Home
» Potensi Wisata
» Karakteristik Jakarta Itu Apa, Sih? Mimpikah Jika ‘Merenovasi’ Gloria - Glodok?
Kamis, 15 Agustus 2013
Karakteristik Jakarta Itu Apa, Sih? Mimpikah Jika ‘Merenovasi’ Gloria - Glodok?
Kamis, 15 Agustus 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

www.eveningnews24. co.uk
Sebelumnya :
Seperti cerita sebelumnya, Gloria memang
memori masalalu, terutama berhubungan dengan papa almarhum. Gloria akan
mengingatkan tentang papa, karena ternyata hanya aku lah ( bukan
adik2ku atau juga bukan mamaku ) yang tertarik tentang kehidupan
‘pecinan’ di Gloria. Keluargaku sih suka dengan makanan2 serta
kudapan2nya, tetapi tida dengan sosial-budayanya, yang memang terfokus
kepada 1 etnis, keturunan TiongHoa.
Kehidupan di Gloria, memang terfokus
untuk 1 tujuan. Etnis TiongHoa di Jakarta memang sangat apresiatf dalam
berdagang, sehingga tidak ada sedikit ‘titik’ untuk dibiarkan terbuka.
Semuanya penuh sesak dengan berdagang.
Dari gedung parkit, semua bangunan ruko
hana untuk berdagang, di kanan-kiri Gedung Gloria. Di pelataran ruko2
tersebut, tetap juga untuk berdagang. Aku tidak tahu, apakah si pedagang
di pelataran ruko itu ‘menyewa’ tempat untuk berdagang yang dikelola
oleh si empunya ruko atau rumah, atau mereka sudah turun temurun dalam
menjalankannya.

Foodcourt, bersama mereka membangun
lapak dengan bermacam2 masakan China, tempat kami biasa wisata kuliner
jika sedang malas untuk masuk ke ‘pasar’ Gloria
Di pelataran2 ini, pun ‘beranak pinak’.
Artinya, dari dagang bakmi, bubur, masakan2 China, sampai berjualan
dendeng, buah2an, permen, tas, baju atau apapun yang bisa dijadikan
uang! Ckckck, mereka sangat keukeuh untuk berdagang, walau sudah tua dan
dagangannya hanya sekedar pisang, tetapi mereka sudah menjalankannya
sejak turun temurun …..


Inilah ‘pasar’ Gloria! Makanannya
memang enak2, tetap jika makan disana panas sekali karena atapnya
terbuat dari plastik, dan suasananya sangat hiruk pikuk! Untukku
sekarang, tidak mungkin makan kesana lagi dengan fisikku, aku akan
sering terjatuh dan susah untuk bergerak!
Jangankan memakai kursi roda, berjalan saja susah ….
Ada 1 ruko yang berdagang daging penyu,
atau disebut juga ‘pi-oh’. Sebenarnya, penyu itu adalah makanan illegel,
bahkan penangkaran penyu, bukan untuk di makan atau diperjual-belikan,
tetapi penyu di tangkar untuk menghindari kepunahan. Jadi, dari pertama
kali aku tahu dan mencoba daging penyu ( waktu itu aku tidak tahu itu
adalah daging penyu, teman se-kampus lah yang membawaku untuk mencoba
‘pi-oh’ ), aku sama sekali tidak respek kepada si empunya warung, karena
untukku itu adalah illegal, dan kasihan penyu2 itu, seperti yang aku
tuliskan di Tragedi Sahabatku di Suatu Hari, Kura-Kura Laut dan Anak Burung Camar dengan Ekosistimnya.
Tempat ini, Gloria Glodok layak di
‘pugar’ dengan tempat2 cantik yang masih asli dari peninggalan etnis
China. Gloria Glodok memang sudah aku inginkan masuk kedalam konsep
renovasi China Town untuk Jakarta, seperti di tulisanku tentang ‘Multi-Culture’ : Betawi, China Town dan Dutch Town untuk Tujuan Wisata Jakarta : Konsep Dariku, Mungkinkah?
Aku teringat ketika aku sempat untuk
berjalan2 di Mongkok, Ladies Market di Hongkong. Suasananya sangat mirip
denan Gloria Glodok. ‘Amburadul’nya sesuai dengan kehidupan dan budaya
etnis China, juga sangat mirip disana. Bedanya adalah KEBERSIHAN
nya! Walau amburadulnya sama dengan suara2 berisik dan saling
berteriak2, tetapi kesadaran warga Hongkong tennang kebersihan sama
sekali berlainan dengan warga Jakarta, walaupun sama2 etnis China …..

Di Ladies Market, Mongkok, Hongkong. Suasanya miirip dengan Gloria Glodok.
Bangunan2 Glodok di Gloria ini, benar2
merupakan peninggalan jaman dulu dengan sejarah yang memang merupakan
tempat pedagang2 China pada waktu itu berdagang dengan pegadang2 dari
Eropa dan pribumi, sehingga arsitekturannya pun khas China, dengan
bangunan2 kunonya. Walau sudah banyak yang dirombak dan di rubuhkan
berganti dengan bangunan2 modern dengan konsep murah …..
Ketika aku memunculkan konsep ‘China
Town’ untuk Jakaarta, seseorang kontra denganku. Dikatakannya bahwa
China dan Belanda tidak etis bila dimunculkan dalam kota Jakarta sebagai
ibu kota negara. Masalahnya, inilah Jakarta! Sebuah kota dengan sejarah
panjang dari pendudukan Belanda, Jepang dan pedang2 dari China, membuat
wajah fisik kota sangat khas dan spesifik dengan fisik bangunan khas
Eropa Belanda serta China. Tidak ada salahnya, dan justru harus di
membuat konsep Eropa-China menjadi karakter kuat kota Jakarta, dengan
kolaborasi budaya lokal, yaitu budaya Betawi.
Bukan karena aku tidak cinta kota2
lain di Indonesia, tetapi tidak benar membuat konsep amburadul, masuk ke
Jakarta konsep2 kota2 lainnya di Indoneisa, misalnya budaya Jawa,
Sunda, Batak, Ambon atau Maluku. Lalu, bagaimana cara kota2 tersebut
menjadi satu?
Tiap kota karakteristiknya
berlainan, dan Jakarta mempunyai karakteristik Eropa dalam Batavia Kota
Tua-nya, serta pedagang2 dari China. Lihat saja, sepanjang Jatinegara
sampai Matraman jika kita perhatian bangunan2 tuanya adalah karakter
China. Begitu juga Gajah Mada sampai Beos.
Begitu juga di Menteng dengan
bangunan2 khas Belanda lama, tidak salah jika kkita memunculkan
karakteristik kota Jakarta, berbaur dengan budaya lokal Betawi …..
Mungkin konsep dibahaw ini bisa membuat
Jakarata mempunyai ‘kantong’ etnis China yang sebenarnya. Jika konsep
link diatas, Gajah Mada sampai Beos serta Mangga Besarnya, masih berbaur
dengan budaya Betawi serta Eropanya, tetapi husus untuk Gloria Glodok,
tempat ini akan lebih memunculkan China Town Jakarta :
1. Dari Hotel
Glodok, seharunya justru tidak dibuat menjadi jalanan kendaraan.
Seharusnya sudah benar, ketika sejak dulu Gloria Glodok merupakan
pedestrian dalam 1 blok. Yang harus diperhatikan hanyalah,
membuat
pedestrian yang nyaman untuk kita berjalan2, dengan makanan2 dan
masakan2 China yang sedap. Streetscape2 yang cantik serta bangunan2 khas
China, arsitektural nya harus DIMUNCULKAN, denga memugar bangunan2 itu,
BUKAN MEROBOHKAN dan menjadikan bangunan2 baru!


Contoh streetscape yang cantik dan bisa sebagai arah dan indah dipandan
2. Pelataran
ruang terbuka sebelah Hotel Glodok, benar2 harus di desain sedemikian
rupa, untuk bisa membuat warga Jakarta berjalan2 dengan nyaman.
Selanjutnya, dari pelataran ini, masuk ke gang-gang Gloria
di ujungnya, dipugar sedemikian sehingga konsepnya menyatu dengan
con-block warna dan pedagang2 PKL nya di berikan tempat husus di
sekitarnya, juga dengan lapak2 yang cantik!

Pedestrian tidak harus khusus,
tetapi jika kita lihat di New York, hanya sekedar material yang beda
untuk lantainya, sudah menjadi sebuah pedestrian. Dan di desain payung2
cantik untuk meja2 makan sambil makan dan melihat2 lingkungan …..

Dengan standard2 arsitektural
tertentu, kita bisa mendesain dengan baik, berapa jarak antar bangunan,
jalan, ruang terbuka hijau ataupun ketinggian masing2.

www.cheyennewestadge.com
Dan jika kita sudah merasa nyaman
dengan desain kita, kuta bisa membuat bagian2 asesoris perkotaan seperti
banngku pedestran, toko2 atau resto2 dengan kanopi2 yang sesuai dengan
konsepnya, dan akan lebih menarik dengan penghiauan dan penyerapan air
……
3. Fasilitas2 toilet perlu
diadakan! Karena biasanya justru banak pengunjung buang hajat di tempat2
seadanya! Jadi, jika kita dulu ingin berjalan2 kesana, kita harus
pastikan untuk kita tidak ingin ‘pipis’. Arena tidak semua ruko dan
warung makan mempunyai kamar mandi dan WC, atau jika ada pun sungguh
tidak layak untuk dipakai. Maklum, bangunan2 itu memang sudah tua dan
turun temurun, yang mereka lebih peduli mencari uang dibandingkan
membersihkan tempat atau rumah mereka …..
4. Dan yang terpenting adalah, warga
Jakarta harus di didik untuk MENJAGA KEBERSIHAN, serta KEPEDULIAN
SOSIAL untuk menunjang semua konsep ‘Jakarta lebih baik!’.
Karena jika tidak, semua akan kempali lagi seperti sekarang, jika pemda
sudah merenovai dengan cantik, tetapi tetap saja warga Jakarta tetap
tidak mau menjaga kebersihan, buang sampah sembarangan serta tidak
peduli satu sama lain dan maunya hanya egoisme masing2 saja …..
5. Dan loading-unloading nya harus
lewat belakang. Misanya dari jalan Pintu Besar Selatan atau lewat Pasar
Pagi untuk truk2 memuat barang2 yang hendak dijual, denga riset2
tertentu.
Secara arsitektural, konsep perkotaan
dengan melihat sejarah serta karakteristik kota Jakarta, adalah yang
ideal. Tidak menuntup kemungkinan untuk konsep2 yang lain. Tetapi,
cobalah di riset sedemikian secara arsitektural, jangan kehendak sendiri
saja, karena tidak-sukaan terhadap etnis tertentu …..
Catatan :
Dan dalam memunculkan
karakteristik sebuah kota, bukan hanya mencari konsep2 baru dan
membangun bangunan baru, tetapi mencari dan melihat serta mengamati kota
tersebut, APA YANG SUDAH ADA, APA YANG MENARIK dan APA YANG BISA
DITONJOLKAN! Supaya hasilnya optimum dengan kiota yang ada, tanpa
‘membayar’ harga yang ada lewat desain konsultan2 yang tidak peduli
dengan kotanya ……


Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Karakteristik Jakarta Itu Apa, Sih? Mimpikah Jika ‘Merenovasi’ Gloria - Glodok?”
Posting Komentar