Jumat, 29 November 2013
‘Pernikahan [Sangat] Dini’ Itu Tidak Perlu Terjadi
Jumat, 29 November 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sempat aku mengusap mataku tadi pagi,
ketika aku melihat televisi dan mendengar berita tentang penemuan
seorang bayi yang baru lahir 3 hari, disebuah gubug kecil di daerah
Bantul, Yogyakarta. Bayi laki2 itu dilahirkan oleh seorang ibu muda,
baru klas 2 SMP ( Bayangkan! Kelas 2 SMP! ) dan tidak tinggal dengan
orang tuanya. Bapaknya? Entahlah! Bayi itu hanya diberi air putih dalam
botol susu, pagi hari sebelum ibunya berangkat kesekolah dan dia
diletakkan di lemari bajunya, terbungkus selimut ……
Aku mendengar seakan tak percaya. Remaja
kelas 2 SMP itu melahirkan sendiri anaknya, entah bagaimana, tetapi aku
membayangkan betapa ketakutannya remaja itu, sedemikian ketakutannya
sampai dia ‘rela’ tidak ditolong oleh siapapun untuk melahirkan anaknya
sendirian dan menghadapinya juga sendirian!
Aku ingat, jaman kelas 2 SMP aku
benar2 masih anak2. Yang dikepang 2, berjalan digandeng oleh orang
tuaku, berlari menangis karena terjatuh, atau berteriak2 bermain sepeda
seakan dunia milik anak2 saja. Tidak pernah memikirkan ‘dunia dewasa’,
atau dunia2 yang lain. Hanya dunia anak2 …..
***
Sex untuk remaja, sepertinya bukan barang baru lagi. Mulai aku SMP dan
SMA, aku sudah mendapat seminar tentang sex dan bahayanya terhadap
remaja. Dari kecil aku sangat mengerti bahwa untuk remaja, sex memang
dan harus ‘ditabukan’. Bukan! Bukan kita tidak boleh bicara tentang sex
yang masih banyak orang mengira, sex adah hubungan badan antara 2 jenis
manusia. Untuk sebagian lagi, sudah sangat mengrrti bahwa sex itu tidak
hanya tentang hubungan badan saja, tetapi semua yang berhubungan dengan
fisik dan psikis manusia, serta penyakit2any dan organ2 reproduksi.
Sehingga, sex harus tetap diajarkan ( paling tidak dalam pelajaran
biologi ), bukan untuk ‘hubungan badan’nya, tetapi pengetahuan2 yang
lainnya, yang ehubungan dengan tubuhnya sendiri …..
Ketika aku masih SMA, ada seorang temanku sempat hamil diluar nikah ( lihat tulisanku Seks Remaja : Karena Internet atau Karena ‘Kesepian?’ )
Dan membuat aku bertambah menarik diri untuk tidak berhubungan dengan
banyak teman. Sedikit ketakutan. Apalagi, sebuah novel remaja booming
sampai beberapa tahun lalu dibuat sinetronnya ‘Pernikahan Dini’, membuat
aku terus bertanya dalam hati,
“Bagaimana masa depan teman2ku yang seperti itu, ya?”
Walau yang aku tahu temanku yang dulu
hamil diluar nikah, sudah hidup bahagia dengan suami dan anak2nya di
Amerika, tetapi apakah semuanya demikian? Pasti berbeda!
Itu dulu, jaman ‘kuda gigit besi’, kata
anakku. Mungkin benar juga. Karena teknologi belum terlalu berkembang
seperti sekarang, aku tetap yakin bahwa sex ( catat : berhubungan badan )
di kalangan remaja sudah menjadi ‘virus’ dengan banyaknya aborsi serta
penyakit2 kelamin. Aku sering mendengarnya, ketika aku masih remaja, itu
membuat aku semakin semakin menarik diri dari pergaulan, dan
‘bersembunyi’ di rengkuhan aman dari orang tuaku, khususnya papa, sampai
saatnya aku ‘keluar’ untuk menjalin hubungan sesaat sebelum tugas akhir
penyelesaian sarjanaku.
Apalagi sekarang. Dengan kemajuan
teknologi seperti ini, membuat sex bebas ‘dinikmati’ kapanpun dan oleh
siapapun! Pornografi benar2 menjadi virus, bukan hanya remaja saja,
bahkan orang dewasa pun menjadi sangat rentan untuk sebuah
perselingkuhan. Dan aku yakin, cerita remaja kelas 2 SMP tadi terjadi
karena virus2 itu terus menyebar, sampai sudut2 dunia, mengajarkan ’sex’
( catat : berhubungan badan ) tanpa pernikahan …..
Sex adalah justru di inginkan Tuhan
untuk memperoleh keturunan, tetapi sesuai dengan peraturan2. Ketika sex
yang seharusnya merupakan ikatan yang indah dan penuh kasih ini
dijadikan ‘momen’ keingin-tahuan remaja dan perselingkuhan bagi orang2
dewasa yang sudah menikah tetapi tetap masih menyimpan hasrat kepada
lawan jenisnya yang bukan pasangannya, sex akhirnya menjadi bencana.
Sex
menjadi keterpurukan dan sex akhirnya akan ‘dijauhi’ bagi orang2 yang
hanya sekedar tahu, seperti aku dulu. Bahwa berhubungan antar 2 anak
manusia lelaki dan perempuan, memang merupakan awal dari kasih untuk
membangun dunia, tetapi sex akan menjadi bencana ketika disalah-gunakan
sebagai obyek dan hasrat yang tidak pada tempatnya …..
Apalagi ketika sex dijadikan hanya
tempat pelampisanan serta hasrat yang menggebu dan tidak ada cinta
didalamnya, sex benar2 menjadi sebuah duka yang mendalam dalam hubungan
antar manusia. Aborsi yang tidak bertanggung jawab serta kematian ibu
hamil karena aborsi yang sembarangn, merupakan keterpurukan bagi
keluarga. Bayi2 yang tidak bersalah akan menanggung akibatnya.
Ketika aku melihat televisi tadi pagi,
seorang bayi lucu dan mungil tertidur dipelukan seorang dokter di rumah
sakit karena kakek bayi itu ‘menemukan’ bayi anaknya, sungguh hatiku
sangat trenyuh …..
Aku teringat begitu banyak prempuan yang
sangat mendambakan seorang bayi tetapi tidak atau belum diberikan oleh
Tuhan. Atau ketika aku ingat betapa aku sangat berhati2 merawat anak2ku
yang sempat bermasalah di awal2 hidupnya karena tumor yang ada di
rahimku dan bertumbuh dengan janinku di tubuhku. Membuat aku ‘nelangsa’
dan mataku berkaca2 …..
Entahlah, apa yang aku bisa perbuat
untuk itu. Tetapi aku berusaha untuk mengajak anak2ku terbuka serta
memberikan kasih sayang kepada mereka. Bahwa jika mereka mendapatkan
kasih sayang dari orang tuanya, aku berharap mereka akan menerti bahwa
ada bagian2 di dunia ini yang belum boleh mereka nikmati, sehingga apa
yang bisa dinikmati dan apa yang belum boleh dinikmati, akan tergambar
dalam kepala dan hatinya sebagai pegangan hidupnya.
Dan dari sekolah serta komunitasnya (
misalnya, komunitas keagamaan ), tentulah sangat membantu untuk
perkembangan jiwa yang menggebu2 untuk remaja. Mereka sangat mengerti
bahwa remaja memang harus ‘disalurkan’ jiwanya, serta membentengi dengan
banyak hal, salah satunya dengan sebuah dialog terbuka dengan mereka.
Seminar dan dialog di sekolah
anakku, yang setiap tahun diadakan untuk pra-remaja SMP, tentang
‘Pendidikan Sex Bagi Remaja’, sesuai dengan tingkat umurnya …..
Kesimpulan dan copas dari tulisanku :
Jika seks sekarang ( katanya
) melanda remaja2 kita karena adalah internet, ternyata tidak demikian.
Sejak dulu, seks memang merupakan masalah klasik, dan tanpa
internetpun, virus seks tanpa pernikahan sudah menyerbu remaja2 kita, di
kota2 besar bahkan pun di pedesaan yang mungkin malah putus sekolah,
karena adanya ‘kesendirian’ dan keputus-asaan …..
Dan bagi remaja kita,
sebagai orang tua, kasih sayang kita bisa meredam keinginan para remaja
itu, untuk bisa berinteraksi dengan banyak orang dengan positif.
Berusaha menanamkan masa depan yang positif bagi mereka, dan terus
berdoa, agar Tuhan memberikan banyak petunjuk untuk mereka. Dengan kasih
dan selalu mengajarkan remaja kita untuk berdoa, akan membuat mereka
‘terlepas’ dari sebuah virus yang disebut ’seks’, sesuatu yang belum
boleh dilakukan oleh para remaja ……
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Pernikahan [Sangat] Dini’ Itu Tidak Perlu Terjadi”
Posting Komentar