Jumat, 11 Maret 2011
Suka Duka Membangun ‘Istana Kecil’ Kami
Jumat, 11 Maret 2011 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Waktu itu aku bekerja pada pengembang di
Kemayoran. Aku adalah satu-satunya arsitek di sana sebagai desain
manager dan kami diberi tugas penuh untuk mendesain dan membangun
sebuah lobby apartemen dengan 5 tower di Kemayoran ini. Sebenarnya,
konsep kompleks apartemen ini sudah didesain, juga untuk lobbynya.
Tetapi lobby itu masih ’sangat konsep’. Dengan dibantu konsultan yang
disewa developer dimana aku bekerja, kami serius untuk membuat konsep
itu lebih bisa dilaksanakan.
Berbekal dengan kesepakatan antara
konsultan dan in-house arsitek, konsep lobby dibuat seindah mungkin,
karena ‘the big boss’ memang menginginkan desain klasik, dimana itu
memang spesialisku. Mulailah kami berdiskusi dan terus berdiskusi dengan
team desainer (arsitek, struktur, mekanikal dan elektrikal . Boss kami
menginginkan bangunan itu harus selesai pada saat ‘the big boss’ ulang
tahun, bulan November. Padahal ini sudah bulan Februari ! Wah, desain pun belum ‘deal’ (baru konsep), itu baru desain arsitekturnya, belum strukturnya, ME-nya dan interiornya. Astagaaaaaaa... kami pasti begadang lagi nih sampai bulan November ini.
Untuk mendesain suatu bangunan, apalagi
bangunan umum dan mewah, paling tidak 6 bulan, dan setelah itu mulai
untuk kencari kontraktor-kontraktor terkait. Banyak rangkaiannya dan
tidak sedikit waktu dan biayanya. Dan kami menyelesaikan desain ini
hanya 1 bulan ! Itu sudah begadang-begadang terus. Tapi aku memang
menyukai pekerjaanku, jadi tidak sulit bagiku untuk mengikuti ‘irama
kerja’ seorang arsitek.
Konsep lobby apartemen ini adalah
bangunan klasik dengan tiang-tiang besar dan monumental. Klasik itu
identik dengan Eropa. Jendela-jendelanya memang menjadi klasik dengan
interior sangat klasik. Desain interiornya harus membuat suasananya
benar-benar klasik, misalnya: lantainya marmer (Italy), meja kursinya
dari jaman Roma Lama, lengkap dengan kursi ‘Cleopatra’. Juga
lampu-lampunya, khusus didesain untuk itu.
Lantainya memang khusus, marmernya
didatangkan dari Italy, mayoritas berwarna kuning dan typenya adalah
Giallo Sierra. Harga adalah yang terpenting untuk sebuah proyek.
Biasanya, kita harus membuat Value Engineering (VE) untuk mencari
barang-barang bagus tetapi berharga optimal (bukan murah). Tetapi, jika
‘the biss boss’ ingin mempunyai barang2 mahal, tidak menutup
kemungkinan, kita sebagai pekerja, menuruti kemauan owner. Sehingga,
jadilah lobby ini yang lantainya berharga 3,6 juta/m2 persegi. Bisa
dibayangkan bukan, bagaimana material-material yang lain.
Memasang marmer
membutuhkan tukang berkualitas khusus. Juga maintenance yang khusus
juga. Karenanya, biasanya lantai marmer dipakai oleh rumah-rumah mewah,
bangunanbangunan kantor di daerah primer dan bangunan-bangunan
monumental.
Semua marmer mayoritas berwarna
kuning, seperti serat kayu. Yang berwarna putih bernama Creama Marfile
juga dari Italy. Ditengah2 ruangan, berbentuk bulat dengan konsep bunga2
dengan tulisan Palazzo adalah marmer Italy juga : Creama Marfile (putih
/ off white), Giallo Sierra (kekuning-kuningan Rosso Alicante
(orange), Nero Absoluto (hitam, dari Turki).
Untuk
membentuknya, harus dengan alat khusus, tidak bisa memakai ‘tangan’
karena bentuk ‘slim’ dan melengkung, harus memakai alat yg disebut
‘water jet’.
Disatu sudut interior, dengan desain
kursi klasik seperti Eropa dan meja serta bantal2 manis. Kursi
‘Cleopatra’ dengan ‘fabric’ / kain cream yang mewah.
Sedangkan eksteriornya hanya menggunakan
beton cat, tetapi di desain dengan apik. Yang istimewa adalah kubahnya.
Konsepnya adalah istana Paus, Vatican. Menggunakan gypsum khusus /
GRC, dengan cat khusus warna tembaga. Itu konsep klasik, walau tidak
seprti Vatican yang berwarna ‘off white’. Bagian dalam kubah, didesain
khusus dengan ‘melukis plafond’ seperti di jaman2 abad pertengahan.
Banyak terdapat di Eropa, dan semua bangunan lama yg monumental
mempunyai plafond yang luar biasa.
Proses meng-cat kubah. Kubah tebuat
dari GRC / gypsum khusus untuk eksterior. Setelah kubah selesai dibentik
dan dipasang, lalu dilapisi cat putih khusus.
Setelah itu, beberapa hari setelah
cat putih kering, kembali dilapisi cat hitam, untuk dasar warna ‘tembaga
/ bronze’ yang sudah kami pilih.
Beberapa hari kemudian lagi, ketika
cat hitam sudah kering, dilapisi warna tembaga / bronze, tetapi hanya
tipis2 saja, untuk supaya cat tidak menggumpal. Setelah itu, warna
perunggu ditebalkan lagi, sesuai dengan keinginan kita. Begitu berkali2
sampai sama sekali tidak menggumpal.
Dan selesailah, bila cat warna
perunggu / bronze sudah sesuai dengan team dan owner. Dalam beberapa
hari, warna cat ini akan ‘luntur’ karena matahari dan hujan, tetapi
nanti cat itu akan bisa ’stabil’ bila maintenancenya bisa dilakukan
sesuai dengan yg disarankan oleh supplyer cat. Cat ini dari Italy juga.
Selesailah sudah ‘istana
kecil’ku dan kami merasa uas, mengerjakan tugas khusus dengan tepat
waktu. Kami benar2 girang, walau capai bukan main. Berhari2 menjelang
selesai, kami tidak tidur sama sekali dan biasanya kami mengganti hari2
yg kami pergunakan untuk begadang, dengan libur berhari2.
Dari bulan Februari sampai November,
kami mendesain dan mendirikan lobby ini. ‘Teamwork’ dan banyak diskusi,
membuat kami sadar, bahwa kita harus berada dalam suatu team untuk
membangun apa saja. Dengan berada dalam team, akan menjadi kuat dan
mantab.
Demikian juga dengan berteman dan
berkeluarga. Dengan berteman dan berkeluarga, berarti kita berada dalam 1
team, berarti juga, menjadikan kita kuat untuk kita melangkah menuju
masa depan …..
Salamku …..
Tags:
urban
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Suka Duka Membangun ‘Istana Kecil’ Kami”
Posting Komentar