Home
» Jakarta
» ‘Ga Etis Menonjolkan Etnis Bangsa Lain untuk Jakarta? Bagaimana tentang Sejarahnya? Ah …
Senin, 19 Agustus 2013
‘Ga Etis Menonjolkan Etnis Bangsa Lain untuk Jakarta? Bagaimana tentang Sejarahnya? Ah …
Senin, 19 Agustus 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

www.tempo.co
‘Rumah Cantik’ ( dulu, sekarang sudah diroohkan! ) di jalan Cik Di Tiro
Bukan berarti aku tidak ‘menghormati’
Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia ( seperti yang dikatakan oleh
seorang kompasianer di komentar sebuah artikelku ) dan dinilai tidak
etis karena mengetengahkan tentang etnis China dan Belanda sebagai salah
satu tema wisata di Jakarta, tetapi sebuah konsep kota, garuslah
melihat sejarah dan perkembangan kota tersebut lalu dikolaborasikan
dengan budaya lokal, untuk menjadikan kota tersebut mampu ‘menjual diri’
sebagai kota dunia, salah satunya tujuan untuk wisatanya.
Dan Jakarta
sudah ‘terlanjur’ sebagai bekas jajahan Belanda sekitar 3,5 abad, dan
3,5 tahun oleh bangsa Jepang, serta pedagang2 China berdagang di
indoesia ( salah satnya Jakarta ), sehingga semuanya menjadikan Jakarta
sebagai ‘multi-culture’ ( lihat tulisanku ‘Multi-Culture’ : Betawi, China Town dan Dutch Town untuk Tujuan Wisata Jakarta : Konsep Dariku, Mungkinkah? ). Dan ini menjadikan kota Jakarta bagian dari sejarah dunia ……
Walau kita sempat membenci warga
penjajah ( waktu dalam penjajahan ), tidak benar jika kita bisa
menghapus sejarah kelam kota Jakarta ataupun bangsa Indonesia karena
kita MEMANG dijajah selama itu, dan ‘hasilnya’ pun ada! Secara fisik
kota, banyak sekali bangunan2 konsep Belanda dan secara arsitektural
sebenarnya sangat indah. Begitu juga bangunan2 China. Sayang tidak
terlihat bangunan2 Jepang. Dan ini berrti, Jakarta sebagai ibukota
negara, akan bisa mengembangkan sebagai kota untuk wisata sejarah, bagi
warga Belanda dan China.
Tidak juga berarti sekarang bagi orang2
yang tidak berkenan ( terus-terusan ) dan benci kepada etnis penjajah,
bisa membumi-hanguskan sejarah kota, khususnya fisik kota, dengan
bangunan2 khas Belanda dan China, secara dunia sangat menghargai dengan
kehidupan masa lampau dan sejarah sebuah kota, yang di beberapa negara
justru sejarah kotanya menjadi ’situs’ dan ‘artefak’ bagi dunia dan akan
menjadi peninggalan bagi keturunan2 kita.
***
Setelah ratusan artikel tentang Jakarta,
serta beberapa artikel tentang konsep pengembangan dan potensi wisata
Jakarta, berikut ini aku ingin mengatakan bahwa Jakarta benar2 mempunyai
potensi wisata yang luar biasa!
Dari ‘Batavia kota Tua’ dengan
bangunan2 Belanda, ‘China Town’ dengan konsep dan pengelolaan yang bisa
membuat Jakarta dalam sejarah perdagangan China, sampai kantong2 kecil
wisata ‘Pedestrian City’, seperti di Pasar Baru, ( konsep ) Tanah Abang
di tulisanku Menampung ‘PKL Tanah Abang’: Sedikit Konsep Dariku dan ( konsep ) Glodok-Gloria di tulisanku Karakteristik Jakarta Itu Apa, Sih? Mimpikah Jika ‘Merenovasi’ Gloria - Glodok?.
Dan sekarang, ada
‘berlian’ yang belum diasah sebagai potensi wisata Jakarta, yaitu
‘Kampung Belanda Menteng’ dengan rumah2 asli Belanda sebagai salah satu
sejarah kota Jakarta …..
Ketika kita berjalan2 di sekitar
‘perumahan’ elite Menteng, memang sudah banyak rumah2 kuno yang
dirobohkan serta membangun yang lebih modern. Sebenaranya sayang sekali!
Aku sangat mengerti ketika lebih banyak orang yang tidak tertarik
dengan situs2 kuno, dan lebih mencari konsep modern. Dan konsep2 modern
itu buatku tidak lebih bermakna dari sebuah sejarah kota, apalagi kota
Jakarta yang sudah menjadi buah bibir dunia, dari yang positi sampai pun
yang negatif.

ruangbaca.com

Terlepas dari kawasan Menteng
sekarang ini sering banjir di ttik2 tertentu, menten masih menjadi
‘rebutan’ bagi kaum kaya di Jakarta untuk bertempat tinggal. Bukan hanya
‘asri’nya saja, tetapi karena Menteng dari dahlu merupakan tempat ‘kaum
kaya’ sehingga mampu menaikkan prestisius jika ita bertempat tinggaldi
Menteng …..
Beberapa bangunan kuno dengan arsitektur peralihan yang masih dirawat dengan cukup baik.


Beberapa bangunan Art Deco di
Menteng yang mulai tidak dirawat, sehingga sebentar lagi akan ‘tidak
terawat’ . Sayang sekali, padahal bangunan tersebut sangat cantik …..


megapolitan.com
Salah satu bangunan yang sudah tidak
dirawat, bahkan ‘rumah cantik’ jalan Cik Di Tiro sudah dirobohkan ……
Duh, sebagai arsitek aku benar2 ‘menangis’ melihat bangunan cantik yang
di eksekusi …..
Tetapi masih banyak pemilik rumah atau
keturunannya yang mempertahankan rumah2 kuno mereka dengan arsitektur
Belanda dan Eropa pada umumnya, bahkan justru memugarnya untuk dijadikan
tempat tinggal yang cantik, apik dan penuh dengan sejarah!
Awasan Menteng mulai dibangun sejak
tahun 1920, dikenal sebagai kawasan ‘Weltreveden’, dari wilayah Gambir
sampai Pejambon, pada waktu sekarang. Konsepnya adalah membangun
perumahan orang2 Eropa yang pada waktu itu dalam pemerintahan Kolonial
Belanda, serta untuk orang2 pribumi dengan strata sosial menengah
keatas. Arsitekturalnya bergaya campuran masa peralihan dengan type ‘Oud-Indische Huis’ yang berhalaman luas dan serambi depan dan belakang selebar rumahnya.
Kawasan Menteng memang sangat asri
dengan pepohonan2 tua-nya sejak jaman itu ( memang dipertahankan dan
tidak boleh ditebang sampai sekarang, walau sudah banyak yang
melanggarnya ). Karakteristik secara arsitekturalnya sangat menonjol.
Bangunannya mempunyai atap tinggi, karena konsep awalnya adalah ‘PANAS’.
Dengan Jakarta di negara tropis dan orang2 Eropa sering
tidak tahan panas, mereka membangun atap rumah dan plafond tinggi untuk
angin masih dan konsep jendela2 besar dengan ‘cross-ventilasi’ nya yang
membuat rumah itu menjadi nyaman bagi si empunya rumah …..
Secara arsitektural, rumah2 Eropa merupakan gaya dan langgam di kawasan Menteng ini, tetapi ada juga unsur
budaya lokal dengan detail2 yang berakar dari arsitektur tradisional
Indonesia, serta gaya Art-Deco dan modern tahun 1930-an, membuat kawasan
Menteng ini cantik untuk potensi wisata Jakarta.
“Memang bagaimana cara ‘menjual’
Jakarta dengan potensi Kawasan Menteng ini, dan apa sih, yang menarik?
Secara sudah banyak kota2 Eropa yang klasik dan cantik dengan bangunan2
bergaya kuno?”
Ya! Memang banytak yang berkata seperti itu! Tetapi beda dengan Jakarta dan Eropa adalah tentang SEJARAH nya, serta konsep sebagai NEGARA TROPIS dan kota MULTI-CULTURAL!
Itu yang membedakan, dan justru itu yang DICARI oleh wisatawan2 Eropa!
Bahwa nenek moyang mereka pernah menjajah Indonesia, dan bangunan2
mereka masih dan bahkan menjadi ‘museum’ kota Jakarta! Potensi wisata
yang sangat menarik!
Sebagai urban planner, walau hanya
sekedar ‘mimpi’ untuk Jakarta, aku melihat potensi2 Jakarta itu sangat
banyak, salah satunya potensi wisata. Sedikit konsep untuk Kawasan
Menteng dariku :
1. Kawasan ‘Weltervreden’ harus
di’sisir’ dahulu untuk menentukan bangunan2 yang mana yang bisa
dijadikan ‘tempat’ wisata’. Bukan harus bisa dimasuki oleh wisatawan,
tetapi bisa juga hanya sekedar mereka melihat2 dari luar saja ( jika
bangunan itu sebagai rumah tinggal pribadi ).
2. Bangunan2 tersebut mulai
di’dandani’ atau dipugar, tetapi tidak merusak bangunan aslinya.
Dibersihkan dan lingkungannya di tanami pepohonan baru untuk menambah
semarak bangunan tersebut.
3. Untuk bangunan2 umum, selain di
dandani, diharapkan wisatawan bisa dan boleh masuk kedalam untuk
mem-footo momen2 nenek2 moyangnya mungkin tahu tentang bangunan itu
‘Ketika aku ke Belanda dan
menginap di tempat teman penaku di Maasslaand, ternyata nenek moyang
mereka pernah tinggal di ‘Weltervreden’ dan salah satu keluarga
melahirkan di RS PGI Cikini yang memang sekarang ini memasuki usia 110
tahun, untuk sebuah rumah sakit …..
Dan ketika mereka berkunjung
ke Jakarta, kami mengantarkan mereka ke RS PGI Cikini dan mereka foto2
untukdiperlihatkan kepada oma dan opanya, yang dulu lahir di sini …..’
Sehingga jika memang demikian, bangunan2 kuno tersebut menjadikan ‘ikatan erat’ jejak sejarah bagi Belanda - Indonesia …..

rspgicikini.org

id.wikipedia.org

Bukan kah rumah Raden Saleh ( RS PGI
Cikini ) ini sangat cantik??? Sangat sayang, jika gedung ini ini tidak
dirrawat, dan ‘menghilang’ karena dimakan ngengat dan egoisme manusia
semata …..
4. Bangunan2 sejarah yang mungkin bisa di pugar dan menjadi tempat wisata adalah :
a. Gedung N.V. de Bouwploeg ( sekarang Mesjid Cut Meutia )

wikipedia.org

coretan-muamar.blogspot.com
Gedung Mesjid Meutia yang cantik …..
b. Gedung Bataviasche Kunstkring ( sekarang kantor Imigrasi )
c. Gedung Nassaukerk ( sekarang Gereja St. Paulus dan Gereja Theresia )
d. Gedung Rumah Raden Saleh ( RS PGI Cikini ) - Lihat tulisanku Konsep Rumah Sakit Taman, Persembahan untuk Jakarta
e. Dan yang lain, seperti Gedung Dirjen Kebudayaan atau Gedung Sekolah Canisius ( bagian dalam ), dan sebagainya.
Tulisanku berikutnya adalah membangun
konsep Kawasan Menteng sebagai potensi wisata Jakarta. Dan tulisanku ini
masih terus bersambung …..
Bersambung …..

Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Ga Etis Menonjolkan Etnis Bangsa Lain untuk Jakarta? Bagaimana tentang Sejarahnya? Ah …”
Posting Komentar