Senin, 21 Juli 2014
Ketika Kekecewaan Berganti dengan Semangat dan ‘Excited!’
Senin, 21 Juli 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sebelumnya :
Diskusi tentang filateli waktu itu benar2 menyenangkan, walau tidak sesuai dengan rencana2 dan harapan2ku.
*Ketika Tuhan sudah mengijinkan kami
berlibur ke sejumlah negara di Eropa Barat, setelah berencana dan
menabung sekitar 3 tahun lalu, aku sangat bersyukur. Seorang ibu yang
disabled, dengan 1/2 tubuh lumupuh sebelah kanan, mampu membawa 2 anak
remaja kesana.
Bertujuan untuk berpameran, ketika
seorang teman filatelis Belanda mengundangku tahun 2013, rencana
berlibur ke Eropa pun semakin meningkatkan semangatku!
Lihat tulisanku : Kita Tidak Pernah Tahu, Akan Bertemu dengan Siapa Dalam Hidup Kita
Tetapi ketika rencana pameran filateli
tersebut gagal, awalnya aku cukup kecewa. Materi pameranku cukup banyak
dibawa, aku menyiapkannya sekitar 80 surat dari raja2 dan ratu2 Eropa
Berarti sekitar 8 frame pameran. Ternyata, Arie Zonjee harus berpameran
secara internasional di Paris. Ternyata juga, Arie merupakan pakar
filatelis Belanda dan terkenal secara internasional!
So? Haruskah aku kecewa? Haruskah aku ‘mutung’ dan ngambek?
Ga lah yaouuuuu …..
Hanya sedetik kecewa itu datang
menyambangiku, segera setelah seddetik itu, wajahku langsung memerah,
senyum mengembang dan mataku bersinar2 excited!
Arie meminta maaf dengan masalah ini,
tetapi aku hanya tersenyum dan menggeleng2kan kepalaku sambil tertawa.
Sehingga, diskusi tentang filateli itu tidak terganggu karena aku tidak
jadi berpameran …..
* * *
Ya, 3 tahun aku besabar. Menunggu dan
menabung untuk berlibur ke Eropa. Bukan uang yang sedikit dan bukan
waktu cuti yang sebentar. 3 minggu lebih untuk 7 negara dan di negara
dalam Euro, dimana sanfat gterasa sebagai pegawai swasta biasa dalam
mempersiapkan diri.
Tahun lalu, 2013, ketika aku siap untuk
kesana, Tuhan belum mengijinkan. DIA memanggil papaku, sehingga satu
setengah tahun pun kami berkabung.
Tahun ini 2014, ternyata Tuhan sudah
mengijinkan kami pergi, pergumulan yang sudah direncanakan. Tetapi
ketika rencana berpameran di Amsterdam pun gagal dilakukan ( padahal
sudah siap dengan semua materi2nya ), berarti Tuhan belum
mengijinkannya.
Mengapa? Aku tidak tahu!
Yang aku lakukan, aku hanya percaya,
percaya dan percaya! Dan terus bersyukur, bersyukur dan bersyukur.
Karena aku sangat yakin bahwa rencana kami ini akan juga merupakan
rencana Tuhan, sesuai dengan kehendak NYA. Tetapi jangan lupa, waktu
Tuhan bukan waktuku! Pasti ada rencana yang lebih besar lagi, yang Tuhan
sudah rencanakan untukku, entah kapan! Dan aku sangat percaya itu ……
* * *
Mungkin sekitar 1 jam kami ber-kongkow
ria di Prinz Hendrikke Cafe itu. Angin dingin terus berhembus. Matahari
memang tetap bersinar cerah. Tetapi angin dingin justru membuat kulit
kami hitam tanpa terasa karena tidak berasakan ‘panas’ matahari yang
memancar …..
Kami berdiskusi dengan Arie tentang rencana pameran filateli di Paris dan tentang hobi kami ber-filateli …..
Setelah membayar, barulah kami bersiap
untuk meng-explore Amsterdam. Aku duduk di atas kursi roda, sementara
Arie mendorong kursi rodaku. Anak2ku mengiringi langkah kami.
Menyenangkan …..
Menggembirakan …..
Membahagiakan ……
Terima kasih Tuhan …..
Semua jalan2 sekitar Damrak dan Central
Station Amsterdam pun, kami datangi. Melelahkan, memang. Aku saja yang
hanya duduk di kursi roda saja, merasakan letih dan lelah.
Mengapa?
Ya, karena permukaan jalan di Amsterdam
sebagian besar adalah memakai con-blok, yang sudah berumur puluhan
tahun! Bahkan ratusan tahun dan pemerintah Belanda mengikuti konsep
permukaan jalan dengan con-blok.
Memang, fasilitas disabled memakai kursi
roda sangat baik. Tetapi karena konsep permukaan jalan di semua negara2
Eropa adalah memakai con-block, membuat aku sebagai pemakai kursi roda
merasa tidak nyaman berada diatasnya. Tidak rata, yang membuat tubuhku
‘capek’ ….
Kami didepan took kelontong yang
menjual barang2 dan makanan Asia, termasuk dari Indonesia. Coba lihat,
sebagian besar jalan dengan penutup con-blok yang tidak rata. Apalagi
penutup jalan ini sudah ‘kuno’. Beberapa titik justru sudah dihantam
akar pohon, semakin tidak rata. Dan itu yang membuat aku merasa ‘capek’
…..
Bahkan, banyak con-block dengan
dimensi besar ( dan kuno ), sehingga semakin tidak rata permukaan jalan
itu. Ini salah satu sisi ‘buruk’ bagi penyandang disabilitas pemakai
kursi roda …..
Ada sih, untuk jalan2 besar dengan
memakai beton atau aspal. Tetapi hanya jalan2 besar saja. Pun tidak
terlalu banyak kendaraan dengan pedestriannya yang lebar dan besar itu,
jalan2 di Amsterdam masih, bahkan tetap mampu ‘menyerap’ kesan ‘green’
dengan penyerapan air dan pepohonan2 rindang.
Ya, con-blok merupakan solusi penutup
permukaan jalan yang bersahabat, karena tetap bisa menyerap air hujan.
Tetapi memang sebagai pemakai jalan, tidak terlalu suka dengan
ketidak-mulusannya. Sehingga, tidak banyak sebuah kota mau fokus dengan
con-blok sebagai penutup jalan. Bahkan, walau dulunya dilakukan itu,
setelah menjadi ‘era modern’ ‘con-blok’ diubah menjadi beton dan aspal,
seperti di Jakarta …..
Duduk di atas kursi roda itu, mungkin
menurut banyak orang, menyenangkan. Karena hanya tinggal melihat2 saja,
tanpa harus capai2 berjalan.
Siapa bilang?
Pertama.
Kadang2 aku agak ‘malu’. Dengan fisikku
yang lengkap tanpa terlihat sakit atau cacat, banyak
orang melihatku
dengan sedikit sinis. Kadang2 aku juga merasakan lebih malu lagi, ketika
orang2 dengan kepedulian tinggi, justru mencoba dengan sekuat tenaga
untuk membuat aku nyaman! Dan itu tidak gampang! Lebih2 dari dalam
hatiku!
Kedua.
Jika aku terlalu lama duduk di atas
kursi roda, aku merasakan pegal2 yang tidak enak. Terutama kaki kananku
yang lumpuh. Padahal untuk berjalan, itu akan menghambat orang2
disekelilingku, karena aku berjalan sangat lambat! Sehingga, aku lebih
memilih aku sebagai ‘obyek penderita’ sedangkan mereka ( orang2
disekelilingku dan pengiringku ) nyaman sebagai pejalan kaki.
Dengan pegal2 yang tidak tahu harus
bagaimana, aku berusaha untuk tetap ceria. Memotret sebanyak yang aku
inginkan dan bercanda serta tertawa sesering yang aku butuhkan.
Arie ternyata sangat care sebagai orang
tua dan kakek ‘baru’ bagi kami. Arie menjadi papa dan eyangf kakung bagi
aku dan anak2ku. Keramahan dan kesabarannya, menyamai papa almarhum.
Sampai pelukannya pun menyamai kehangatan pelukan papa. Sehingga, sering
terbersit rasa rindu dan kangen papa dan mataku sedikit berair dalam
senyum …..
Dengan sabar, Arie bercerita terus
menerus tentang sejarah kota Amsterdam. Tentang arditektur tuanya (
ternyata Arie benar2 memahami semuanya tentang Amsterdam ). Walau beliau
bukan seorang arsitek, tetapi kosa kata dan bahasanya adalah ‘bahasa
arsitek’.
Misalnya, beliau bisa meruntun bercerita
tentang material2 perbedaan rumah2 tua Amsterdam. Sehingga aku mengerti
dan bisa membedakan, mana rumah tua ratusan tahun, dan mana rumah yang
baru, yang berada saling berdekatan.
Ternyata, bukan dari gaya arsiteknya, tetapi justru dari WARNA batu bata serta dari DIMENSI batu bata.
Begini :
Konsep negara2 Eropa, adalah
melestarikan kota tua karena justru kota tua ini mendatangkan uang yang
banyak di bidang pariwisata. Sehingga, bagaimana mereka memperhatankan
kota tua mereka, tetapi tidak melepaskan ke-modren-an dunia. Karena,
mereka pun tidak mau menjadi bangsa yang ketinggalan jaman dan jadul!
Michelle yang pemalu pun sudah bisa
bercanda dengan Arie, seorang ‘asing’ baginya ….. Arie memang bisa
menjadi seorang sahabat, ayah dan kakek bagi kami selama di Amsterdam
…..
Sehingga, mereka mengkolaborasikan
bangunan2 tua nya dengan fasilitas2 modern. Arsitekturnya tetap
mempertahankan arsitektur lokal dan klasik, tetapi dibungkus dengan
fasilitas2 modern.
Siapa bilang bangunan2 ini ‘kuno’
dan ‘jadul?’ Ya, memang arsitekturnya klasik, tetapi tidak jadul (
klasik adalah abadi ), tetapi fasilitasnya modern! Silahkan dating
kesana dan buktikan sendiri …..
Jadi, walau bangunan2 itu tua ( yang
tidak periodik selalu dibersihkan karena bangunan tua itu memakai
mayerial batu yang bisa kusam ), tetapi di dalamnya tersembunyi
fasilitas2 yang modern, bahkan super modern, apalagi untuk bangunan2
kantor, bank dan pemerintahan.
Sedikit perbandingan :
Ketika aku bertugas ke Amsterdam, di
pelataran Damrak ada sebuah kios Hot Dogs, dan kemarin, tahun 2014 kios
Hot Dogs itu tetap ada, dengan posisi yang sama …..
Dulu aku sehat dan kuat, sekarang di dorong di atas kursi roda …..
Begitu juga dengan bangunan2 baru.
Mereka tetap membangun, lho! Ada beberapa bangunan yang boleh dirobohkan
dan dibangun kembali. Tetapi mereka pun mempunyai kepedulian yang
sangat tinggi untuk kota mereka. Bangunan yang baru ini menyesuaikan
dengan bangunan2 di sekelilingnya, walau belum tentu sama dengan
bangunan lama yang dirobohkannya.
Dan tidak sembarang orang yang tahu,
beda antara bangunan lama ( tua ) dengan bangunan baru. Kecuali yang
memang tinggal disana dan orang2 yang care dan peduli dengan arsitektur.
Dan Arie adalah yang termasuk didalamnya. Beruntung aku mengenalnya …..
Dan aku tekun mendengarkan cerita Arie
tentang perbedaan bangunan baru dan bangunan lama. Dan beda antara yang
sudah di renovasi dan yang tidak direnovasi sama sekali. Sangat sangat
sangat menarik! Terima kasih, Arie …..
Arie menjelaskan beda bangunan
lama yang sama sekali tidak di renovasi dengan yang memang sudah
dipugar, tetapi tidak mengalami perubahan drastic, untuk keserasian tata
kota dan arsitektur Amsterdam ……
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Ketika Kekecewaan Berganti dengan Semangat dan ‘Excited!’”
Posting Komentar