Kamis, 24 Oktober 2013
Pak Heru, Pasca Stroke Lumpuh ½ Tubuh Kiri, ‘Sembuh’ Melalui Iman
Kamis, 24 Oktober 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Tags:
Kesehatan ,
sosbud ,
Sosok
Aku, mas Yudha, pak Heru dan bu Heru di rumahnya di Bogor …..
Semakin lama aku terus meyakini, apa
yang Tuhan mau dalam keterbatasanku. Dulu, ketika aku masih sehat,
apakah aku bisa berpikir bahwa suatu saat aku akan cacat? Apakah aku
pernah berpikir bahwa aku harus berusaha untuk bisa bertahan dengan
keterpurukanku?
Dan apakah aku mau berpikir tentang rencana Tuhan dalam
hidupku, terutama masa depanku? TIDAK! Sama sekali Tidak! Bahkan, dengan
sombongnya aku pernah menyatakan diriku sendiri, bahwa ‘aku tidak butuh
siapapun, masa depanku merupakan perjuanganku sendiri’.
Walaupun aku
tetap berdoa kepada Tuhan memohon berkat, tetapi sekali2 aku tidak
berusaha untuk ‘mendengarkan’ perintah Tuhan untuk aku mau beristirahat
dalam menyelesaikan tugas2ku dalam pekerjaanku. Sehingga, Tuhan
mengijinkan aku sakit, seperti sekarang ini …..
Ketika sekarang sudah hampir 4 tahun
dalam keterbatasan, aku semakin yakin bahwa ‘inilah yang Tuhan inginkan
untuk hidupku’, sehingga dengan bahagia aku memberikan hidupku untuk
melayani NYA melalui banyak orang, melalui insan pasca stroke, melalui
anak2 dan remaja, melalui perempuan2 serta melalui insan disabled.
Melalui Kasih Tuhan, aku bisa melewati badai kematian dalam hidupku
sampai 3x, sehingga aku bisa melihat betapa besar Kasih Tuhan padaku!
Kematian demi kematian yang menghadang hidupku itu menandakan bahwa
masih ada TUGAS yang harus aku selesaikan di dunia ini.
Yang pasti, Tuhan mau aku mendampingi
anak2ku menuju masa depannya. Siapa lagi kalau bukan aku? Jadi, aku
terus bekerja keras untuk mereka. Yang terakhir, aku meyakini bahwa
Tuhan mau aku melayani sesama. Bagaimana? Lhaaa, aku sendiri pun cacat!
Terbatas! Bahkan untuk diri sendiri saja belum 100% mandiri! Bagaimana
untuk melayani?
Ternyata, Tuhan membuka tingkap2 langit
NYA untuk Kasih NYA terus mengiring langkahku. Sedikit demi sedikit, aku
mampu mengahsilkan buah2 kasih lewat keterbatasanku. Artikel2ku tentang
stroke dan kanker, menjadikan 3 buah buku, yang hasilnya separuh aku
persembahkan kepada Tuhan. Dan Tuhan mengirimkan malaikatnya yang
terbaik dalam mendampingiku untuk terus aku bisa berkarya dalam nama
Tuhan!
Dari buku2 itu sudah menjadi berkat
untuk sesama. Selain buku2 itu aku bagikan untuk sesama dalam memotivasi
bagi insan pasca stroke yang tidak bisa mendapatkannya, aku juga sudah
bisa memberikan beberapa kursi roda bagi yang memberikan, dan
Puji Tuhan, semain lama aku semakin berbahagia untuk bisa terus berbagi dan melayani …..
***
Dalam rangka pelayananku ini, sejak awal
tahun 2013 ini, sebuah radio menyatakan kepeduliannya bagi insan pasca
stroke ( IPS ), dan aku diminta sebagai nara sumber selama tahun ini
dengan mas Yudha sebagai penyiarkan dalam program yang memang dibuatka
untuk ini, ‘Weekend Spirit’ setiap Sabtu jam 16.00-17.00 di Radio Pelita
Kasih ( RPK ) 96.3 FM ( lihat tulisanku RPK 96.3 FM : ‘Ketika Tuhan Sedang Merenda’, RPK 96.3 FM : Menggandengku untuk Berbagi dalam Kesaksian Setiap Sabtu Selama 2013, dan ‘Weekend Spirit’ : Berbagi dalam kekurangan dan Keterbatasanku ).
Dan
semakin hari, pelayananku menjadi berkat bagi mereka. Banyak yang SMS
bahkan telpon langsung di radio. Ada yang aku balas langsung lewat radio
pada saat on-air, tetapi ada juga yang minta nomor telponku langsung.
Biasanya aku balas setelah selesai siaran.
Untuk yang aku balas ‘japri’, biasanya
kami bisa saling memotivasi, sharing bahkan saling menguatkan. Seperti
misalnya kisah hidup pak Didin ( lihat tulisanku Pak Didin, Stroke Survivor yang Mulai Bangkit dalam Keterpurukannya dan Dalam 3 Hari Saja, Pak Didin Insan Pasca Stroke sudah ‘Sembuh!’ ).
Dan siaranku yang kesekian puluh sekitar
2 minggu lalu, seorang anak seumuran denganku, meminta nomor telpon ku
di acara ‘Weekend Spirit’, mba Dewi namanya. Aku SMS dia setelah
selesai, dan kami banyak berbicara dari hati ke hati, berdiskusi tentang
papanya, pak Heru, yang terserang stroke 14 bulan yang lalu tetapi
beliau sangat depresi dan ‘marah’ kepada Tuhan. Sehingga mba Dewi pun
mulai putus asa dengan beliau. Tidak mau melakukan apapun, bahkan hanya
berdiam diri saja …..
Seketika itu juga, hatiku tergerak untuk mendatangi keluarga mereka yang tinggal di Bogor …..
Heh ??? Bogor ???
***
Tidak gampang untuk aku berjalan lumayan
jauh ke Bogor, untuk pelayanan. Karena aku sangat tergantung kepada
banyak orang. Harus ada supir dan teman untuk membantuku
berjalan,apalagi aku berencana memberikan sebuah kutsi roda untuk pak
Heru dan 2 buah buku-ku tentang stroke. Sehingga baru 2 minggu setelah
janjiku, aku bisa kesana diantar mas Yudha, penyiar ‘Weekend Spirit’,
dengan mengendarai mobil RPK.
Jalan kkecil di depan gang rumah pak
Heru di Bogor. Foto diatas adalah gang kecil, untuk masuk ke deretan
rumah2, salah satunya adalah rumah pak Heru.
Kemarin, kami berdua ke Bogor. Aku sudah
bertelepon dengan mba Dewi. Sedikit ke luar kota, di daerah Loji di
jalan Darul Quran, di belakang Gedung sebuah partai. Mba Dewi aku telpon
untuk menjemputku. Ya, ternyata kami harus melewati gang sempit untuk
memasuki rumah mereka. Aku dituntun oleh mba Dewi dan mas Yudha membawa
kursi roda serta buah tangan dari kami.
Membuka, menyiapkan dan menghadiahkan sebuah kursi roda untuk pak Heru …..
Setelah bersalaman dan memperkenalkan
diri masing2, kami mulai berbicara dari hati ke hati. Pertama, aku
bersalaman dengan Ibu Heru yang selalu setia mendampingi suaminya, juga
mba Dewi sebagai anak yang berbakti. Lalu aku menggenggam tangan pak
Heru. Sebuah tubuh yang lumpuh sebelah kiri, sama sepertiku ( hanya aku
lumpuh sebelah kanan ), cukup kaku karena belum pernah di gerak2an.
Dingin dan kaku ……
Sambil saling bercerita, pak Heru sering
menangis dan terbata2 selalu mengatakan bahwa ’seharusnya dia yang
datang kepadaku karena aku lebih berat darinya, bukan aku yang datang
kepadanya’.
Aku selalu mengusap2 tangan kiri pak
Heru, beliau seumur papa, ketika papa dipanggil Tuhan, Maret 2013 lalu,
74 tahun ….. Dan aku terus teringat papa …..
Ah … pak Heru, aku lebih suka
melayani dari pada dilayani, untuk memberikan kesaksian bahwa Tuhan itu
luar biasa, sehingga aku yang dulunya di vonis hanya bisa berbaring
saja, tetapi sekarang aku bisa melakukan apa saja bahkan bisa melayani
NYA lewat orang2 yang membutuhkan! Luar biasa Tuhan Yesus!
Sebuah rumah kecil, dikontrak oleh
keluarga itu, yang berprofesi sehari2 melayani pegawai rumah sakit,
memasak di sebuah kantin rumah sakit, di depan gangnya. Aku melihat
keadaan sekeliling. Bahkan meja kursi tamupun tidak tersedia, dan kami
duduk di kursi2 plastik. Ya Tuhan! Mataku memerah. Sangat mengerti jika
pak Heru ‘marah’ kepada Tuhan. Sehari2nya setelah stroke, pak Heru hanya
duduk di kursi plastiknya, setelah dimandikan dan makan pagi.
Untuk ke toiletpun pak Heru tidak mau
meyusahkan keluarganya. Mereka ber-6 tinggal di rumah itu : Pak Heru, bu
Heru, mba Dewi dengan suaminya serta 2 cucu mereka ( anak2 mba Dewi ).
Hanya duduk dengan ember di bawahnya, untuk buang hajat. Ya Tuhanku
Yesus Kristus …..
Aku selalu memegang tangan kiri pak
Heru, sambul ngobrol. Seelah kursi roda dibuka dari doosnya, dan di
siapkan oleh mas Yudha untuk pak Heru duduk disana, kami mulai
bercengkerama. Aku memijat2 tangannya, berusaha untuk membuka jari2nya
dan mengusap2 agar tidak dingin. Beliau tidak merassakan apa2, terus
bercerita dan semakin siang, aku merasa hatinya mulai ‘terbuka’ untuk
Kasih Tuhan …..
Tuhan memang luar biasa! Perlahan, Roh
Kudus masuk ke dalam hati kami. Pak Heru semakin ceria. Kata2nya lancar,
yang kata mba Dewi sebelumnya sangat tidak lancar. Wajah pak Heru
bersinar2 dan memerah. Aku yakin, Roh Kudus sudah bertahta dalam
hatinya, Puji Tuhan!
Aku, Pak Heru, bu Heru dan mba Dewi, pendengar setia RPK program ‘Weekend Spirit’ …..
Dan kami makan siang bersama disiapkan oleh bu Heru, hasil masakan kantin mereka …..
***
Jika kita terus percaya,
jika kita terus berserah, Tuhan tahu hati kita. Pertolongan Tuhan akan
datang, sesuai dengan waktunya. Tetap semangat! Tetap tersenyum!
Percayalah, semua akan ada waktunya ….
Kesembuhan untuk pak Heru, atau untuk
semua orang, bahkan untukku, adalah soal waktu. Bagaimana kita
menyikapinya saja, kesembuhan adalah hanya ‘baju’. Yang penting adalah IMAN dan PERCAYA. Dan yang paling penting untuk ‘penyembuhan’ kita masing2 adalah KASIH!
Bahwa dengan Kasih berarti kita terus berusaha untuk melayani NYA lewat orang2 yang membutuhkan.
Dan itu lah KARYA PENYEMBUHAN Tuhan yang sebenarnya, untuk kita semua …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Pak Heru, Pasca Stroke Lumpuh ½ Tubuh Kiri, ‘Sembuh’ Melalui Iman”
Posting Komentar