Rabu, 14 Agustus 2013

‘Multi-Culture’ : Betawi, China Town dan Dutch Town untuk Tujuan Wisata Jakarta : Konsep Dariku, Mungkinkah?



By Christie Damayanti


13764546042064814144
advertiser.blogspot.com

Seperti yang sudah aku katakan di tulisanku di  Denyut Kehidupan ‘Mangga Besar’ dari Dahulu Sampai sekarang, yang ternyata tidak mudah untuk membuat Mangga Besar menjadi bisnis yang murni mempunyai ijin. Jangankan Mangga Besar, sebuah tempat di sebuah negara berkembang, yang oleh banyak mafia merupakan tempat ‘basah’. Tempat2 sejenis di negara2 maju pun, bisnisnya banyak yang ilegal dan mafianya pun sudah terkenal di dunia! Dan Mangga Besar berada di salah satu lini garis sebuah etnis di kota Jakarta, bisa dikatakan sebagai ‘China Town’ kota Jakarta.

China Town di banyak negara! Siapa yang tidak tahu bahwa mafia2 China berkembang? Little Tokyo! Sebuah daerah di Amerika yang merupakan tempat mafia Jepang berkembang! Walaupun pemerintah di negara2 tersebut mencanangkan sebuah tempat ‘China Town’ atau ‘Little Tokyo’ sebagai tempat tujuan wisata, sangat sedikit orang yang tidak tahu bahwa bisnis ilegal menggurita disana. Dari obat2an haram, prostitusi, pencucian uang, makanan2 dari daging2 illegal untuk diburu ( misalnya, penyu laut, ular atau organ2 binatang untuk pengobatan ) dan sebagainya. Memang semuanya sangat ‘tertutup’, tetapi itu sudah menjadi rahasia umum, TST lah ( tahu sama tahu ) …..

Mangga Besar, Pinangsia atau Gloria sepertinya sudah menjadi sebuah ‘China Town’ di Jakarta, walau tempat itu belum dicanangkan sebagai tujuan wisata. Entah bagaimana pemikiran pemda DKI, mengapa tempat2 itu tidak di perbaiki untuk menjadi tempat tujuan wisata. Tetapi alangkah baiknya, jika daerah itu mampu menjadi salah satu penyumbang terbesar retribusi untuk Jakarta. Beberapa ide dan konsepku, mungkin bisa dipikirkan demi mendapatkan Jakarta yang baik.


1376454686352000382
commons.wikimedia.org

‘China Town’ di Manchester, UK. Walau konsepnya berbeda ( arsitektural UK dan China ), tetapi untuk sebuah budaya, apalagi ‘China Town’, akan bisa tetap mengambil tempatnya sesuai dengan keinginan kota tersebut …..

Tetapi bukan Cuma itu. Indonesia memang pernah dijajah 3,5 abad oleh bangsa Belanda. Dengan kesengsaraan nenek moyang kita waktu itu, janganlah membuat sisa2 peninggalan Belanda secara fisik dan arsitektural juga dihancurkan! Hal2 yang menyakitkan dibuang dan hal2 yang menguntungkan bisa di-amin-kan sebagai sesuatu yang baik dan unik, termasuk peninggalan2 jaman itu, secara fisik bangunan.

Belanda dan China merupakan hal yang tidak terpisahkan waktu itu, sehingga tidak heran Jakarta mampu ‘menyerap’ secara fisik bangunan dengan dibangunnya gedung2 besar klasik Belanda serta rumah2 dan toko2 khas China.

Tentu semuanya harus ‘dibersihkan’ dahulu dari preman2 yang secara fisik sangat mengganggu bagi wisatawan bahkan bagi warga Jakarta sendiri. Bisnis illegal sedapat mungkin di berantas.


1376454738201453105
www.paronamia.com

Coba lihat foto diatas. Sisi kanan adalah hotel dengan payung2 cafenya yang cantik. Ditengah jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk, adalah sungai yang bisa dijadikan wista air seperti di Amsterdam. Gerbang ‘China Town’ khas China dan negara tropis dengan Ondel2 kas Betawi, dan lampu2 serta streetscpe khas Belanda,untuk memulai ber-’wisata’ …..

1.       Dari Harmoni sampai Mangga Dua, bisa dijadikan tempat wisata ‘China Town’ serta ‘Dutch Town’ :
Bisa di desain seperti gapura dengan konsep gapura China yang dikolaborasikan dengan budaya Betawi dan Belanda. Bentuk gapuranya, jangan benar2 khas China, tetapi ada atap ‘pelana’ khas rumah tropis ( misalnya )dan di kanan kirinya ada ondel2nya. Lalu untuk strretscapenya dengan lampu2 klasik jhas Belanda, cantik bukan?

13764548491429740395

Contoh gapura China tetapi atap pelana khas rumah2 negara tropis ( ini di Chicago ). Di kanan kirinya ada Ondel2nya, dan lampu2 khas Belanda yang disusun sedemikian …..

Begitu juga di Mangga Dua dari arah Gunung Sahari, dibuat gapura ala China-Betawi, yang cantik, tradisional dan elegan. Juga dari arah Gunung Sahari ke Mangga Besar.

Lalu perempatan dari jalan Pintu Besar Selatan ke arah Stasiun Beos, bisa dibangun gapura menuju ‘Batavia : Kota Tua Jakarta’. Tempat inilah yang akan menjadi titik temu dua konsep Jakarta yaitu : China dan Dutch Town dan Batavia Kota Tua! Untukku, sangat menarik!

2.       Setelah dari gapura China Town, baik dari arah Harmoni ( berarti di jalan Gajah Mada dan jalan Hayam Wuruk ) dan dari arah Gunung Sahari ( jalan Mangga Dua ) dan bertemu di ‘meeting point’ pertemuan dengan ‘Batavia : Kota Tua Jakarta’, sambung menyambung dalam PEDESTRIAN cantik, minimal 1,5 meter untuk pejalan kaki. Aku sudah mengamati, pedestrian 1,5 meter ini bisa dibangun sekarang tanpa menggusur toko2nya. Tetapi karena trotoar sekarang dipakai oleh PKL, parkir motor dan mobil yang sembarangan, seakan2 tidak ada trotoarnya.

Konsepnya adalah, wisatawan atau warga Jakarta nyaman untuk berjalan disana. Dengan banyaknya toko2 dan makanan, serta kali antara Gajah Mada dan Hayam Wuruk, di perbaiki untuk bisa menjadi wisata air, seperti kanal di Amsterdam ( lihat tulisanku di Sungai Amstel dan ‘Houseboat’ sebagai  Salah Satu Asset Kota Amsterdam ). 

Menurutku tidak lebay koq, mungkin tidak seperti sungai Amstel di Amsterdam, atau tidak seperti kanal2 di Venesia, tetapi sepanjang sungan di Gajah Mada pun akan tampak nyata sebagai wisata air Jakarta dan wisatawan Belanda akan menemukan ‘memori’ nya untuk nenek moyang mereka yang pernah tinggal di Batavia, Kota Tua Jakarta jaman pendudukan Belanda, dan ‘Dutch Town’ akan mampu menyerap wisatawan asing, khususnya Belanda dan Eropa …..


13764550412066974807
www.shnews.com
Sungai Molenvielt ( nama dahulu ) jalan Gajah Mada-Hayam Wuruk, cantik kan?

3.       Lalu bangunan2 Belanda termasuk hotel klasik cantik yang dulu sempat hidup ( jaman aku kecil ) di pojokan Harmoni, di pastikan untuk ‘hidup’ lagi. Dengan cafe2 dan payung2nya di lantai atas, akan sangat serasi untuk konsep ini. Toko2 modern sekarang disana, beberapa diantaranya masih menggunakan bangunan klasik jaman Belanda dan toko2 jaman pedagang2 China berdagang rempah2 disana, yang hanya di kamuflase sebagai tampak depan modern. Bangunan2 itu bisa di pugar kembali untuk dijadikan tempat wisata Jakarta.

4.       Bahkan kampung2 China kota Jakarta di Petak Sembilan, Tangki, atau Pinangsia dan Gloria, dipugar untuk dijadikan perkampungan tradisional bercampur dengan budaya Betawi. sebenarnya sudah sering penduduk disana mengadakan ‘Barongsai’ berkeliling kampung. Itu sudah menandakan sebuah budaya kolaborasi yang melekat di Jakarta. Seperti ‘perkampungan’ China di Singapore atau di Kuala Lumpur.


1376455115651277450
en.rotterdam.info

Belanda ( ini di Rotterdam ) pun mempunyai ‘China Town’, wlau tidak besar dan tidak se’berkumandang’untuk China Town-China Town di Amerika …..

5.       Untuk di daerah Mangga Besar, kita mungkin bisa membangun sesuatu yang lain. Jalan Mangga Besar tidak selebar jalan Gajah Mada atau jalan Hayam Wuruk. PKL nya bisa di atur untuk menempati tempat2 yang khusus disediakan. Wisata kuliner China Town, memang sangat tepat untuk Mangga Besar.


13764551701058648389
www.panoramio.com
Jalan Mangga Besar, sangat menarik untuk dipugar sebagai tujuan wisata kuliner China Town di Jakarta

Ada 2 konsep untuk jalan tersebut :

a.       Tetap bisa untuk jalan mobil 2 arah atau disederhanakan, hanya 1 arah saja. Dan PKL di atur dan parkir mobil jangan sembarangan.

b.      Jalan Mangga Besar menjadi murni Pedestrian, seperti di daerah Circulair Quay di Singapore. Dengan dibatasi sungai Singapore, Circulair Quay berhasil mengangkat daerah itu sebagai wisata kuliner malam ( lihat tulisanku ‘Circulair Quay’ : Surga bagi Warga Singapore ). Dan di Mangga Besar bisa bukan hanya malam hari saja, tetapi sepanjang hari, karena daerah itu benar2 ‘hidup’ 24 jam.


13764552311995673425
parkerehet.com
Warna warni ceria untuk sebuah gerbang ‘China Town’

Jika fully pedestrian, mungkin bisa hanya malam hari saja setelah jam 19.00 tapi jam 6.00 pagi sudah untuk kendaraan. Lantai jalannya dipadatkan bukan dengan aspal tetapi dengan conblock berwarna, sehingga mendapatkan suasana yang apik dengan streetscape2 cantik.

6.       Setelah itu, pertemuan antara China Town dan Batavia Kota Tua, harus di desain semenarik mungkin dengan memanfatkan bangunan2 klasik jaman Belanda dengan steetscape2 klasiknya. Taman di drpan Stasiun Beos dipertahankan sebagai ‘point of interest’, bagi wisatawan2 yang habis berbelanja dari Mangga 
Dua, duduk2 disana dan melanjutkan lagi ke Mangga Besar untuk mencari makan.

Kendaraan untuk wisatawan yang khusus, hanya beroperasi dari Harmoni sampai Mangga Dua bolak-balik. Tiketnya mungkin bisa dibeli untuk 1 hari, sehingga wisatawan berkeliling China Tpwn, termasuk ke perkampungan Petak Sembilan, Tangki ataupun Pinangsia. Dan warga Jakarta jika mungkin tidak naik kendaraan khusus ini. Ini khusus untuk wisatawan …..

7.       Untuk loadng-unloading, kita harus menyisir temtap2 strategis untuk memuat barang2, terutama bahan2 makanan, jangan trus2 memenuhi daerha wisata ini, tetapi truk2 itu masuk dari belakang. Untuk ke jalan Gajah Mada, truk2 bisa masuk lewat jalan Ketapang trus masuk ke jalan2 kecil sampai ke Gloria.

Untuk ke jalan Hayam Wuruk, truk2 bisa masuk dari jalan Juanda lewat jalan Pecenongan sampai ke Mangga Besar. Tentunya kita harus men-survey dan melakukan beberapa rist tertentu secara ilmiah dan arsitektural.

Konsep China Town ini, merupakan kolaborasi untuk renovasi Mangga Besar deang perkampungan etnis China di sekelilingnya, termasuk juga untuk memberi nilai lebih bagi Jakarta dengan adanya ‘China Town’. 

Begitu juga konsep ‘Dutch Town’ nya. Akan sangat memberi manfaat bagi Jakarta, bukan hanya mendapatkan retribusi dari daerah wisatawan, tetapi juga Jakarta akan mempunyai ‘China Town’ yang dikelola dan direncanakan dengan baik oleh pemda DKI. Dan Jakarta akan bisa memounyai ‘China Town’ kelas dunia, karena etnis China di Jakarta cukup besar serta dan dunia akan memandangnya sebagai konsep yang tak terbantahkan bagi kota Jakarta, dengan multi-kultural dan budaya dunia …..

Bukan berarti ‘Dutch Town’ kalah pamor dari ‘China Town’, tetapi tidak ada salahnya jika Jakarta mampu membangun ‘Dutch Town’, sebagai salah satu tujuan wisata, bersambung2 dengan ‘China Town’ dan ‘Batavia Kota Tua’ untuk Jakarta …..

Pak Jokowi, bagaimana?

Tags: ,

0 Responses to “‘Multi-Culture’ : Betawi, China Town dan Dutch Town untuk Tujuan Wisata Jakarta : Konsep Dariku, Mungkinkah?”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks