Rabu, 11 April 2012
Akankah Indonesia Semakin Tertinggal?
Rabu, 11 April 2012 by Christie Damayanti
By Christie Dmayanti
Suatu hari, di musim dingin di San Francisco, ketika aku terserang stroke berat, jam 3 pagi, papaku menelpon 911, sebuah telpon ‘emergensi’ untuk keadaan darurat apapun. Aku, dengan hidupku yang sedang sekarat, dan keluargaku yang bingung apa yang bisa mereka lakukan, memasrahkan kepada Tuhan, dan papaku menelpon nomor itu, sebagai salah satu solusi manusiawi, selalin berpasrah kepada Nya …..
Ketika itu, aku sama sekali tidak pingsan, walau tubuh kananku sama sekali tidak bisa digerakan, dan otak kiriku 20% teredam darah. Dan, cerita papaku sekarang, dalam hitungan menit, semua fungsi ‘emergensi’ di Amerika, langsung datng ke tempat aku berada, membawa sekelompok orang berbadah besar, untuk mengangkatku, memakaikan ‘pertolongan pertama’ di tubuhku dan menggotongku ke rumah sakit terdekat …..
Kesigapan 911 di Amerika memang sudah terkenal dimana2, termasuk di banyak film2. Aku sudah ‘mengenal’nya lewat film2, dan mengenal langsung, tahun 2010 kemarin, ketika stroke menyerangku. Mereka bersama2 datang ke hotel tempatku menginap, jam 3 pagi. Mereka adalah tim polisi, tim ambulans, tim rumah skit dan tim pemadam kebakaran. Sepertinya, itu sudak ’satu paket’ dalam menangani
‘emergensi’ di Amerika …..
Lain lagi, ketika aku ‘mengenal’ tim 911 dan aku melihat sendiri kesigapan mereka dalam menangani suatu kasus, juga di San Francisco, juga di musim dingin, di tahun 1994 lalu. Ketika itu, aku dengan adikku yang memang sedang belajar Los Angeles, bermalam di sebuah hotel besar, The MARRIOTT, di pojok jalan. Kami sedang makan pagi di café, denan jendela besar dan pandangannya luas, seluar matahari pagi.
Waktu itu sekitar jam 8 pagi. Aku mengambil ‘American Breakfast’-ku, scramble egg, sosis, daging ham serta roti bakar, denan segelam susu, segelas jus jeruk dan secangkir the ditambah susu panas ….. aku melihat lingkungan hotel dengan semangat. Hotel itu terletak di hook, dan café dimana aku dan adikku makan pagi, tepat di pojokannya. Perempatan kota masih lengang, hanya 1 atau 2 mobil yang melintas, walau jika lampu merah menyala, yang berkendara di mobil tetap memberhentikan mobilnya ….. Sangat teratur dan disiplin …..
Selintas memang lengang dan sepi. Tiba2, seorang mengendarai sepeda. Seorang remaja dengan memakai baju dan sepatu serta helmet sepeda, melaju agak kencang, menerobos lampu merah. Mungkin dia berpikir, bahwa sepi dan mobil tidak ada. Sinar matahari menyorot lemah, tertutup awan yang memang masih memayungi Amerika pada musim dingin ini.
Kami makan pagi sambil bercanda ria. Aku sempat melihat remaja yang bersepeda itu, menerjang lampu merah, tanpa melihat2 lagi keadaan lingkungannya. Untukku sih biasa saja, karena aku tingga di Indonesia, yang sama sekali tidak ada kedisiplinan di jalan raya, ataupun di semua tempat. Apalagi, disini, yang disebut dengan ‘kendaraan’ adalah hanya yang beroda empat, bukan? Atau bajaj yang berroda tiga. Dulu, becak tidak ambil peduli apalagi sepeda ….
Tiba2 aku tertegun, ketika remaja dan sepedanya terlontar keangkasa dan sebuah mobil tiba2 berhenti dan si pengemudi cepat2 turun untuk memberi pertolongan pertama. Aku tersentak!
“Gila! Dia pasti mati !”, itu yang aku katakan. Karena aku melihat dengan jelas, berapa tinggi sepeda dan si remaja terlontar ……
Tetapi, Puji Tuhan! Si remaja setelah ‘mendarat’ serta sepedanya, tudak apa2, hanya dia kesakitan. Tidak ada yang luka terlihat jauh dari café hotel itu. Si pengemudi cepat2 memangku si remaja, dan ……. Sejumlah team 911 langsung datang ketempat itu! Ada polisi, mobil ambulans, mobil rumah sakit dan mobil pemadam kebakaran! Dan mereka dengan sigap, menolong si remaja dan polisi menanyai si pengemudi.
Si remaja, diangkat ke tempat tidur dari ambulans. Tim medic, membebat leher si remaja, menyelimutinya, menutup wajahnya dengan masker oksigen dan langsung mengangkatnya masuk ke ambulans. Dan seketika, mereka dengan menyalakan sirine, membawanya ke rumah sakit terdekat. Aku tidak tahu nasib si remaja itu. Si polisi tetap menanyai si pengemudi, dan aku yakin, dia tadi bersalah, si remajalah yang salah. Tetapi pun si polisi mengawal si pengemudi dan mobilya entah kemana.
Si pemadam kebakaran, ‘pulang’ ke tempatnya, ketika tidak menemukan apa2 yang menjadi tugasnya ……
Astagaaaaa ……
Aku dan adikku, menggeleng2kan kepala. Kami tidak tahu siapa yang melaporkan ke 911. Ataukah memang ada CCTV di tiap perempatan di Amerika? Tetapi, kami sangat terkesan dengan kesigapan mereka. Juga yang jelas, si pengemudi bisa saja kabur setelah menabrak sepeda itu, tetapi dia malah turun dan menolong si remaja, dan membiarkan polisi ‘menggiringnya’ ke sebuah tempat …..
Seharian, kami banyak membicarakan tim 911, dengan mata kepala sendiri aku mulai menyadari, bahwa negara kita sangat jauh tertinggal, bukan hanya kemajuan jaman, tetapi juga prioritas kita sebagai manusia yang berinteraksi di dalamnya. Bahwa, di sebuah negara yang katanya sangat menjunjung tinggi egosntris manusianya, serta ketidak peduliannya, tetapi ternyata lebih manusiawi, dibandingkan negara kita yang katanya ramah tamah dan solidaritasnnya sangat baik …..
Ketika aku di bawa ke rumah sakit sewaktu aku terserang stroke, bahkan sampai keluargaku menungguiku di rumah sakit, tidak sekalipun mereka ‘meminta uang’ pada kami. Begitu juga rumah sakitnya, karena konsepnya adalah ‘keselamatan adalah nomor satu’. Memang setelah aku tertangani dengan baik, adminstrasi rumah sakit menanyakan tentang asuransi kami ….. tetapi kami tidak pernah dibebani, berapa banyak yang kami harus keluarkan untuk bisa menolongku …..
Dalam referesi yang aku baca, konsep team 911 adalah :
1. Teamwork - We do our jobs.
2. Integrity - We are ethical and forthright in all we do.
3. Trust - We do the right thing.
4. Commitment - We are dedicated.
5. Differentiation - We stand out from the rest.
6. Accountability - We don’t let each other down.
Mungkin terlihat sederhana saja, tetapi, aku sudah melihat sendiri dengan lingkungan sehari2 dan bukan dalam film, bahwa mereka sangat berdedikasi untuk menolong siapapun yang membutuhkan, termasuk mereka yang menolongku, keluarga ‘asing’, dari Indonesia, sebuah negara yang mungkin mereka belum tahu dimana, sama tidak menanyakan uang pembayaran serta sangat terpercaya, hampir tanpa ‘kesaahan’ sampa ‘the golden time’ penderita stroke seperti aku, bisa terselamatkan …..
Mungkin juga, mereka belum tahu, apa yang menjadi penyakitku. Yang jelas, menurut papaku, mereka langsung dengan sigap memberikan pertolongan pertama untukku dan langsung membawaku ke rumah sakit terdekat …… dan keluargaku sampai terbengong2, ketika begita mereka sampai di rumah sakit itu ( sekitar 15 menit ), hasil MRI nya sudah keluar dan papaku sudah dipanggil oleh dokter2 yang merawatku ……
Kapankah Indonesia tidak tertinggal tentang apapun? Paling tidak, bukan tentang ketinggalan teknologinya saja, tetapi lebih kepada manusia Indonesia, yang mereka anggap sebagai ‘panutan’ tentang keramah-tamahan dan kesopanan bangsa …..
Aku cinta Indonesia …..
Salamku ….
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “ Akankah Indonesia Semakin Tertinggal?”
Posting Komentar