Minggu, 23 Januari 2011
Menikmati “Betawi Tempo Doeloe” Diiringi Accordion
Minggu, 23 Januari 2011 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Mataku terbelalak lebar, tiba2 aku merasakan semangat lagi setelah capai berjalan2 di suatu mall baru di Jakarta Selatan. “Hmmm
… food court ini asik juga”, aku katakan dalam hati. Semakin dekat, aku
merasakan suasana Betawi Tempo Dulu. Aku dan keluargaku berkeliling
menjelajahi food court tersebut, dan semakin lama aku benar2 merasakan
suatu ‘sensasi’ yang sangat hebat! Aku memang suka tentang budaya
tradisional, baik di Indonesia, maupun di negara2 lain.
Konsep food court ini
sangat kental tradisional Betawi, lengkap dengan panganannya, jajan
pasarnya, pernik2nya bahkan tempat berjualannya …. Seperti biasa, aku
langsung ‘mencatat’ dengan kamera, ‘menghafal’ suasananya dan bertanya2
tentang apa2 yg aku memang ingin ketahui … ( hehehe …, biasa, ‘tukang
arsitek’ yg selalu ingin tahu ).
Biasanya, kalau ada satpam / atau
orang2 manajemen mall di Indonesia ( di negara lain aku sangat menikmati
memotret dimana2, tanpa pernah dilarang ….. ) , tidak bisa mem-foto
*mungkin takut di tiru*, jadi aku selalu membaca kamera pocket intuk
survey ‘abangan’. Dengan sembunyi2 aku memotret dengan detail, itupun
aku berhati2 untuk tidak memakai blitz …..
Setelah melihat2
cepat, aku mulai mendetail satu persatu. Dimulai dengan ‘pintu masuk’
kita datang. Disambut dengan jajan pasar. Segala macam jajan pasar ada.
Ditumpuk dan berhiaskan pernak pernik dekorasi Betawi.
Didekat2 situ, ada
banyak ‘dorongan’ seperti dorongan yg suka lewat didepan rumah kita :
asian Betawi dengan krupuk kuningnya, rujak juhi, es cin cau, tahu tek
tek, dan lainya. Wahhhh ….., rasanya aku sdh tidak sabar untuk menikmati
suasana dan makanannya ……
Di koridor food court
ini terdapat sebuah lumpang, dimana dulu untuk menumbuk padi. Lumpang
itu besar, kelihatannya memang sudah tua tetapi di rawat dan tempatkan
dengan istimewa.
Dekorasi bahan
makanan, aku perhatikan adalah makanan2 kaleng / dalam botol lama yg
sudah kadaluwarsa. Diatas setiap ‘kios makanannya’ terdapat banyak
karung beras / karung terigu, botol2 dan gudang, dan semuanya hanya
dekorasi saja. Ada timbangan, botol2 beer, berpeti2 makanan, dan lain2.
Makanan2nya bukan
hanya dari Betawi, tetapi seperti layaknya di sebuah food court,
terdapat bermacam2 makanan dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan
sampai makanan Singapore, China dan India. Mataku benar2 di’manjakan’ …
dimanjakan dengan makanannya juga dengan konsep desainnya …..
Mungkin
ada sampai 1 jam sebelum cari tempat duduk dan memilih makanan, aku
mondar mandir di tempat ini. Ada Resto Five Star / chicken Hainan rice
dari Singapore, mie kocok dari Bandung, gudeg Malioboro dari Jogja,
pindang iga sapi dari Tangerang, Japanese Ramen, sop Konro dari Sulawesi
dan sebagiannya ….. wahhhh… sudah mulai tidak sabar nihhhhh …..
Kami memilih tempat
duduk yg sedikit ‘tersebunyi’ supaya aku bisa sedikit memotret detail.
Aku memilih makanan pindang iga sapi, tidak tahu keluargaku memilih apa
karena mereka juga bingung …..
Sedang asik2nya
makanan, tiba2 ada seorang bapak2 tua menawarkan ‘musik’ untuk
mengiringi makan siang kami. Pertama, aku tidak perhatian. Dan setelah
bapak tua itu berdiri disampingku, aku baru menatapnya, dan ….. wahhhhh,
mataku melotot yg kedua kalinya ….. bapak tua itu membawa sebuah
Accordion merah ! Mulus dan terawatt sekali ….. Cantik dan benar2
memukau ….. Aku langsung menghentikan makanku. Bapak tua itu menawarkan
lagu. Aku langsung teringat lagu Bengawan Solo ….
Luar biasa ! Suara ini
benar2 ‘menyihirku’ ….. Alunan alat ini bisa memperdengarkan suara yg
lembut sampai keras, syahdu sampai semangat! Bapak tua itu
memainkanaccordionnya dengan sepenuh hati, kadang cepat kadang lambat,
kadang wajahnya terlihat syahdu sambil tersenyum kadang wajahnya penuh
dengan ‘amarah’ ….. bukan suatu kemarahan, tetapi untuk menghayati lagu
yg di mainkan ….. Aku benar2 terpukau …..
Accordion adalah sebuah alat music berbentuk kotak. Seseorang yang memainkan accordion disebut accordionist. Instrumen ini kadang-kadang dianggap sebagai solo band,
karena tidak memerlukan instrumen yang menyertainya. Pemain yang
biasanya memainkan melodi pada tombol atau tombol pada kana berupa
manual dan juga pendampingan. Accordion ini sering digunakan dalam music
rakyat Eropa, Amerika Utara dan Amerika Selatan. Selain itu, accordion
kadang-kadang digunakan baik dan orkestra pertunjukan solo music klasik.
Kami
semua menikmati suasa siang itu, sambil makan siang di tengh2 suasana
‘Betawi Tempo Doeloe’, kami juga dihibur dengan music dari accordion.
Beberapa lagu aku minta untuk bapak tua itu memainkannya. Bengawan Solo,
Jembatan Merah, Selendang Sutra, Melati dari Jayagiri sampai lagu2
Melayu ( aku tidak tau judulnya tetapi sangat menyentuh kalbu ….. ).
Setelah
selesai makan, aku menyilahkan bapak tua itu duduk, walau beliau tidak
mau. Aku banyak bertanya apa yg aku ingin ketahui. Bapak Imam namanya,
sering dipanggil Bapak Imam Accordion. Rumahnya di Kramat Pulo dan
memang sering dipanggil untuk solo band dimana2. Beliau punya 3
accordion yg sudah turun temurun. Beliau sedikit menjelaskan ‘bagaimana
memainkan accordion ini’. Aku benar2 terpukau ….. inginaku belajar
memainkannya ….. sayang, aku masih sakit, dan tangan kanan ku belum bisa
digunakan …..
Aku
meminta kartu namanya, dan aku langsung menyimpannya di dompetku. Aku
berjanji dalam hati, bila aku sembuh dan tangan kananku sudah bisa
digunakan, aku akan datangi pak Imam untuk ‘sedikit’ bejalar accordion
…..
Pak
Imam memang dikontrak di mall ini untuk menghibur para tamu di jam jam
makan, setiap Sabtu dan Minggu dari jam 11 siang sampai jam 7 malam.
Beruntung kami mendapati beliau sedang ‘dinas’ ……
Sore ini aku langsung menulis
tentang yg baru kami alami, Karen aku benar2 terkesan. Mungkin, tidak
banyak terkesan tentang Betawi Tempo Doeloe dan sebuah alat music
bernama accordion, tetapi orang2 seperti aku sangat tertarik dan
terkesan dengan hal2 seperti itu. Aku berharap, konsep area2 tentang
desain tradisional dan juga alat music tradisional bisa dilestarikan,
bukan hanya di Indonesia bahkan di dunia, karena itu adalah warisan
untuk generasi2 yg akan datang …..
Tags: kuliner , urban
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Menikmati “Betawi Tempo Doeloe” Diiringi Accordion”
Posting Komentar