Jumat, 29 November 2013

‘Pernikahan [Sangat] Dini’ Itu Tidak Perlu Terjadi



By Christie Damayanti


13850943272063467691
www.tempo.co

Sempat aku mengusap mataku tadi pagi, ketika aku melihat televisi dan mendengar berita tentang penemuan seorang bayi yang baru lahir 3 hari, disebuah gubug kecil di daerah Bantul, Yogyakarta. Bayi laki2 itu dilahirkan oleh seorang ibu muda, baru klas 2 SMP ( Bayangkan! Kelas 2 SMP! ) dan tidak tinggal dengan orang tuanya. Bapaknya? Entahlah! Bayi itu hanya diberi air putih dalam botol susu, pagi hari sebelum ibunya berangkat kesekolah dan dia diletakkan di lemari bajunya, terbungkus selimut ……

Aku mendengar seakan tak percaya. Remaja kelas 2 SMP itu melahirkan sendiri anaknya, entah bagaimana, tetapi aku membayangkan betapa ketakutannya remaja itu, sedemikian ketakutannya sampai dia ‘rela’ tidak ditolong oleh siapapun untuk melahirkan anaknya sendirian dan menghadapinya juga sendirian!

Aku ingat, jaman kelas 2 SMP aku benar2 masih anak2. Yang dikepang 2, berjalan digandeng oleh orang tuaku, berlari menangis karena terjatuh, atau berteriak2 bermain sepeda seakan dunia milik anak2 saja. Tidak pernah memikirkan ‘dunia dewasa’, atau dunia2 yang lain. Hanya dunia anak2 …..
***

Sex untuk remaja, sepertinya bukan barang baru lagi. Mulai aku SMP dan SMA, aku sudah mendapat seminar tentang sex dan bahayanya terhadap remaja. Dari kecil aku sangat mengerti bahwa untuk remaja, sex memang dan harus ‘ditabukan’. Bukan! Bukan kita tidak boleh bicara tentang sex yang masih banyak orang mengira, sex adah hubungan badan antara 2 jenis manusia. Untuk sebagian lagi, sudah sangat mengrrti bahwa sex itu tidak hanya tentang hubungan badan saja, tetapi semua yang berhubungan dengan fisik dan psikis manusia, serta penyakit2any dan organ2 reproduksi. Sehingga, sex harus tetap diajarkan ( paling tidak dalam pelajaran biologi ), bukan untuk ‘hubungan badan’nya, tetapi pengetahuan2 yang lainnya, yang ehubungan dengan tubuhnya sendiri …..

Ketika aku masih SMA, ada seorang temanku sempat hamil diluar nikah ( lihat tulisanku Seks Remaja : Karena Internet atau Karena ‘Kesepian?’ ) Dan membuat aku bertambah menarik diri untuk tidak berhubungan dengan banyak teman. Sedikit ketakutan. Apalagi, sebuah novel remaja booming sampai beberapa tahun lalu dibuat sinetronnya ‘Pernikahan Dini’, membuat aku terus bertanya dalam hati,

“Bagaimana masa depan teman2ku yang seperti itu, ya?”

Walau yang aku tahu temanku yang dulu hamil diluar nikah, sudah hidup bahagia dengan suami dan anak2nya di Amerika, tetapi apakah semuanya demikian? Pasti berbeda!

Itu dulu, jaman ‘kuda gigit besi’, kata anakku. Mungkin benar juga. Karena teknologi belum terlalu berkembang seperti sekarang, aku tetap yakin bahwa sex ( catat : berhubungan badan ) di kalangan remaja sudah menjadi ‘virus’ dengan banyaknya aborsi serta penyakit2 kelamin. Aku sering mendengarnya, ketika aku masih remaja, itu membuat aku semakin semakin menarik diri dari pergaulan, dan ‘bersembunyi’ di rengkuhan aman dari orang tuaku, khususnya papa, sampai saatnya aku ‘keluar’ untuk menjalin hubungan sesaat sebelum tugas akhir penyelesaian sarjanaku.

Apalagi sekarang. Dengan kemajuan teknologi seperti ini, membuat sex bebas ‘dinikmati’ kapanpun dan oleh siapapun! Pornografi benar2 menjadi virus, bukan hanya remaja saja, bahkan orang dewasa pun menjadi sangat rentan untuk sebuah perselingkuhan. Dan aku yakin, cerita remaja kelas 2 SMP tadi terjadi karena virus2 itu terus menyebar, sampai sudut2 dunia, mengajarkan ’sex’ ( catat : berhubungan badan ) tanpa pernikahan …..

Sex adalah justru di inginkan Tuhan untuk memperoleh keturunan, tetapi sesuai dengan peraturan2. Ketika sex yang seharusnya merupakan ikatan yang indah dan penuh kasih ini dijadikan ‘momen’ keingin-tahuan remaja dan perselingkuhan bagi orang2 dewasa yang sudah menikah tetapi tetap masih menyimpan hasrat kepada lawan jenisnya yang bukan pasangannya, sex akhirnya menjadi bencana. 

Sex menjadi keterpurukan dan sex akhirnya akan ‘dijauhi’ bagi orang2 yang hanya sekedar tahu, seperti aku dulu. Bahwa berhubungan antar 2 anak manusia lelaki dan perempuan, memang merupakan awal dari kasih untuk membangun dunia, tetapi sex akan menjadi bencana ketika disalah-gunakan sebagai obyek dan hasrat yang tidak pada tempatnya …..

Apalagi ketika sex dijadikan hanya tempat pelampisanan serta hasrat yang menggebu dan tidak ada cinta didalamnya, sex benar2 menjadi sebuah duka yang mendalam dalam hubungan antar manusia. Aborsi yang tidak bertanggung jawab serta kematian ibu hamil karena aborsi yang sembarangn, merupakan keterpurukan bagi keluarga. Bayi2 yang tidak bersalah akan menanggung akibatnya.

Ketika aku melihat televisi tadi pagi, seorang bayi lucu dan mungil tertidur dipelukan seorang dokter di rumah sakit karena kakek bayi itu ‘menemukan’ bayi anaknya, sungguh hatiku sangat trenyuh …..

Aku teringat begitu banyak prempuan yang sangat mendambakan seorang bayi tetapi tidak atau belum diberikan oleh Tuhan. Atau ketika aku ingat betapa aku sangat berhati2 merawat anak2ku yang sempat bermasalah di awal2 hidupnya karena tumor yang ada di rahimku dan bertumbuh dengan janinku di tubuhku. Membuat aku ‘nelangsa’ dan mataku berkaca2 …..

Entahlah, apa yang aku bisa perbuat untuk itu. Tetapi aku berusaha untuk mengajak anak2ku terbuka serta memberikan kasih sayang kepada mereka. Bahwa jika mereka mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, aku berharap mereka akan menerti bahwa ada bagian2 di dunia ini yang belum boleh mereka nikmati, sehingga apa yang bisa dinikmati dan apa yang belum boleh dinikmati, akan tergambar dalam kepala dan hatinya sebagai pegangan hidupnya.

Dan dari sekolah serta komunitasnya ( misalnya, komunitas keagamaan ), tentulah sangat membantu untuk perkembangan jiwa yang menggebu2 untuk remaja. Mereka sangat mengerti bahwa remaja memang harus ‘disalurkan’ jiwanya, serta membentengi dengan banyak hal, salah satunya dengan sebuah dialog terbuka dengan mereka.

1385094374816578543

Seminar dan dialog di sekolah anakku, yang setiap tahun diadakan untuk pra-remaja SMP, tentang ‘Pendidikan Sex Bagi Remaja’, sesuai dengan tingkat umurnya …..

Kesimpulan dan copas dari tulisanku :

Jika seks sekarang ( katanya ) melanda remaja2 kita karena adalah internet, ternyata tidak demikian. Sejak dulu, seks memang merupakan masalah klasik, dan tanpa internetpun, virus seks tanpa pernikahan sudah menyerbu remaja2 kita, di kota2 besar bahkan pun di pedesaan yang mungkin malah putus sekolah, karena adanya ‘kesendirian’ dan keputus-asaan …..

Dan bagi remaja kita, sebagai orang tua, kasih sayang kita bisa meredam keinginan para remaja itu, untuk bisa berinteraksi dengan banyak orang dengan positif. Berusaha menanamkan masa depan yang positif bagi mereka, dan terus berdoa, agar Tuhan memberikan banyak petunjuk untuk mereka. Dengan kasih dan selalu mengajarkan remaja kita untuk berdoa, akan membuat mereka ‘terlepas’ dari sebuah virus yang disebut ’seks’, sesuatu yang belum boleh dilakukan oleh para remaja ……

Tags:

0 Responses to “‘Pernikahan [Sangat] Dini’ Itu Tidak Perlu Terjadi”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks