai kita matipun,
kepedulian itu BELUM terjadi …..
Tentang fasilitas kota pun, hanya kan
menjadi momentum saja. Fasilitas2 itu mungkin bisa dibangun, tetapi jika
kepedulian itu belum muncul, fasilitas2 itu hanya sebagai ‘cara’ bagi
warga normal untuk tetap tidak menghiraukan dan tidak mempedulikan warga
disabled.
Contohnya,
Parkir khusus untuk mobil disabled,
ternyata yang ada disana adalah warga normal dengan memberikan uang bagi
satpam ( ini sudah sering dilakukan dan aku sering menjadi ‘korban’
dengan susahnya menaik-turunkan kursi rodaku dari mobil karena terlalu
jauh ke tempat itu ).
Atau juga ibu2 hamil ( termasuk dengan
disabled = tidak bisa / belum bisa berbuat banyak secara fisik ) harus
berdiri di bus, sementara warga normal duduk dengan santainya. Padahal
sudah menjadi kepedulian kita untuk mempersilahkan mereka untuk duduk di
tempat di dalam bus.
Sekarang, marilah kita
mengasah hati kita dengan kasih, melihat lewat mata kita serta menyerap
apa yang kita lihat kedalam otak dan pemikiran, untuk bisa bergandengan
tangan dalam pembauran sebagai sama-sama makhluk Tuhan. Karena Kasih
Tuhan bukan melihat dari fisik kita, tetapi adalah sebuah pancaran hati
kita yang sesuai dengan keinginan2 NYA …..
Salam disabled, Tuhan berkati …..
Aku dan Valentino dengan sahabat2ku ( yang normal dan insan pasca stroke )
Link tentang disabled :
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Kaum Disabled Jangan Manja, Karena Kepedulian Itu Masih Lama!”
Posting Komentar