Senin, 19 Agustus 2013
‘Weltevreden’ : Taman Wisata Jaman Kolonial Belanda, Konsepku untuk Jakarta
Senin, 19 Agustus 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

katalamsyah.blogspot.com
Sebelumnya :
Untuk memajukan sebuah kota dan
‘menjualnya’ di dunia sebagai tempat wisata, dibutuhkan kejelian
tersendiri. Lihatlah, mengapa Eropa ‘besar’ dengan wisatanya? Karena mereka mengerti bahwa sejarah negaranya merupakan peninggalan dunia, dan sebagian besar bangsa2 di dunia sangat menghormati sejarah negaranya.
Lalu, mengapa Amerika juga menjadi
‘besar’ untuk potensi wisatanya? Ya! Karena Amerika sadar bahwa
‘diri’nya merupakan potensi untuk ‘bersenang2′ atau negara Amerika ‘besar’ karena potensi wisata entertainment-nya.
Lalu, bagaimana dengan negara2 Asia? Masing2 sadar dengan negaranya. Misalnya, China dan Hongkong sadar tentang kekuatannya dalam berdagang serta fashion murah tetapi berkualitas. Juga tentang Singapore
dan Malaysia. Begitu mereka tahu bahwa negaranya merupakan ‘pasar’ bagi
kemajuan sebuah bangsa, mereka memulainya dengan luar biasa!
Seperti Singapore dengan desain2 bangunan yang cantik, menarik dan
futuristik ( konsep Marina Bay-nya : Marina Bay Hotel, Birdge Marina Bay
atau Garden by The Bay-nya ), atau Menara Petronas Malaysia yang sangat
cantik!
Lalu dimana potensi wisata Indonesia?
Khususnya Jakarta, sebagai ibukota negara? Memang, potensi Indonesia
masih dipegang oleh Bali, Yogyakarta atau kota2 wisata lainnya ( Danau
Toba, Toraja, atau Pulau Komodo ), tetapi pun jika kita ke luar negeri
yang jauh ( Eropa atau Amerika ), tidak semuanya mengenal nama
Indonesia. Mereka mengenal hanya Bali-nya saja, bukan Indonesia.
Berarti, ada yang salah tentang konsep wisata di Indonesia ……
***
Memulai dengan konsep2 potensi wisata di
Jakarta, aku tersentak dengan pemikiran seorang kompasianer yang merasa
aku tidak etis memakai etnis bangsa lain untuk menggali potensi
Jakarta. Tetapi setelah aku amati serti pemikiran yang semakin mendalam,
aku merasa yakin bahwa bukan karena tidak etis untuk ‘meng-etnis-kan’
bangsa lain di Jakarta, tetapi KONSEP nya lah yang ‘mengharuskan kita memikirkan sesuatu yang ‘tidak apa adanya’ sebagai wisata Jakarta.
Artinya, tidak bagus jika kita sekedar ‘nasionalisme’ yang kebablasan
untuk membangun kota, karena memasukan semua ide dan ciri khas dari tiap
kota indonesia! Dan bahwa, masing2 kota adalah sangat berbeda untuk
membangun kotanya! Masing2 mempunyai ciri khas tersendiri!
Di tinjau sebagai seorang arsitek dan
urban planner, pun sudah diajarkan tentang ‘membangun’ sebuah bangunan
dan sebuah kota. Bahwa semuanya harus berdasarkan KONSEP!
Apun konsep itu, semuanya harus dipelajari, diamati serta dibuatkan
riset, palagi untuk membangun sebuah kota, besar seperti Jakarta ……
Dan kaliini, aku ingin sekali menata
konsep2ku tentang Jakarta, sebagai kota ber-potesi wisata dan mampu
dijual kepada dunia, untuk Indonesia (atau Jakarta khususnya ) lebih
baik …..
Seperti yang sudah aku tuliskan di link
diatas, ada beberapa konsepku untuk kawasan Menteng, secara Menteng
memang sejak dahulu merupakan kawasan yang prestisius bagi warga ‘kaya’
sejak jaman kolonial Belanda sampai sekarang. Dengan sebenarnya kawasan
Menteng memunyai banyak rumah2 kuno dan klasik, Menteng mampu dijual
kepada dunia!
Copas dari tulisanku sebelumnya :
1. Kawasan ‘Weltervreden’ harus
di’sisir’ dahulu untuk menentukan bangunan2 yang mana yang bisa
dijadikan ‘tempat’ wisata’. Bukan harus bisa dimasuki oleh wisatawan,
tetapi bisa juga hanya sekedar mereka melihat2 dari luar saja ( jika
bangunan itu sebagai rumah tinggal pribadi ).
2. Bangunan2 tersebut mulai
di’dandani’ atau dipugar, tetapi tidak merusak bangunan aslinya.
Dibersihkan dan lingkungannya di tanami pepohonan baru untuk menambah
semarak bangunan tersebut.
3. Untuk bangunan2 umum, selain di
dandani, diharapkan wisatawan bisa dan boleh masuk kedalam untuk
mem-foto momen2 nenek2 moyangnya mungkin tahu tentang bangunan itu.
Sehingga jika memang demikian, bangunan2 kuno tersebut menjadikan
‘ikatan erat’ jejak sejarah bagi Belanda - Indonesia …..

Bukan-kah rumah Raden Saleh ( RS PGI Cikini ) ini sangat cantik??? Sangat sayang, jika gedung ini ini tidak dirrawat, dan ‘menghilang’ karena dimakan ngengat dan egoisme manusia semata …..
4. Bangunan2 sejarah yang mungkin bisa di pugar dan menjadi tempat wisata adalah :
a. Gedung N.V. de Bouwploeg ( sekarang Mesjid Cut Meutia )

wikipedia.org
Gedung Mesjid Meutia yang cantik …..
b. Gedung Bataviasche Kunstkring ( sekarang kantor Imigrasi )
c. Gedung Nassaukerk ( sekarang Gereja St. Paulus dan Gereja Theresia )
d. Gedung Rumah Raden Saleh ( RS PGI Cikini ) - Lihat tulisanku Konsep Rumah Sakit Taman, Persembahan untuk Jakarta
e. Dan yang lain, seperti Gedung Dirjen Kebudayaan atau Gedung Sekolah Canisius ( bagian dalam ), dan sebagainya.
Ini barulah untuk bangunannya. Lalu bagaimana cara ‘menjualnya?’
Seperti jika kita keluar negeri (
sayangnya, di Jakarta ataupun di kota2 lain di Indonesia, belum
membudaya untuk ‘menjual’ tempat wisata dengan ‘city tour’. Pun jika
ada, ‘city tour’ kita sangat terbatas dengan tempat2 yang sepertinya
tidak mengalami kemajuan sebagai tempat wisata, bahkan sudah banyak
tempat wisata yang tidak terawat ….. ), kita tidak harus membeli tour
dari Jakarta. Tetapi kita bisa mencarinya atau
menakannya di hotel2
tempat kita menginap.
Salah satu potensi wisata di Jakarta, adalah ‘berlian’ yang belum terasah : ‘Weltrevreden’ : Kawasan Menteng, Jaman Kolonial Belanda :
1. Dari masing2 hotel, membuat
‘city tour’ untuk berwisata ke kawasan Menteng. Dengan mengendarai bus2
yang bentuknya disesuaikan dengan jaman itu ( bus kecil modern tetapi
desainnya khusus, seperti jaman kolonial Belanda ), membuat trayek ke
tempat2 dan bangunan2 cantik kuno dan klasik, seperti tulisanku diatas.
Di tempat2 tertentu, di bangun dan di
desain ‘point2′ untuk sekedar wisatawan bisa turun dan tourguide nya
bisa menjelaskan cerita tentang bangunan tersebut serta bisa berfoto di
depan bangunan itu. Dan jika ini masih digunakan webagai bangunan umum,
wisatawan bisa memasuki nya untuk berfoto2.

kampuang-pasa.blogspot.com
Bus seperti ini sangat sesuai dengan
konsep ‘taman wisata kawasan Menteng’, tetapi bus bisa
dilengkapi
dengan Acdan fasilitas2 canggih guna mendukung wisata ini ……
2. Bisa juga menyediakan sepeda
‘onthel’ jaman kolonial Belanda, untuk wisatawan yang mau menjelajah
kawasan Menteng, lewat cerita2 klasik jaman dahulu. Pasti sangat
menarik! Karena seperti konsep di Taman Fatahillah Batavia Kota, sepeda
‘onthel’ mampu merebut perhatian bagi wisatawan2 asing walaupun
wisatawan2 lokal, dengan baju2 cantik seperti perempuan belanda dan tobi
berbunga2 menawan …..

everybodygoesblogspot.blogspot.com
Sepeda2 ‘onthel’ seperti ini juga
aan mendukung wisata Menteng, untuk wisatawan yang mau dan mampu
menggenjot sepeda panas2 seperti di Jakarta
3. Tentu saja, konsep ini
merupakan konsep keterkaitan dengan yang lain, seperti tentang sejarah,
perkotaan ataupun tentang budaya. Perusahaan yang membjat ‘city tour’
dan tourguide-nya harus sangat memahami jika wisatawan2 menanyakannya
…..
4. Setelah itu, Jakarta juga harus
mempunyai fasilitas2 cantik bagi wisatawan2. Fasilitas makanan dengan
konsep jaman kolonial Belanda atau toko2 souvenir di stiap ‘point’
tertentu, harus ada karwna aku sangat tahu, apa yang diminati oleh
wisatawan2, karena aku juga selalu menjadi wisatawan di negara2 lain,
jika aku berwisata atau sekedar untuk survey.

Konsep fasilitas untuk tempat2
peristirahatan pada wisata ini, dengan desain tempat khas Belanda, juga
mmenuhi konsep toko souvenir bagi wisatawan2
5. Kebanyakan, tentang wisata
klasik ( seperti di Eropa ), wisatawan sebagian besar adalah orang2 tua,
yang mau mengenang hidupnya dengan mempelajari sejarah. Bukan wisatawan
muda, yang lebih ingin berlibur atau berwisata di tempat atau negara2
modern, seperti Amerika, dan jika untuk Jakarta wisatawan2 muda lebih
memilih Ancol dengan Dufannya, atau wisata malam dengan Mangga Besarnya
…..
Makanya, aku melihat potensi ini juga, seperti yang aku tuliskan pada ‘Multi-Culture’ : Betawi, China Town dan Dutch Town untuk Tujuan Wisata Jakarta : Konsep Dariku, Mungkinkah?, Dari Ular Kobra, Serbuk Kuku Harimau sampai Dunia ‘Esek-esek’, Ada di Mangga Besar! Atau wisatawan fashion dengan Mangga Dua serta Karakteristik Jakarta Itu Apa, Sih? Mimpikah Jika ‘Merenovasi’ Gloria - Glodok?
Sehingga, dengan wisatawan senior (
berumur ), membuat kita harus terus tanggap jika mereka sakit dan
fasilitas kesehatan harus mudah untuk dicapai serta bantuan harus bisa
segera datang. Atau bahkan setiap bus2 khusus itu, terdapat seorang
dokter dengan fasilitas P3K yang lengkap!
6. Ketika ‘city tour’ sudah
selesai dan masing2 pulang ke hotel, tidak ada salahnya perusahaan yang
membuat ‘city tour’ tersebut selalu mengambil foto2 kenangan, yang bisa
dijual ke mereka dengan harga yang pantas ( bukan ‘menggetok’ yang
selalu ada lewat ‘fotografer2 jalanan’ yang tidak tahu apa artinya
kepedulian serta yang hanya mau untung besar sekali ‘getok’ saja!
Sangat bermanfaat, jika wisatawan
kelupaan membawa kamera, atau pun ketika berada di luar negeri, banya
kamera2 pocket yang disewakan atau bisa juga yang di beli, jika
wisatawan2 itu benar2 tdak membawa kamera!
7. Yang jelas, bangunan2 di kawasan
Menteng harus terus dirawat untuk memunculkan ide2 baru sebagai pasar
potensi wisata Jakarta. Seperti misalnya, cerita tentang Rumah Raden
Saleh, yang sekarang dipakai oleh RS PGI Cikini, membuat sebuah buku
untuk guide bagi wisatawan yang mau melihat2 disana, atau buku tentang
Gereja Paulus serta Gereja GPIB Immanuel di depan Gambir, dengan foto2
menarik, yang bisa bekerjasama dengan fotografer baik.
Bukan hanya untuk
guide bagi wisatawan, tetapi juga bisa dibawa pulang untuk oleh2 di
negara2 asal wisatawan, yang pastinya memperluas cerita tentang
bangunan2 tersebut, dari negara satu ke negara yang lain. Dan aku yakin,
sistim ‘getok ular’ akan terjadi!
8. Yang jelas, Jakarta harus
membuat siuvenir2 yang spesifik ( yang meniru dari yang sudah ada! )
supaya wisatawan tertarik membelinya, dan untuk oleh2 ke negara2nya.
Souvenir2 itu juga harus cukup bermutu, karena aku mengamati, souvenir2
Indonesia lebih memilih membat dengan konsep ‘murah’, sehingga tidak
banytak diminati wisatawan …..

Contoh, caping2 ( topi petani ) cantik ini, ternyata di punyai oleh Taiwan. Bagaimana dengan caping2 Indonesia?
Dan tidak ada salahnya jika membuat
miniatur rumah2 di Kawasan Menteng, untuk souvenir atau sketsa rumah2
tersebut, atau lingkungannya …..

Belanda banyak membuat miniatur
rumah2 mereka sebagai suovenir ( ini hanya contoh ). Harga nya tdak
mahal dan mudah untuk disimpan …..
Sangat menyenangkan, ketika kita bisa
berbagi ide dan konsep untuk kota Jakarta ini. Banyak sekali konsep2
yang ingin aku terus bagikan disini, dan sering kali, ‘mimpi’ ini tidak
bisa terbendung untuk selalu bermimipi tentang Jakarta menjadi lebih
baik …..


Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Weltevreden’ : Taman Wisata Jaman Kolonial Belanda, Konsepku untuk Jakarta”
Posting Komentar