Selasa, 18 November 2014

‘Fish and Chips’ ala Resto Mahal di pantai Castricum




By Christie Damayanti



Hari terakhir di Belanda. Dinner terakhir di Belanda dan Arie mengajak kami bertiga untuk makan malam di pantai Castricum. Sebuah pantai ‘perawan’ yang memang sengaja tidak untuk turis, melainkan hanya sekedar pantai bagi fasilitas lingkungan disana, bercanda dengan keluarga dan sahabat …..

Makan malam kali itu adalah Fish and Chips dalam versi yang berbeda. Biasanya untuk Fish and Chips adalah makanan ‘ringan’. Ga ringan2 amat sih, tetapi biasanya dijual di resto2 atau kedai2 ‘jalanan’. Karena awalnya adalah nelayan yang menggoreng atau membakar ikannya untuk disantap di pinggir jalan.

Tetapi dengan kemajuan jaman dan dengan kebutuhan lingkungan, ternyata Fish and Chips melanda juga di resto2 mahal. Dengan beberapa tambahan menu serta beberapa variasi, jadilah menu Fish and Chips ala resto mahal. Dan itulah yang kami pilih di resto mahal ini …..

Resto itu apik. Khas resto pantai yang separuhnya berada di outdoor dan separuh nya lagi indoor memakai AC. Sebenarnya, kami ingin berada di outdoor tetapi penuh. Waktu itu jam 8.00 malam, dan matahari masih bersinar dengan anggunnya. Sinarnya masih terik, tetapi terselimur dengan udara yan sejuk, sehingga sinar kuning yang menggigit itu tidak bisa menembus kulit kami menjadi panas. Bahkan kami masih merasa sedikit kedinginan, ketika angin berhembus.


Suasana sekitar jam 8.00 malam di pantai Castricum. Di resto bagian outdoor, matahari masih cukup terik menyengat tetapi udara dan angin cukup dingin untuk kami …..

Tampak sebagian besar adalah keluarga. Sebagian kecilnya adalah kaum muda bergerombol dan kaum tua atau lansia, juga bergerombol. Sebagian besar dari keluarga adalah keluarga muda dengan anak2 dibawah 15 tahun. Sebagian lagi adalah keluarga menengah dengan anak2 remaja,yang masih mau mengikuti orang tuanya untuk bertamsya ke pantai seperti ini. Hanya sebagian kecil saja, pasangan muda mudi. Karena resto ini memang sangat terbuka dengan konsep keluarga dan meja2 besar, Jadi tidak ada tempat untuk berpacaran, hihihi …..



Suasana resto indoor. Konsepnya memang ‘bar’ tetapi untuk keluarga. Banyak keluarga dengan anak2 dibawah 15 tahun.

Aku, Arie dan Clara memesan Fish and Chips dengan beberapa varian berbeda. Denni memesan steak dan Michelle memesan sate. Aku tidak tahu nama ikannya, tetapi dari bentuknya dengan irisan daging serta hampir ‘tanpa duri’, sepertinya adalah ikan Dori. Tapi entahlah, apakah ikan ini berada di dua tempat berjauhan ( Indonesia – Belanda ).

Budaya Indonesia memang berbeda dengan budaya Belanda. Ketika kami memesan makan ikan, justru si pelayan menekankan tentang minumnya. Minuman2 berakohol ringan maupun berat, ditunjukkan kepada kami. Kami menggelengkan kepala. Kami hanya minum softdrink, coklat, the, susu atau juice. Dan si pelayan tersenyum sambil mundur teratur dan mencatat yang kami pesan. Seperti biasa, aku memesan teh susu hangat, Dennis sebotolCoca Cola dn Michelle memesan coklat hangat.




Teh susu hangat kegemaranku, dan coklat hangat kegemaran Michelle …..

Berbeda dengan Arie dan Clara. Mereka memesan Fish and Chips juga, tetapi minumannya adalah berakohol, walaupun ringan. Entah apa namanya, mereka memesan minuman yang berbeda jenis.



Untuk Fish and Chips nya, diberikan ekstra kentang dan sayur sesukanya, dengan memesan set ikan panggang atau goreng. Begitu juga dengan steak dan satenya, dengan kentang dan sayur mayur mentah untuk salad, yang bisa ditambah sesukanya. Kami menunggu makanan itu dengan banyak tertawa dan mengobrol ngalor ngidul.

Secara jam itu memang jam makan setelah berenang tanpa lelah di laut untuk pengunjung selain kami, pasti cukup lama pesanan kami datang. Sehingga, Arie mengajak Dennis dan Michelle berjalan2 ke pantai. Berjalan2 ke pantai tidak mungkin untukku. Mengapa? Karena kakiku tidak mampu untuk berjalan dengan pasir tebal. Kakiku mampu swcara kakiku tidak cacat, tetapi otakku tidak mampu untuk menggerakkannya …..



Terlihat, Arie dan Michelle berjalan di pasir pantai …..

Ari bermain dengan Dennis dan Michelle di pasir, sedangkan aku dan Clara hanya mengobrol di meja. Sesekali Dennis memanggil kami, berteriak dan kami melambaikan tangan kami kearah mereka.

Ya ….. lama sekali karena masih banyak mja yang belum mendapatkan makan malam mereka. Tetapi kami sabar menunggu. Justru untukku sendiri, aku ingin terus berlama2 dengan mereka, keluargaku di Belanda. Aku sepertinya tidak ingin pergi. Aku ingin berada dengan mereka. Sambutan hangat mereka membuat aku nyaman …..

Tetapi penantian itu pun harus berakhir. Satu persatu, pesanan kami pun datang. Dari ikan panggang ku dan Arie,ikan panggang berselimut mayonnaise untuk Clara. Lalu 1 tusuk sate sapi cukup besar untuk Michelle dan steak panggang untuk Dennis. Masing2 ditambahkan kentang dan sayur untuk salad. Sementara minum kami sudah sejak beberapa menit lalu, sebelum makanan kami datang.



Ikan panggang pesanan kami. Coba lihat, menggiurkan sekali kan? Apalagi jika kita mencium bau harumnya, serta melihat dengan mata kepala sendiri ….. yummy ….. ikan2nya gemuk2, tanpa duri dan rasanya ……. Wowowwwww …….



 
Sate hanya 1 tusuk tetapi kenyang sekali … *mereka tidak tahu, sate kita di Indonesia pasti 10 tusuk, itupu belum tentu kenyang, hihihi …..
Kentang, sayur untuk salad dan buah untuk masing2 dari kita …..

Hmmmmm …… tercium bau aroma ikan panggang berselimur aroma jeruk lemon dan mayonnaise panggang. Juga bau hangat steak dan sate panggang. Banyak sekali masing2 porsinya. Aku menggelengkan2 kepalaku, melihat 2 ekor ikan panggang ku dihadapanku. Kupikir, aku tidak mampu menghabiskannya. Tetapi ternyata ….. semua aku habiskan, hihihi …… ternyata ikan ku sangat lezaaattttt …… yummy ….. entah di perciki bumbu apa, tetapi yang jelas sepertinya hanya dipanggang biasa saja, walaupun rasanya luar biasa! …..

Kami makan dengan lahap. Aktifitas kami seharian di rumah Arie dan keluargnya, membuat kami lapar. Seketika saja, makanan di depan kami pun tandas. Tetapi kami masih terus bersenda gurau dan terus melahap kentang2 yang terus bisa disandingkan ke meja2 kami, karena kentang dan salad bisa dipesan terus menerus, asal tidak dibawa pulang.

Setelah kekenyangan, barulah kami bersiap2 untuk pulang. Walau dalam hatiku, aku masih ingin bersama mereka dalam 1 keluarga yang utuh di Belanda. Arie dan Clara, aku anggap sebagai orang tuanku, dan opa dan oma Dennis dan Michelle. Dan kami bahagia dengan mereka …..
Besok, kami harus melanjutkan perjalanan kami berkeliling di beberapa negara lain di Eropa Barat ini. Dan aku berdoa, suatu saat kami bisa bertanddang lagi ke Belanda dalam sebuah suka cita liburan …..

Sebelumnya :





























































Tags:

0 Responses to “‘Fish and Chips’ ala Resto Mahal di pantai Castricum”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks