Rabu, 30 Oktober 2013
Menyusuri Panjang Jalan Singapore di Atas Kursi Roda
Rabu, 30 Oktober 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Tags:
Jalan-Jalan
Sebelum sakit sekitar 4 tahun lalu,
paling tidak 1 tahun sekali kami berwisata ke negeri lain. Karena
untukku, pengalaman adalah pemberlajaran yang tidak ada di tempat lain.
Bahwa berwisata ke manapun merupakan pengalaman dan harga yang tidak
bisa dinilai dengan uang. Berwisata adalah untuk ‘membuka mata’ kita,
benar2 membuka mata dalam artian harafiah, atau membuka mata hati kita,
bahwa masih banyak yang tidak kita ketahui, masih banyak keindahan yang
belum kita lihat, sehingga memacu semangat untuk melihat dunia, lebih
detail lagi. Tabunganku lebih aku pergunakan untuk berjalan2, dibanding
untuk investasi, jika kebutuhan hidup kita sudah tercukupi.
Tetapi setelah aku sebagai insan pasca
stroke ini, aku baru berwisata ke luar negeri sejauh Singapore saja.
Secara aku belum mampu berjalan jauh dengan kondisi otakku yang cacat,
serta aku harus ‘berjalan2′ diatas kursi roda, dan itu membutuhkan
‘tenaga’ ekstra untuk salah satu keluargaku mendorong kursi rodaku.
Sehingga diputuskan Juli 2012 lalu kami ber-5 berwisata ke Singapore,
sebuah negara kecil terdekat dengan Indonesia, dan hanya sekitar 1,5 jam
dari Jakarta.
Bisa beberapa dilihat tulisanku tentang kami di Singapore
:
Pedestrian sepanjang Singapore River menuju Circulair Quay …..
Catatan perjalananku menyusuri kota Singapore, ketika kami keluar dari
hotel kami waktu itu, di sekitar Circulair Quey, Hotel Robinson. Sebuah
hotel cantik, tidak terlalu besar dan berada di tepi Singapore River.
Setiap hari sehabis makan pagi, anak2ku bergantian mendorong kursi
rodaku, dan papaku almarhum mendorong kursi roda milik mamaku.
Bersama
sambil bercanda, kami selalu menyusuri Singapore River, yang bersik dan
apik. Pedestrian sepanjang sungai, sangat nyaman, cukup lebar dan ramah
terhadap kaum disabled. Semuanya selalu memakai ramp sehingga jalan2 di
atas kursi roda sangat nyaman dan aman. Bahkan jika menyeberang jalan
atau menembus jalan lewat kolong jembatan, justru merupakan pengalaman
yang lain.
Pedestrian yang luar biasa nyaman untuk kaum disabled memakai kursi roda, sepertiku …..
Warga Singapore atau wisatawan2 yang ada
disana, sangat menghormati kaun disabled. Mereka selalu ramah untuk
mendahulukan kami, bahkan tidak segan untuk membantu jika butuh dibantu.
Suasananya sangat kondusif, dan sama sekali tidak ada perasaan takut
atau malu melihat warga disana. Sehingga, diatas jam 22.00 pun, kami
sama sekali tidak merasa takut, menyusuri jalan2 Singapore menuju hotel
kami. sepertinya, bukan karena mereka peduli dengan kaum disabled saja,
tetapi terlihat bahwa keamanan merupakan ‘kunci’ bagi Singapore yang
salah satunya wisata adalah meraup pundi2 penghasilannya.
Di bawah jembatan, siang dan malam hari, tetap aman dan nyaman …..
Pedestrian sepanjang jalanan Singapore
sangat nyaman. Besar, selalu dirindangi oleh pepohonan, memakai material
halus untuk kursi roda, dan saling menyambung. Antara pintu masik
memang tidak ada pedestrian tetap jika kita berada di kursi roda, kita
akan lebih memahami bahwa perbedaan level di sebuah permukaan akan
berakibat sebuah kursi roda susah untuk bergerak, harus diangkat karena
perbedaan level sekecil apapun menjadi berbahaya bagi yang menggunakan.
Dan Singapore sangat memikirkan hal itu …..
Jalan2 di daerah Brass Basa dan CBD Padang, sangat nyaman untuk pejalan kaki Singapore ….
Di sekitar Hills Street dan Fort Canning. Pedestriannya nyaman dan bisa sekedar duduk2 disana …..
Di daerah The Esplanade, Marina Bay
Ketika kami berada di suatu titik
‘meeting point’ dimana pedestriannya lebih luas dan lebih nyaman untuk
beristirahat, Singapore memberikan kenyamana lain untuk kami. Bench2
cantik dan terawat, taman2 kecil dengan ringannya pohon samanea Saman
yang menaungi kami, adalah ‘hadiah’ bagi warga serta wisatawan disana,
khususnya kami atau beberapa warga yang sengaja berjalan menyusuri
jalanan Singapore, untuk menikmati suasana yang pastinya tidak akan
pernah banyak orang lakukan jika masih ada kendaraan.
Ya, aku sangat
yakin tentang itu, karena pada dasarnya manusia itu lebih memilih untuk
berkendara dibandingkan dengan berjalan kaki …..
Di daerah Circulair Quay
5 hari kami melakukan ini, khusus untuk
berjalan2 menikmati pedestrian Singapore dan kami sangat puas!
Selebihnya sisa 3 harinya, kami berkendara untuk menjelajah Singapore
sampai ke Sentausa Island. Salah satu mimpiku adalah memberikan
kenyamanan bagi warga Jakarta untuk pejalan kaki dengan pedestrian yang
ramah bagi siapapun. Tiap detail selalu aku rekam dan aku abadikan untuk
sebuah referensi. Siapa tahu aku bisa mewujudkan mimpi2ku ini, entah
bagaimana caranya.
Titik demi titik kulalui, dari Circulair Quey menyusuri Singapore River ( lihat tulisanku Circulair Quay : Surga Bagi Kaum Muda Singapore ), menuju Padang berkeliling ke The Esplanade ( lihat tulisanku The Esplanade : Sebuah Arsitektur Pusat Seni di Singapore ), lalu sampai ke Marina Bay ( lihat tulisanku Kawasan Marina Bay, Singapore : Sebuah Inovasi komprehensif dan Interaktif ), sampai sore menuju The Singapore Flyer ( lihat tulisanku The Flyer Singapore : Roda Raksasa Terbesar di Dunia ), ke taman cantik Singapore ( lihat tulisanku Garden by The Bay : Ruang Hijau Baru yang Menakubkan untuk Singapore ), dan makan malam di Lou Passat (
Lihat tulisanku Wisata Kuliner di LouPassat Singapore ).
Khusus di sekitar Orchard Road ( lihat tulisaku Orchard Road Singapore : Sudah Tidak Menarik Lagi sebagai Surga Berbelanja ),
aku lebih mengamati tentang kehidupan sosialnya sambil juga mengamati
detail pedestriannya, karena Orchard Road pasti sudah lebih nyaman untuk
berbelanja sehingga aspek sosialnya lah dari atas kursi rodaku ini,
catatan perjalananku berakhir …..
Kami ber-5, menyusuri panjang jalan di Singapore, menjadi pengalaman yang tak terlupakan …..
***
Ketika sebuah perjalanan membuat kita bisa merenung tentang
lingkungan kita, seharusnya lah kita mencatat dan menjadikan perjalanan
ini sebagai referensi untuk sesuau yang lebih baik. Sebuah perjalanan
dalam berwisata itu bukan hanya untuk bersenang2 saja, tetapi ( harus )
bisa menjadikan pengalaman itu sebagai tempat pembelajaran untuk
kehidupan sehari2.
Justru keadaanku seperti
sekarang ini, yang belum sanggup berjalan sendiri di atas kedua kakiku,
membuat aku berkesempatan untuk menyusuri pedestrian Singapore, untuk
sebuah catatan perjalanan yang sangat berharga, apapun wujudnya. Dan
Tuhan sudah merencanakan ini, sesuai dengan kehendaknya …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Menyusuri Panjang Jalan Singapore di Atas Kursi Roda”
Posting Komentar