Selasa, 07 Agustus 2012
Menyoal Kesetaraan Gender bagi Perempuan Indonesia
Selasa, 07 Agustus 2012 by Christie Damayanti
Kesetaraan gender adalah suatu keadaan
setara antara pria dan wanita dalam hak ( hukum ) dan kondisi (
kualitas hidup ). Sudah banyak issue di balik kesetaraan gender, tetapi kesetaraan gender yang mana yang bisa menjadi titik tolak perempuan Indonesia ?
Sebagai perempuan, apalagi sebagai orang
tua tunggal, mama yang haarus membiayai anak2sendiri setelah aku
bercerai, masalah gender sangat berarati bagiku. Aku adalah seorang
arsitek lapangan, dimana aku sudah bekerja sekitar 20 tahun sebagai
arsitek lapangan, sebenarnya aku sudah cukup makan asam garam. Seorang
perempuan, bekerja di antara pekerja2 kasar, tanpa ‘pengaman’ dan tanpa
‘perlindungan’, walau sampai sekarang aku masih baik2 saja, tetapi bisa
saja aku suatu saat harus ‘mundur’ karena tidak adanya perlindungan
diri.
Gender
adalah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat. Dan peran gender terbagi menjadi peran
produktif, peran reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan.
( Sumber : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI ).
Sekarang, coba lihat. Dari 3 peran
gender, sebenarnya hanya 1 yang besar artinya, adalah peran reproduksi.
Bahwa laki2 dan perempuan memang berbeda. Tetapi peran produktif serta
peran sosial kemasyarakatan, sama sekali tidak berbeda!
Pekerjaanku menuntut sebagai pekerjaan kasar, dimana aku bisa saja bekerja 24 jam tanpa ‘perlindungan’. Yang
dimaksud dengan perlindungan adalah bahwa masih banyak orang yang
berpikir bahwa seorang perempuan akan terlihat sebagai ‘perempuan nakal’
ketika pulang kerja sampai malam ( diatas tengah malam ), bahkan
seringkali sanpai pagi, jika dealdine.
Padahal, mereka, termasuk aku,
bekerja giat untuk membiayai keluarga. Banyak perempuan yang bekerja
sebagai pegawai restauran yang buka sampai malam atau pagi, bergantian.
Atau yang bekerja di hotel, cafe2, dan mereka benar2 bekerja mencari
nafkah.
‘Perlindungan’ ini mungkin belum tentu
berupa perlindungan fisik, tetapi lebih kepada perlindungan budaya dan
pola pikir di negara timur, khususnya Indonesia. Bahkan, masih banyak
teman2ku yang notebene merupakan produk modern, yang ‘kasak kusuk’
dengan jam kerjaku …..
Bukan hanya ‘perlindungan’ saja bagi perempuan. Kami juga membutuhkan ‘pengaman’. Yang dimaksud dengan pengaman adalah bahwa baik laki2 dan perempuan, mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam hukum.
Artinya, baik laki2 dan perempuan SEHARUSNYA mempunyai hak yang sama
dalam pekerjaan, gaji, srta fasilitas2 yang disertakannya di dalam
perusahaan.
Jujur, aku tidak tahu dan belum
mengetahui tentang peraturan2 gender. Yang aku tahu, salah satunya,
bahwa perempuan tidak pernah bisa mendapat fasilitas yang sama dalam
pekerjaan, walaupun mereka bekerja dalam perusahaan yang sama, jam kerja
yang sama serta benar2 bekerja bersama setiap saat.
Secara awam, memang seorang perempuan
sering dikatakan sebagai makhluk yang lembut, dan tidak bisa melakukan
hal2 yang kasar. Tetapi pada kenyataannya, perempuan bisa melakukan
pekerjaan yang kasar, bahkan melebihi pekerja laki2. Contohnya di Bali.
Perempuan bekerja ssebagai pengangkut batu, sementara laki2nya sebagai
penyabung ayam. Mungkin aku tidak mengeneralkannya, tetapi sekarang
banyak perempuan bekerja kasar, tetapi fasilitasnya lebih rendah
dibanding dengan pekerja laki2.
Aku belum sempat mempelajari tentang
undang-undang yang mengatur segala fasilitas yang bisa dinikmati oleh
pegawai. Tetapi yang jelas, fasilitas pegawai perempuan, lebih rendah
dibanding dengan fasilitas pegawai laki2, dengan status yang sama, jenis
pekerjaan yang sama bahkan dalam perusahaan yang sama.
Apalagi tentang fasilitas2nya. Yang aku
tahu, anak2 dalam sebuah keluarga, mendapat fasilitas kesehatan lewat
jalur ayah. Artinya, jika ayah dan ibu bekerja, ayah mendapat fasilitas
kesehatan bersama dengan anak2nya, tetapi ibu hanya mendapat fasilitas
untuk dirinya sendiri.
Tetapi, bagaimana jika si ibu sudah
dicerai dan anak2 ikut dengan ibunya? Apakah anak2 itu tetap mendapat
fasilitas kesehatan lewat ayahnya, padahal aayahnya sudah tidak tahu
rimbanya?
Dan kenyataan itu ada, bahwa anak2
setelah perceraian dan mengikuti ibunya, tidak mendapat fasilotas
kedehatan sama sekali …. Dan alhasil, si ibu bukan hanya mencari
penghidupan untuk mereka saja, tetapi juga berusaha untuk mencari
tambahan bagi masa depan anak2nya, berbentuk tabungan dan asuransi yang
bisa menjamin kesehatan buah hatinya …..
Saat ini kesenjangan antar gender sangat
nyata, dalam hal akses, manfaat, partisipasi dalam pembangunan serta
penugasan terhadap sumber daya. Tingkat kekerasan terhadap perempuan
terus meningkat, padahal sudah banyak peran perempuan dalam berbagai
bidang, seperti politik, jabatan publik serta di bidang pembangunan dan
konstruksi. Aspek2 ini masih banyak diskriminasi terhadap kaum
perempuan. Dan atas dasar itulah issue kesetaraan gender terus bergulir,
menunggu realisasinya …..
Sebaliknya, apakah kesetaraan gender bisa membuat kaum perempuan yang seharusnya sejajar dengan kaum laki2? Tentu bisa, tetapi, kesetaraan gender yang bagaimana?
Jelas dari 3 peran gender : peran
produktif, peran reproduksi dan peran sosial kemasyarakatan, jelaslah
peran reproduksi mengambil porsi yang tinggi. Bahwa sebagai perempuan
yang melahirkan anak2 serta yang bertumbuh untuk bisa mengambil segala
peran, tetaplah seorang perempuan.
Sebagai ibu yang bekerja mencari
nafkah, tetaplah harus bisa untuk merangkul anak2nya dengan kasih.
Seorang ibu, yang mungkin memang tidak memasak sendiri, tetapi tetap
bisa untuk mengurus rumah tangga kecilnya ( tanpa seorang suami atau
ayah ). Ibu harus bisa mengurus lewat asisten2nya untuk anak2nya makan
dirumah, belajar dirumah, dan jangan anak2nya keluyuran di jalan …..
Tidak mudah memang. Peran ganda seorang perempuan, harus ditunjang dengan sebuah semangat untuk hidup lebih baik. Tidak hanya membiayai anak2nya, tetapi lebih kepada kualitas hidup bukan hanya materi, tetapi juga hubungan antar anggota keluarga serta hubungan dengan Tuhannya ……
Bahwa Tuhan sudah
menciptakan peran masing2 antara laki2 dan perempuan. Dan Tuhan juga
sudah mengijinkan kesetaraan gender di abad modern ini. Jadi, alangkah
bijaksananya jika kaum perempuan benar2 bisa berbagi peran tanpa lupa
akan kodratnya …..
Aku, sebagai perempuan berperan ganda,
tetap berusaha untuk terus menjadikan keluarga kecilku untuk hidup lebih
baik, dan hidup berkualitas. Kesadaranku sebagai perempuan apalagi aku
sebagai perempuan cacat storke, tetap ingin mengupayakan tentang
kesetaraan gender, karena kehidupanku, juga perempuan2 seperti aku,
ingin mendapatkan hak2 dan kewajiban yang sama sebagai manusia dan warga
negara …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Menyoal Kesetaraan Gender bagi Perempuan Indonesia”
Posting Komentar