Senin, 19 Agustus 2013
‘Orang-orang Hebat’ Karya Pak Eman Dapa Loka (Tetapi Sebenarnya Bukan Untukku….)
Senin, 19 Agustus 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

Dokumentasi Pak Eman
Bapak Emanuel Dapa Loka, teman dan
sahabat-ku lewat komunitas Kompasiana dan ‘dunia maya’ Facebook, tetapi
tanpa pak Eman, aku bukan ‘aku yang sekarang’. Beliaulah salah satu yang
mewawancaraiku lewat The Jakarta Post dan link nya sampai ke seluruh
dunia lewat internet.
Ketika pak Eman ‘mention’ aku lewat
Facebook ku, aku tidak terlalu ingin tahu, karena biasanya aku membuka
mention2 jika sedang istirahat atau malam2 setelah semua tugas2ku
selesai. Apalagi aku tidak terlalu aktif untuk bersenda gurau di
Facebook,tidak seperti dulu sebelum aku sakit.
Tetapi ketika pertama kali aku membuka
mention dari pak Eman, aku dikejutkan dengan sebuah foto buku yang
ditulis oleh pak Eman sendiri, sebuah buku “Orang Orang Hebat - Dari
Mata Kaki ke Mata Hati”. Dengan kata HEBAT berwarna hijau tua bergradasi
yang cukup menyolok dan latar belakang putih serta gambar dahan pohon
yang aku tidak atau belum tahu artinya, membuat cover buku ini cukup
menarik! Apalagi judulnya membuka ‘mata hati’ku mulai tergerak untuk
ingin tahu lebih, ‘apa yang hebat?’ Siapa? Mengapa disebut orang2 hebat?
(Belakangan, aku tahu dari pak Eman
sendiri, arti cover buku pertamanya, ketika beliau sendiri sempat
menulis di Timeline Facebook ku arti konsep cover bukunya, yang di
desain oleh sahabatnya).
Seketika itu juga, aku sungguh tertarik membeli buku itu, dan langsung menjawab mention pak Eman di Facebook untuk bertanya,
“Kapan terbit? Harganya berapa? Bisa dibeli dimana?”
Semua pertanyaan standart tentang
sesuatu jika kita tertarik. Dan pak Eman menjawab bahwa buku ini ( waktu
itu ) baru bisa dibeli lewat beliau saja, tetapi nantinya bisa dibeli
di Gramedia dan toko2 buku besar lainnya. Segera aku mengatakan mau
pesan dan membeli 5 buku, untuk aku bagikan kepada teman2ku ( dan
langsing aku dikirmkan ke rumahku ), karena aku tahu kualitas pak Eman
sebagai penulis dan wartawan senior di Kompasiana, BPK Gunung Mulia dan
The Jakarta Post ( kalau tidak salah, mohon dibetulkan jika ada
kesalahan, pak Eman ).
Ya, ketika mewawancaraiku, beliau bisa
dan mau mngerti untuk mengikuti alur bicaraku, sesuai dengan
keterbatasanku ( waktu itu akhir tahun 2011, dan bicaraku masih tidak
selancar sekarang, walau sekarangpun tetap masih terbata2 dalam
berbicara karena stroke ), sehingga aku merasa nyaman menjawab
pertanyaan2 beliau tanpa harus memikirkannya terlebih dahulu.
***
Sekitar akhir tahun 2011, pak Eman
mengirim inbox di Kompasiana untuk aku diwawancarai, tentang kesaksianku
stroke. Beliau datang ke rumahku setelah jam kantor, sekitar jam 8
malam. Dengan ditemani papa dan mamaku serta anak2ku, wawancarai itu
mampu membuat bahagia, setelah pak Eman makan malam bersama2. Dan pak
Eman senang sekali tempe, seperti papaku …..
Hehehe, makan banyak tempe
….. Dan setelah itu, tawaran wawancara banyak sekali di depanku, setelah
Inspirasi majalah BPK Gunung Mulia juga mewawancariku, CBN untuk acara
Solusi di TV. Dan itu semua ( salah satunya ) berkat pak Eman, dan Tuhan
Yesus tentunya …..

Dokumentasi Pak Eman
Sofyan Wanandi, yang membuka buku ini dalam Kata Pengantarnya. Dikatakannya adalah bahwa ‘orang
hebat adalah mereka yang melakukan pekerjaan besar namun dengan rendah
hati menyadari bahwa tanpa bantuan orang lain, pekerjaan itu tidak akan
berhasil’.
Dan kerendahan-hatian seperti itu, menurut Sofyan Wanandi, menuntut jiwa besar, profesionalisme, ribuan jam terbang dan harus ‘membayar korban yang harus dibayarnya’
dan ‘korban’ itu merupakan missi dan visi bagi hidup orang tersebut,
“Beyonf the Mission” yang berdasar pada “Beyond the Vision”.
Dan menurut beliau lagi, bahwa kebiasaan2 atau ‘habit’
adalah yang menjelma menjadi komitmen dan integritas yang inilah yang
senantiasa dilatih dengan disiplin dan itulah yang dilakukan oleh
‘orang2 hebat!’.
Buku pak Eman ini, mengetengahkan 20
‘orang hebat’. Dari senior sampai yang masih muda. Dan bingungnya aku,
menurut pak Eman aku adalah orang2 hebat, dengan adanya cerita hidupku
di buku ini.
Astaga, bagaimana mungkin? Aku tidak merasa menjadi orang
hebat, walau aku memang berusaha menjadi ‘orang hebat’ setidaknya untuk
anak2ku, orang tuaku dan keluargaku, dalam mengarungi hidupku sebagai
‘disabled’ dan keterbatasan2.
“Terima kasih, pak Eman, atas apresiasi ini kepadaku. Bapak adalah sahabatku dan saudaraku dalam Tuhan …..”
Tokoh2 yang pak Eman ketengahkan di buku
ini, sangat beragam. Ada 2 orang yang pak Eman wawancara dalam
keterbatasanya sebagai insan pasca stroke, yaitu aku dan pak Jansen Sinamo.
Aku hidup dengan hanya tubuh kiriku tetapi pak Jansen Sinamo hidup
dengan hanya tubuh kanannya, keduanya karena stroke, dan pak Eman
membuat kami ( atau setidaknya aku ) merasa bahwa kami ( atau aku )
tetap sebagai manusia normal dengan tubuh lengkap! Seakan2 aku tetap
bisa melakukannya dengan tuubuh lengkap, bukan cacat dengan tubuh kiri
saja!
Antie Soleman,
adalah seorang perempuan yang sejak tahun 1986 selalu berada dalam
masyarakat Papua dengan berbagai kegiatannya ( terutama pemberdayaan
perempuan ), menjadikan beliau benar2 ‘orang hebat’, bagi banyak orang
dan pastinya bagi Tuhan.
Atau juga Romo Vincentius Kirjito Pr,
dimana beliau selalu menginspirasi desa2 seluruh Nusantara dari lereng
Merapi, yang dengan tekun bekerja bagi kemanusiaan di akar rumput! Dan
ini merupakan seorang yang sungguh hebat dimataku. Seorang Romo, bukan
hanya ‘berkotbah’ saja di Gereja, tetapi beliau langsung menuju ke akar
rumput untuk ‘menjemput bola’ dan menginspirasi tentang banyak hal bagi
masyarakan pedesaan!
Bukan karena aku termasuk didalamnya, dari 20 ‘orang2 hebat’ menurut pak Eman, kita diajak untuk melihat dan memahami ‘hati’ dari masing2 dari mereka.
Mereka semua adalah ‘pejuang!’ Setidaknya untukku, keterbatasanku serta
cacat fisikku adalah sebuah perjuangan dalam kehidupanku. Begitu pun
bagi mereka di dalam buku ini. Masing2 berjuang bagi masing2
kebutuhannya, termasuk aku sebagai disabled demi masa depanku dan
anak2ku …..
Pejuang bukan hanya ‘pahlawan’
kemerdekaan, secara fisik saja. Tetapi pejuang2 yang bukan ‘pahlawan’
negara seperti di buku, inilah yang benar2 pejuang ‘hati’ dalam Tuhan.
Apapun agamanya, apapun prinsipnya atau bagaimanapun jalan hidupnya,
kesemuanya aku tahu dan yakin bahwa mereka semua ( termasuk aku )
melakukan perjuangan dalam Tuhan. Dan pejuang justru tidak ‘dikenal’,
seperti tokoh2 di buku ini. Dan ‘ketidak-terkenalan’ kita, justru mampu
menjaga ‘hati’ ini, dalam kerendahan hati, kepedulian sosial serta
perjuangan dalam melangkah, tanpa diusik oleh kepengtian2 pribadi demi
kesombongan dan egoisme diri …..
Pak Eman, maju terus dalam mencari sosok ‘orang2 hebat, untuk bisa menginspirasi ke banyak orang, dalam Tuhan …..


Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Orang-orang Hebat’ Karya Pak Eman Dapa Loka (Tetapi Sebenarnya Bukan Untukku….)”
Posting Komentar