Senin, 16 September 2013
Pantai Balangan: Eksotisme Sebuah Bali yang Sebenarnya
Senin, 16 September 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Siapa yang tidak tahu Bali? Seluruh dunia pasti tahu!
Siapa yang tidak tahu Pantai Kuta,
Pantai Sanur, Pantai Lovina atau seputaran Nusa Dua di Bali? Pasti
semuanya tahu! Bahkan mereka akan menginap di tempat2 tersebut, atau
tempat2 lain seperti Ubud, Seminyak, Jimbaran atau yang lain.
Ya, sepertinya tempat2 itu semua sudah
mengetahuinya ketika bertandang ke Bali. Sebuah pulau, negeri kahyangan,
dunia antah berantah, Bali merupakan tempat yang sangat eksotis bagi
semua orang! Bukan hanya sekedar tradisi, budaya, dan keramah-tamahan
pendudukanya saja, tetapi dengan kurs dollar yang semakin tinggi, Bali
merupakan surga bagi turis manca negara, salah satunya dengan murahnya
penghidupan disana bagi mereka …..
Tetapi, adakah yang tahu tentang daerah
Balangan, sebelah barat Jimbaran? Nama daerah ini terpampang di peta
Bali. Sepertinya belum di eksplor. Dari Bandara Ngurah Rai menuju Nusa
Dua ketika kami mengikuti kegiatan 4 hari dalam rangkan APEC Women 2013,
melewati Jimbaran lalu belok ke barat. Menyusuri batuan kapur dan
perkampungan, menuju sisi barat kaki Pulau Bali di daerah Balangan.
Aku sendiri bagi kali ini ke daerah itu.
Ketika punya waktu senggang untuk berjalan2 ke tempat2 baru disana, aku
merasa ‘inilah Bali yang sesungguhnya’. Dari Bandara Ngurai Rai menuju
Kuta, hampir semua Pulau Bali terlihat semuanya sudah ‘disulap’ menjadi
daerah wisata. Benar, Bali tetaplah Bali. Sebuah pulau eksotis. Tetapi
yang kita lihat itu adalah ‘bukan Bali yang sesungguhnya’.
Begitu juga
perjalanan ke daerah2 lainnya. Pantai Sanur, Klungkung, Tanah Lot,
apalagi Nusa Dua. Semuanya adalah daerah wisata. Bahkan kawasan Nusa Dua
merupakan ‘Bali buatan’. Memang, daerah itu sangat cantik, apik dan
mempesona, dengan hijaunya Pulai Dewata. Taman2 cantik khas Bali, surga
dan impian bagi semua orang. Kawasan Nusa Dua sudah di’claim’ sebagai
tempat ajang konverensi internasional yang sangat eksotis. Desain dan
detailnya perfek! Sempurna! Semua orang berdecak kagum melihatnya!
Tetapi, itu tetap bukan Bali yang sesungguhnya …..
Dari Jimbaran, menurun menuju Balangan, di kaki Pulai Bali sebelah barat.
Memang tidak salah. Semua negara
berlomba untuk membuat tempat wisata yang sempurna demi datangan turis2
asing manca negara. Bahkan di kota atau negara yang hampir 100% tulang
punggungnya adalah pariwisata, termasuk Bali, sangat wajar untuk
menyulap daerah atau kota atau negara itu sebagai tempat wisata yang
terbaik. Sehingga, tidak salah jika Bali merombak segala sesuatunya
dalam batas2 yang memang bisa ditolerir, secara peraturan pemerintah dan
secara trasisi sebagai pulau kahyangan, bagi datangnya turis2 asing
manca negara.
Jalan menurun memasuki perbukitan kapur, menuju ujung Pantai Balangan
Tetapi, jika turis2 itu sadar tentang hal yang aku sebutkan diatas dan bertanya kepada penduduk Bali,
“Dimana jika kita mau melihat Bali yang sesungguhnya?”
Mungkin penduduk Balipun sudah lupa
maknanya. Mereka sudah terdidik sejak lama bahwa Bali akan terus
membangun, membangun dan membangun lagi, tanpa sadar bahwa
‘bagaimana
sekarang wujud Bali dulu, yang sesungguhnya?'
Semakin lama semakin tidak terlihat rumah2 penduduk di tepi jalan utama, sebelum sampai ke Pantai Balangan …..
Dalam referensi yang aku baca, bahkan
sedikit wawancara dengan beberapa penduduk Bali yang aku temui, mereka
dengan santainya bercerita bahwa sudah banyak areal tanah di Bali
berpindah kepada warga asing. Memang tidak kentara, bahkan nama di
setifikat tanah nya pun masih nama penduduk Bali ( kata mereka! ). Walau
belum ada data serta aku tidak serius mengikutinya, ‘mereka’ mengatakan
bahwa banya warga asing membeli tanah di Bali memakai nama temannya
sebagai penduduk lokal Bali.
Alhasil, di kepalaku tanah Bali sudah
sekian persen bukan milik Bali lagi, bahkan lebih jauh lagi, tanah Bali
sebagian menjadi bukan milik Indonesia lagi! Suatu pertaruhan yang
sangat tidak seimbang! Sebuah bentuk ‘penjajahan’ baru bagi Indonesia.
#Ataukah juga tanah2 di pulau2 lain di Indonesia sama saja?
Menyusuri perkampungan Bali di tengah2
bukit kapur, naik turun perbukitan sampai terus turun ke Pantai
Balangan, ini benar2 membuat aku merasa di ‘dunia antah berantah’.
Apalagi ketika malam tiba, tidak ada rumah penduduk, tidak ada lampu.
Yang ada hanyalah suara jangkrik dan udara yang segar …..
Semakin kebawah, semakin sedikit
penduduknya di tepi jalan, walau aku tidak tahu jika masuk ke pelosok2
jauh dari jalan mobil. Sayang, aku tidak sempat ke pantainya, karena
kegiatan APEC ini yang benar2 padat!
Ketika aku membuka iPad, mencari apa
yang ada di Balangan, ternyata pantainya sangat indah. Sedikit
berbincang dengan beberapa penduduk disana, mereka mengatakan bahwa
sudah banyak wisatawan manca negara tahu tentang Pantai Balangan ini.
Mereka kesana untuk bermain di pantai dan berselancar, di pantai yang
sepi dan tanpa banyak orang. Turis2 asing bermalam di hotel kecil atau
cottage kecil. Mereka benar2 menikmati Balangan sebagai Bali yang
sebenarnya! Mereka ingin menikmati kesunyian, ingin menikmati udara yang
segar, bunyi2an alam dan pantai cantik. Mereka tidak mau suara berisik,
tidak mau macet dan tidak mau berteriak2, seperti di Kuta atau Sanur.
Aku tanyakan penduduk disana,
“Mungkin di daerah ini turisnya hanya orang2 tua saja, ya?”
Beberapa jenis penginapan di Balangan, di tepi jalan utama
Ternyata tidak! Aku bertemu banyak turis
asing muda mudi tinggal di Balangan. Mereka berjalan2 keliling daerah
itu, membawa anjing ( entah milik siapa ) atau berlari2 pagi bersama.
Mereka benar2 menikmati Pantai Balangan dan Bali yang sebenarnya. Salah
jika kita melihat bahwa wisatawan2 asing mencari tempat wisata yang
’sudah barubah’ dari yang aslinya. Semuanya mempunyai ‘pasar atau
market’ masing2. Dan keadaan itu, membuat aku berpikir, seharusnya pemda
bisa mengalokasikan daerah2 mana yang bisa menjadi ‘daerah yang apa
adanya’ serta daerah yang benar2 di bangun sebagai daerah wisata. Bukan
hanya di Bali saja, tetapi di kota2 lain di seluruh Indonesia. Tetapi
tetap mendapatkan perhatian pemda untuk sebuah daerah wisata yang baik
…..
Hasil sedikit bicara dengan beberapa
penduduk Balangan pun agak mengejutkan tentang kepemilikan tanah2 di
Balangan. Memang belum tahu secara pasti dan tidak ingin membahasnya,
tetapi ( kata mereka ) banyak warga asing sudah memiliki tanah di
Balangan dengan memakai nama pendudukan Balangan ( atau daerah yang juga
juga demikian? ). Dan ini membuat aku bertambah miris. Bagaimana dengan
Indonesia, belasan tahun kedepan? Apakah anak2 kita akan diwariskan
tanah2 Indonesia yang bukan milik Indonesia lagi?
***
Keindahan Pulau Bali memang tidak ada duanya. Baik yang sudah dibangun
sebagai tempat wisata, juga Bali yang sebenarnya, membuat hampir semua
orang ingin menikmati Bali, baik hanya sebagai turis atau benar2 ingin
memiliki Bali seutuhnya.Kitalah sebagai ‘pemilik’ Bali, warga Indonesia, harus berusaha untuk kita mengeksplore Bali sebagai pulau wisata, tetapi tidak memberi tempat kepada ‘mereka’ untuk menguasainya, dengan membeli atau bertandang dengan seenaknya, seakan2 Bali adalah ’surga’ yang melakukan sesuatu seenaknya saja …..
Pantai Balangan yang eksotis dengan daerah Balangan sebagai ‘Bali yang sesungguhnya’ …..
Dengan sempat ke Balangan, aku benar2
tersadar bahwa Bali perlu di ’selamatkan’ dari bibit2 jenis penjajahan
baru di masa yang akan datang, apapun bentuknya, untuk Bali itu sendiri,
dan Indonesia pada umumnya …..
Salam dari Balangan, Bali …..
Tags: Jalan-Jalan
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Pantai Balangan: Eksotisme Sebuah Bali yang Sebenarnya”
Posting Komentar