Home
» Jalan-Jalan
» ‘Red Light District’, Wisata Prostitusi di Amsterdam: Hahaha… Anak-Anakku Cepat Belajar dari Lingkunganya
Rabu, 23 Juli 2014
‘Red Light District’, Wisata Prostitusi di Amsterdam: Hahaha… Anak-Anakku Cepat Belajar dari Lingkunganya
Rabu, 23 Juli 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sebelumnya :
***
Berjalan2 …… eh, didorong di kursi roda
oleh Arie dan anak2ku di Amsterdam adalah ’sesuatu’ banget! Di Jakarta
pun, tidak segampang itu, untuk berjalan2 dengan anak2ku dengan lengkap.
Mereka mempunyai kesibukan sendiri2 dan biasanya hanya salah satu dari
mereka yang bisa mengantar aku. Kecuali setiap hari Minggu, setelah
pulang dari Ibadah di Gereja.
Dari satu jalan ke jalan lain,
belak-belok mencari2 dan mengamati lingkungan, arsitektur atau
sosio-culture disana, ternyata sangat menarik! Benar2 menarik! Aku
yakin, jika tidak bersama Arie yang memang mengerti semuanya tentang
Holland, khususnya Amsterdam, tidak ada pengamatan sedetail dan
semenarik ini!
Aku bisa melihat dari kacamata penduduk
Amsterdam ( Arie atau teman2nya yang sering berjumpa selama berjalan2 ).
Aku bisa mendengar cerita dan pendapat dari penduduk Amsterdam, bukan
dari guider, yang banyak berkeliaran disana. Karena mereka hanya
bercerita yang bagus2 saja, bukan yang sebenarnya ……
Arie benar2 ‘perfect’ sebagai tour-guide
dan sebagai sahabat. Tidak segan2 beliau bercerita tentang apapun,
walau mungkin aku ( bisa ) berpendapat jelek tentang Amsterdam. Tetapi
apapun itu, aku merasa sebuah kepuasan tentang materi dari liburan kali
ini. Detail, pengamatan langsung, bahagia, perfekto, sempurna!
Begitu juga anak2. Mereka benar2 menikmati semuanya. Mereka baru kali ini ke Eropa, dan mendapatkan yang terbaik.
Dennis, dengan hobinya sebagai fotografi
yunior, dia membawa kamera DLSR profesional yang aku belikan tahun
lalu, tepat pada ulang tahunnya yang ke-17 tahun. Dia benar2
memanfaatkan momen2 ini untuk hunting sesuai dengan keinginannya. Setiap
‘angel’ ( sudut pandang ) dan momen yang sedang di bidik, dia selalu
bertanya2 kepada Arie. Semuanya. Dan Arie dengan senang hati mau
menjawab dan bercerita tentang itu. Dan mereka akan terlibat dalam
diskusi yang adik, sementara aku mendengarkan dan mencatat dalam hati,
untuk sebuah kenangan manis dan membahagiakan …..
Bagaimana dengan Michelle?
Dia memang pemalu. Umurnya memang juga
baru 14 tahun. Juga waktu itu. Tetapi aku selalu mendorong2 untuk bisa
berbicara tentang apapun! Dan Arie pun ‘menangkap’ apa yang aku
inginkan. Sehingga, Arie terus bertanya ada Michelle, bercerita dengan
tanya jawab tentang sesuatu atau sekedar bercerita tentang Amsterdam.
Dan Michelle mulai tersentuh untuk dia mau peralihan membuka diri,
sesuai dengan kebutuhannya ……
Ya, Michelle dengan cepat ‘berkembang
pesat’. Dari gaya malu2, dari hanya tersenyum seperti Putri Malu,
berubah menjadi seorang Michelle yang mendunia! Michelle langsung mampu
berdiskusi dengan Arie, dengan bahasa Inggris yang fasih, dan dia
berjalan dengan gaya seperti peragawati dengan lenggak-lenggok nya!
Kepalanya terus tengadah ( sebelumnya selalu tertunduk ), senyumnya
terus terkembang. Michelle berubah dari Putri Malu menjadi ‘Miss
Universe’, hihihi …….
( ga salah kan, aku membangga2kan anakku sendiri? )
Kembali ke jalan2 …..
Ada satu wilayah di Amsterdam, disebut Wellen. Merupakan daerah ‘red district’. Coba lihat
tulisanku ini ……
Aku tidak akan bercerita ulang. Tetapi
justru aku ingin bercerita tentang anak2ku menyikapinya, tentang
perempuan2 tuna susila, yang disana sudah dilegalkan. Sehingga ‘Red
District’ @De Wallen, merupakan daerah wisata terkenal di Amsterdam. Dan
seluruh dunia ingin melihatnya! Bahkan di dekat Cetral Station, Damrak
Straat, ada Museum Sex. Dan semuanya menjadi sebuah keterkaitan untuk
menunjang salah satu pariwisata Amsterdam.
Lihat tulisan ku ‘Prostitusi Legal?’ Buatku Sangat Menjijikan!
Kami memasuki ‘Red Lioght District’
di Amsterdam. Siang hari, tetapi beberapa pekerja sex sudah mejeng
disana. Itu yang anak2ku lihat ….. Sayang, tidak boleh memotret pekerja2
sex disana, melanggar perturan dan ketat sekali, walau aku sempat
memfotonya sekali …..
Dennis memalingkan mukanya. Wajahnya bersemu merah, karena malu, PASTI!
Hahaha …… kata Valen, dia belajar dari kehidupan langsung, setelah aku bercerita malam harinya lewat WhatsUp.
Aku tidak menyangka, walau matahari
masih bersinar cerah siang itu, ternyata perempuan2 itu sudah
menampakkan dirinya. Mereka sudah memakai pakaian2 minim, bahkan sangat
minim!
Suasana di Red Light District.
Seperti pemukiman biasa. Bedanya adalah tampak depan rumah mereka di
desain seperti ‘aquarium’ dan tidak ada yang aneh sama sekali …..
Arie sedang menerangkan pada Dennis,
apa arti kota2 kaca seperti foto diatas ini. Coba lihat bayangan Arie
dan Dennis, di jendela ‘aquarium’ ini …..
Buah dadanya tersembul keluar, pantatnya
( maaf ) seperti tidak memakai celana dalam. Hanya memakai seperti
bikini dan wajahnya itu lho! Aku melihat perempuan2 itu masih muda,
tetapi hiasan dan tiada nya seperti wanita dewasa! Aduh ….. pikirku,
bagaimana pikiran Dennis dan Michelle ya?
Walau mereka sudah menjelang dewasa, dan
sering aku berdiskusi tentang sex ( education ), apalagi tentang di
Amsterdam, tetapi aku tidak menyangka, mereka bisa melihat sedekat ini,
perempuan2 muda dengan pakaian minim, ber lenggak-lenggok menjajakan
dirinya, dalam counter2 dan sekat2 sebanyak itu, siang hari, pula!
Arie Zonjee menjelaskan arti Red Light District dan Dennis serius mendengarkannya …..
Sebelum berangkat, aku agak sungkan,
ketika hotel kami sendiri berada di sisi terluar di wilayah Wellen. Mau
tidak diambil, tidak mungkin karena waktu itu susah cari hotel lewat
Internet karena memang ‘peak season’. Sehingga, aku mau tidak mau untuk
mengambilnya. Walau aku harus memuat otakku untuk berbicara dengan
anak2ku.
Karena aku sudah 3 kali ke Amsterdam,
sehingga aku sudah tahu bagaimana keadaan di Red Light District. Anak2
ku memang sudah beranjak dewasa, terutama Dennis. Tetapi Michelle? Dia
masih 14 tahun, walau dia masuk SMA. Bagaimana aku menerangkan pada
mereka? Karena di De Wallen benar2 sangat terbuka, sebebas2nya! Tanpa
batas!
Bayangkan saja :
‘Aquarium’ tempat pekerja2 sex itu
memejeng dirinya di sebuah kota aquarium berkaca da nada telpon untuk
bertransaksi. Mereka senyum2 dan menggoda semua orang, tanpa peduli,
anak atau dewasa. Perempuan atau lelaki. Karena pekerja2 sex itu bukan
hanya perempuan saja, tetapi juga kaum lelaki …… Jika kita
‘tergelincir’, maka transaksi akan terjadi!
Ini foto dari www.content.time.com. Fotoku sendiri tidak jelas karena menjepretnya dengan takut2 …..
Apalagi dengan toko2 sex-shop nya!
Menjual semua benda2 seks. Jika anak2ku ‘nakal’, besok2 dia akan
merencanakan ke toko2 tersebut, tanpa sepengetahuan aku, karena hotel
kami berada di ujung De Wallen!
Banyak terdapat sex-shop yang
menjijikan, menurutku ….. dan ternyata anak2ku justru memalingkan
wajahnya. Dennis langsung membidik bebek2 yang berada di kanal dan
Michelle hanya bertanya2,
“Itu apa, mama?”
Tetapi ketika dengan mata Kepala
sendiri, kedua anakku melihat yang tidak senonoh sebagai remaja,
ternyata aku hanya ketakutan saja. Mereka memang mengajak dan malu2
melihatnya, tetapi kuamati mereka sama sekali tidak mau mencari tahu
tentang itu. Dennis dengan kamera dan sibuk mencari obyek ( dia suka
memotret bebek2, angsa2 dan burung2 disekelilingnya ), dan Michelle
dengan manjanya, terus bertanya2 tentang Red District di De Wallen ini
…..
Hehehe …… pengalaman membawa remaja2
modern di wisata prostitusi dunia. Mungkin ada yang tidak peduli, tetapi
aku sangat peduli dengan perkembangan kehidupan anak2ku. Dan sebagai
single parent, aku semakin peduli dengan banyaknya pengaruh2 negatif di
sekeliling mereka. Doaku selalu bersama mereka …..
Dan ternyata, Tuhan memang memberikan
anak2 yang luar biasa! Tuhan selalu melindungi mereka, walau kami memang
harus tetap berusaha, berdoa, percaya dan terus bersyukur tentang
banyak hal, terutama tentang anak2ku.
1/2 jam kami berkeliling Wellen, dan
mereka sudah terbiasa melihat perempuan2 muda dan cantik,
berlenggak-lenggok menjajakan dirinya, di Wisata prostitusi dunia ini
…..
Tips ku untuk kepercayaan kepada Keluarga :
1. Jika kita selalu mengajak anak2
kita berdoa bersama, membaca Alkitab bersama, mengajarkan untuk tunduk
pada Tuhan dan selalu mendoakan mereka untuk kehidupan nya sesuai dengan
keinginan Tuhan, ternyata kta tidak perlu kawatir tentang hidup mereka.
Karena Tuhan akan melindungi mereka.
2. Terus berusaha untuk belajar
pada lingkungan, untuk mendidik anak2 sesuai yang terbaik. Terbuka,
tersenyum dan bicara dalam Kasih, anak2 akan tahu dan mengerti ini
adalah yang baik, dan itu adalah dosa. Tetap berdoa dan berbuat yang
terbaik, dan Tuhan akan melengkapi sisanya …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Red Light District’, Wisata Prostitusi di Amsterdam: Hahaha… Anak-Anakku Cepat Belajar dari Lingkunganya”
Posting Komentar