Rabu, 30 Oktober 2013
Hamil Kedua dengan Kesakitan yang Lebih Mencengkeram
Rabu, 30 Oktober 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sebelumnya :
Dennis sudah lahir, 20 Mei 1996. Aku
bahagia sekali. Anak itu tampan sekali. Rambutnya hitam dan kriwil.
Seperti aku dan papaku. Dennis tumbuh menjadi seorang anak yang luar
biasa. Sepertinya tidak ada tanda2 yang bisa menjadikan Dennis dengan
perilaku yang bermasalah, karena myoma ku selama di rahimku ….. Seperti
yang dikatakan dokter anak, dulu …..
Aku benar2 bahagia. Dan aku tetap
check-up ke dokter karena myoma ku harus terys dipantau. Barangkali aku
bisa ‘membuangnya’, sebelum aku hamil yang kedua.
Setelah masa 40 hari melahirkan, aku
diminta terapi ulang ke rumah sakit. Dan terapiku dimulai beberapa waktu
setelah itu. Hampir setiap hari aku di Diathermi. Dan myomaku mulai
mengecil, kisut dan kempes. Tetapi lama kelamaan, aku bosan dengan
terapi2 itu. Karena aku harus berangkat lebih pagi sebelum ke kantor,
antri lama dan sampai kantor pasti lebih jam 10.00, sehingga kadang2
pekerjaanku agak berantakan. Sehingga, beberapa kali aku berhenti untuk
terapi.
Tetapi yang jelas, paling tidak aku 6
bulan sekali harus kontrol ke dokter kandunganku, Dr Eriyono untuk
memantau myomaku. Sampai pada saat aku ingin mempunyai anak lagi dengan
hamil lagi, aku fokus untuk terapi agar myomaku tidak mengganggu aku
lagi. Dan sekitar 3 tahun Dennis lahir ( sekitar tahun 1998, sesaat aku
baru mengalami ‘massal lay-off karena krismon ), aku hamil lagi …..
Kehamilanku yang kedua ini sangat
membuat aku deg2an, karena ternyata myomaku sudah berubah menjadi tumor
yang sangat membahayakan. Dan karena aku sudah hamil, dokterku tidak
bisa berbuat apa2, selain terus memantau tumorku. Katanya ( kalau tidak
lupa ), kemungkinan besar
janinku harus digugurkan jika memang
kandunganku bermasalah dan aku bisa meninggal …..
Heh ??? Apa ???
Aku ingat betul! Aku memang takut,
tetapi aku tidak mau kehilangan janinku untuk kedua kali nya, setelah
aku keguguran sebelum hamil Dennis. Apalagi jika keguguran ini, aku tahu
dan memang aku sadar untuk menggugurkannya sendiri! Tidak! Sekali-kali,
TIDAK !!!
Mulailah, saat-saat yang paling
mendebarkan, ketika kehamilanku setelah Dennis mengalami masa2 yang
lebih buruk lagi, dibanding dengan sewaktu aku hamil yang pertama
setelah keguguran …..
***
Seperti sewaktu aku hamil Dennis, mulai 3
bulan kehamilan aku benar2 merasa di ujung tanduk dalam hidupku.
Walapun aku tidak dirawat di rumah sakit ( sewaktu hamil Dennis, aku
ber-rest di rumah sakit sejak 3 bulan kehamilanku ) karena semata2 aku
lebih memilih untuk bersama2 dengan Dennis, aku tetap harus
beristirahat, sehingga aku sempat tidak bekerja untuk memelihara
kehamilanku dengan tumor. Setiap hari, aku tetap harus sering berbaring
karena perutku mengeras, sama seperti kehamilan Dennis. Sampai pada saat
menginjak bulan ke 6, aku tidak tahan lagi, dan harus di rawat di rumah
sakit …..
Tinggal di rumah sakit yang sama. Dokter
yang sama dan suasana dan lingkungan yang sama. Bedanya adalah aku
mempunyai seorang anak yang tampan, Dennis, yang setia menghiburku jika
aku seakan tidak tahan lagi dalam kesakitan. Dengan tawa cerianya,
Dennis mampu menghibur aku. Mama dan papaku tetap setia untuk terus
mendampingiku, sambil mengajak Dennis untuk setia di samping ku.
Dennis benar2 pelitaku. Ketika aku dalam
kesakitan karena tumor itu ‘menggerogoti’ makanan yang aku berikan
untuk janinku, dan janinku berontak, begerak sehingga dia bergeser2
kesana kemari. Sakitnya luar biasa! Dan dengan ketawa cerianya,
senyumannya serta kepalanya yang bundar dan rambutnya yang kriwil, itu
sungguh mampu membuat aku tersenyum …… Tuhanku …..
Sekitar 3 bulan sebelum melahirkan
bayiku yang kedua ( kehamilan yang ke-6 bulan ), tumorku sangat
menggangguku. Kesakitan2 itu lebih lagi dibanding ketika aku hamil
Dennis. Selang infusku tidak mampu membendung obat2an yang harus masuk
ketubuhku, sehingga kadang2 dokter menghentikan obatku atau menurunkan
dosisnya.
Kaki dan tanganku benar2 bengkak, semuaya seperti seorang
perempuan yang bengkak seperti gajah. Dan aku tetap tidak bisa bergerak
karena perutku semakin mengeras serta sakit sekali …..
Hampir setiap saat, Dr Eriyono datang ke
kamarku dimana aku dirawat di rumah sakit itu. Karena aku benar2 tidak
tahan dengan sakitnya. Tapi bagaimana? Kandunganku baru berumur 6 bulan!
Tidak mungkin untuk dilahirkan karena waktu itu berat bayiku baru 1 kg!
Tapi juga, bagaimana dengan tubuhku yang tidak bisa menerima obat2an
lewat selang infus lagi, karena bengkak? Apa yang harus aku pilih?
Ya Tuhan ….. berapa lama lagikah,
aku harus terus bertahan? Rasa sakitku yang terus bertambah, tubuhku
yang biru2 bengkak serta tumorku yang terus melahap makanan yang
seharusnya ditujukan untuk bayiku ….. Tuhanku ….. Tuhanku …..
Dengan sisa2 kekuatanku, terus aku
usahakan untuk terus bertahan. Setiap saat, kesakitan terus melandaku.
Aku lupa, siapa saja yang terus setia mendampingiku, selain kedua orang
tuaku dan Dennis, anakku. Bahkan canda dan tawa Dennis pun tidak mampu
membuat aku tersenyum karena kesakitan yang amat sangat mencengkeramku
…..
Aku pasrah, jika Tuhan mengambil nyawaku, dan bayi ini …..
Tuhanku …. Tuhanku …..
Dari buku ke-3 : “Ketika Tuhan Masih Memberikan Aku Hidup”
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Hamil Kedua dengan Kesakitan yang Lebih Mencengkeram”
Posting Komentar