Senin, 04 Agustus 2014
Canal Cruise: Secercah Harapan dari Kanal Amsterdam
Senin, 04 Agustus 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sebelumnya :
***
Kami berendeng, dari bersenda gurau,
bercerita, sampai membeli beberapa souvenir Holland, terus menyusuri dan
menapaki jalan2 Amsterdam. Con-bolck tua tetapi tetap rapi dan bersih,
sebenarnya menggangguku. Karena jika duduk di atas kursi roda di dorong
di atas permukaan jalan yang tidak rata, membuat tubuhku sering pegal2.
Tetapi ternyata, itu tidak mengganggu luapan ‘excited’ku.
Dari daerah panganan yang penuh dengan
resto chinese food, yang juga masih di wilayah De Wallen, tidak jauh
menuju Damrak Straat, sebuah jalan yang mempunyai daya tarik luar biasa
bagi sebagian besar turis2 manca negara.
Damrak Straat bermula dari Central
Station ( pusat semua tarnsportasi, baik kereta, tram dan bus, dari
seluruh daratan Eropa dan menuju Amsterdam ), dan berakhir di perempatan
ujung salah satu kanal Amstel River. Di jalan ini, semua ada, yang
dibutuhkan turis.
Mulai dari pusat tour ke seluruh Holland
dan negara2 kecil disekitarnya, seperti Belgia, Mc.Donald’s, sebuah
resto Amerika yang sangat dibutuhkan oleh sebagian turis yang susah
memakan makanan lokal, toko2 suvenir yang bertebaran sampai beberapa
museum kecil, termasuk ‘Sex Museum’. Maklum, Damrak Straat berada tepat
di depan wilayah De Wallen, wisata prostitusi dunia.
Batas antara De Wallen dan Damrak
Straat, adalah salah satu kanal Amstel River, dimana tempat itu juga
merupakan pusat ’stasiun taxi air’n yaitu boat atau kapal besar, sedang
dan kecil.
Seperti yang kita tahu, Holland atau
khususnya di kota Amsterdam, merupakan ‘kota air’. Holland sendiri
adalah negara yang berada di bawah permukaan laut. Sehingga, Amsterdam
yang adalah kota pesisir, harus memutar otaknya untuk membendung air
laut untuk tidak meluber ke daratan, sejak dahulu kala. Dan mereka
membangun ‘bendungan raksasa’, DAM, dan dinamakan DAMRAK.
Itulah sebabnya, Holland sangat terkenal
sebagai ‘ahli air’ dan terus berinovasi untuk menjadikan air sebagai
’sahabat negeri’, dan siapa yang mau belajar menjadikan air sebagai
sahabat, silahkan bersekolah di Holland.
Menuruni tangga2 cukup terjal, aku dipapah Arie untuk berwisata di kanal Amstel River, sering disebut dengan Canal Cruise Tour.
Kami masuk ke ‘taxi besar’ dengan
nahkoda khusus. Taxi ini diselubungi oleh full kaca anti peluru, seperti
kaca mobil. Sehingga di kapal besar itu terang benderang, tetapi tidak
rerlalu dingin jika kita menutup jendelanya. Karena jika musim panas
yang memang ‘panas’, kapat itu bisa benar2 tanpa kaca menjadi kapal
terbuka, dan menusuri Amstel River dengan nyaman …..
Jendela kapal dengan full kaca, bias dibuka menjadi kapal terbuka, jika udara semakin panas ….
Lihat tulisanku :
Kami berempat duduk di depan berhadapan,
dengan meja sebagai pembatas. Aku duduk dengan Michelle, sedangkan
Dennis duduk dengan Arie, didepanku. Aku sudah menyiapkan kamera dan
video cam untuk arsip dan pengamatanku.
Gaya Dennis sebagai fotografer junior ….. *eh, hasilnya kereeeeennnnn lho!
Begitu juga Dennis, sebagai seorang
remaja yang berhobi fotografi, diminatinya, kepadaku dan jika aku tidak
bisa menjawab, Arie yang menjelaskan secara detail dan rinci.
Arie Zonjee : Sahabat, papa dan opa kami di Amsterdam …..
1,5 jam kami berkeliling Amstel Rivel
lewat rarusan kanal2nya. Sangat menarik! Mulai dengan sungai dan
kanalnya sendiri yang ber-air jernih, ‘rumah2 kapal’ di sepanjang
beberapa kanal, bahkan pandangan dari sungai ( dari kapal ) melihat kota
Amsterdam yang sangat cantik dan menyenangkan!
Pengalaman yang sangat menarik! Secrcah harapan muncul dari dalam hatiku ……
Setiap kapal ini berbelok ke kanal yang
berikutnya, seketika itu pula aku merasakan sebuah suasana yang lain.
Seperti di kanal utama, banyak sekali kapal2 atau taxi air ini melintas
membawa turis2 mancanegara. Atau ‘terminal2′ atau halte2 kapal itu untuk
keluar masuk penumpang, seperti di jalan raya.
Kadang2 kapal2 itu antri
untuk mengambil atau menurunkan penumpang, kadang2 juga tanpa menaikkan
dan menurunkan penumpang seperti kapal kami karena di’sewa’ oleh kami,
turis, yang memang tidak perlu keluar masuk.
Halte2 taxi air untuk menaikkan dan menurunkan penumpang
‘River view’ untuk cafe2 tepi sungai dan hotel besar yang cantik!
‘Flea Market’ atau pasar loak di tepi Amstel River, Amsterdam. Tetap terlihat rapid an bersih, bahkan dari kanal …..
Dari kanal utama berbelok ke kanal
turunannya, suasananya berlainan. Jika di daerah hotel2 besar dan mahal,
kanal2 itu menjadi ‘view atau pandangan’ bagi yang menginap disana.
Kanal itu pun menjadi tempat rekreasi dan tempat bersantai sambil makan
sebagai ‘view’ café.
Jika berada di daerah ‘pasar’, beberapa
kapal pun menjadi ‘pasar’, menjual beberapa keperluan untuk hidup.
Bahkan ada kapal untuk menjual baju2 bekas.
Di beberapa kanal turunan, terdapat
‘houseboat’, dimana memang disediakan kapal untuk dijual dan disewa
sebagai rumah tinggal. Ada yang benar2 di maintenance dengan sangat
baik, seperti rumah2 biasa dengan taman terapung, atau ‘houseboat’
sebagai rumah anak muda yang penuh dengan peralatan olah raga. Menarik
dan menyenangkan sekali, untuk sebuah pengamatan kehidupan yang sangat
berbeda dengan Indonesia …..
1,5 jam ternyata sama sekali tidak lama.
Sambil terus menjepret apa yang kami masing2 inginkan dengan masing2
kamera, kami terus juga mengobrol satu dengang yang lain. Dengan anak2ku
atau dengan Arie. Suara tertawa terus juga membahana. Hati kami sangat
berbahagia. Semuanya indah dan inilah salah satu mimpiku yang terwujud
…..
***
Ketika waktu sudah habis, setelah semua
turis keluar dari kapal kami, justru kami menungu semua kosong. Kami
ingin berfoto dengan ‘nahkoda’nya serta berfoto ’seperti nahkoda’.
Seperti yang aku kerjakan pada kunjunganku sebelumnya di Amsterdam.
Aku, berpose yang sama di Amsterdam …..
Aku tetap ditutun oleh Arie, satu demi
satu aku naik ke atas kanal, dimana kursi rodaku sudah disiapkan oleh
petugas. Pelayanan yang sangat menyenangkan! 1,5 jam kami harus membayar
10 Euro per-orang.
Sama sekali tidak mahal, untuk
sebuah hasil pengamatanku yang luar biasa serta pengalaman dan secercah
harapan, bahwa entah kapan, suatu saat nanti aku mampu untuk membangun
Jakarta, seperti ini, dengan kanal2nya yang memang sebenarnya mampu
bersaing dengan kanal2 Amsterdam …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Canal Cruise: Secercah Harapan dari Kanal Amsterdam”
Posting Komentar