Senin, 21 Juli 2014
‘Coffee Morning’ : Ketika Kebahagiaan Mengawali Semuanya
Senin, 21 Juli 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sebelumnya :
‘Basiliek van der H. Nikolaas’ : Gereja Katolik Tertua di Amsterdam Abad - 18
Oudejizdskolk Straat, Basiliek van de H.Nikolaas, Café Molly Malones di Amsterdam
Selamat Datang di Amsterdam!
Menuju Amsterdam … Aku dalam Keterbatasan? Sudah Lupa, Tuh!
Perjalanan ke Negeri yang Jauh Sudah Mulai dan Mimpiku Semakin Nyata …..
Horeeeeeee ….. Libur Besar Telah Tiba!
Ketika Aku Membawa Anak-Anakku Keliling Eropa, dengan Separuh Tubuh Lumpuh
Sekitar jam 10.00 pagi kurang 15 menit,
kami bergegas masuk lobi hotel kami. Menunggu Arie Zonjee, sesai yang
dijanjikan pada kami, bahwa dia akan datang ke hotel kami tepat jam
10.00 pagi dan kami akan berdiskusi tentang rencana berpameran filateli
bersama di kota ini.
Baru saja kami duduk di sofa lobby, Arie
muncul. Wajah tuanya berseri2. Senyumnya mengembang dan terliat bahagia
‘menemukan’ kami di lobby hotel ini. Tepat jam 10.00, Arie memelukku,
anak2ku dan menyapaku.
Arie Zonjee. Seorang ayah dan kakek
berumur sekitar 67 tahun. Seorang filatelis Belanda, yang ( ternyata )
adalah filatelis dunia ( yang baru aku tahu, ketika kami bertandang ke
rumahnya di hari terakhir di Amsterdam. Wajahnya teduh, mengingatkan ku
kepada papaku yang sekarang pasti sedang tersenyum memandangi kami di
Surga. Senyumnya sangat ramah dengan kumis yang cukup tebal. Matanya pun
sangat ramah. Menyipit ketika tersenyum, apalagi tertawa …..
Lihat tulisanku tentang Kita Tidak Pernah Tahu, Akan Bertemu dengan Siapa Dalam Hidup Kita
Begitu saling menyapa selesai, Arie
memberikan ‘kado’ untukku. Wajah ku pasti bersinar dan memerah. Terasa
panas, tanda kebahagiaan yang tidak bisa disembunyikan. Arie meminta ku
untuk membuka pemberiannya. Sesuatu didalam sebuah plasti berwarna
bergambar ‘benda2 filateli’. Kupikir hanya sekedar souvenir dari
Amsterdam, seperti yang selalu dilakukan oleh banyak orang.
Akupun juga
membawa souvenir Indonesia untuknya dan keluarganya, walau belum aku
berikan karena asih berada di dalam koper, karena kami belum bisa
membuka koper besarku karena kamar kami belum siap.
Tetapi ketika aku buka kadonya dan mengeluarkan isinya, astaga ……. Wajahku semakin berseri!
Sebuah album prangko tebal berisi tentang
“The Royal Wedding - Buckhingham Palace 1981″
Wooowwwwooowwww …….
Sebuah album asli dari UK ketika
Lady Diana menikah dengan Pangeran Charles, berisi ratusan keeping
prangko mereka, dihadiahkan kepadaku, dari Arie Zonjee …..
Semua ‘rekaman’ dan bidikan foto tentang
kehidupan dan pernikahan Prince Charles dan Lady Diana - Princess of
Wales tahun 1981. Album ini sangat lengkap isinya. Aku memang pernah
melihat beberapa prangko yang ada di dalamnya, tetapi tidak semua! Hanya
beberapa saja. Dan sepertinya, ini adalah koleksi terlengkap tentang “The Royal Wedding 1981″,
yang aku yakin filatelis di Indonesia yang aku kenal, tidak ada yang
mempunyai koleksi selengkap ini! Mungkin Arie mempunyai nya justru
ketika tahun 1981, langsung membelinya di London tahun itu. Mungkin juga
justru Arie datang ke acara itu, ikut eforia nya dan berburu benda2
koleksi filateli …..
“Aaahhhhh … Nanti aku tanyakan”, pikir ku.
Aku yakin Arie ikut berseri2 wajahnya
ketika begitu senangnya aku mendapatkan kado ini karena aku sangat
mengidolakan Lady Diana dari dulu dan sampai sekarang. Dan karena Lady
Diana lah, kami ( aku dan Arie ) dipertemukan, lewat hobi kami yang sama
: FILATELI!
Silahkan melihat 2 buah pagesku di Facebook :
Karena Suratku pada Lady Diana tahun
1982, dibalas nya dan aku menjadi ‘penulis surat’ untuk orang2 terkenal
dunia. Dan ketika aku dalam keterbatasan, ‘kekuatan menulis’ dan Hobi filateli,
yang aku jalankan untuk terapi otakku, membuat aku bertemu dengan
orang2 baru yang sekarang menjadi sahabat2ku, justru merupakan berkat
yang tak terhingga untukku dan keluargaku …..
“Saya sudah simpan kan untukmu, Christie. Dan saya yakin, kamu akan mengambilnya sendiri ke sini, ke Amsterdam……”, kata Arie
Aku memeluknya erat. Sangat berterima
kasih dan membungkusnya kembali. Meminta anakku untuk menyimpannya di
koper cabin ku. Kami sedikit mengobrol dan sepakat untuk mencari Care
sedikit jauh dekat Centra Station, untuk memulai ‘kehidupan’ kami di
kota pertama yang kami singgahi dalam liburan kali ini di Eropa Barat,
Amsterdam di Holland.
* * *
Sambil bercanda, Arie mendorong kursi
roda ku, bergantian dengan anak2ku. Anak2ku mengiringi. Berjalan,
bercanda. Kami saling menyesuaikan diri, sebagai satu keluarga. Arie
benar2 bertindak sebagai seorang ayah dan seorang kakek yang
menyempatkan diri untuk sebuah kualitas waktu hidup. Dan sesaat
kemudian, kami sudah dapat menyesuaikan diri kami masing2 dan merasa
‘inilah keluarga kami’ di Amsterdam.
Sebuah Cafe kecil, Prinz Hendrikke Cafe,
sudah buka, dekat Central Station dan tepat di sisi jalan besar, Prinz
Hendrikke Straat. Kami memilih duduk di luar walau hawa dingin cukup
mengganggu, sekitar 10 derajat Celsius, tetapi matahari bersinar ramah.
Arie selalu membuat kami tersenyum
dan tertawa bahagia, dengan cerita2nya, candaannya sebagai seorang
sahabat, ayah dan kakek. Mengingatkan aku pada papa ……
Aku, Dennis dan Michelle menutup kan
rapat, jacket dan mantel kami karena sedikit ke diinginkan. Tetapi
justru Arie hanya memakai jacket tipis dan berkata,
"Kalian kedinginan, ya? Untuk kami, ini adalah ‘perfect summer’. Matahari cerah dan tidak hujan …..”
Dan mengalirlah cerita betapa sebenarnya
Holand merupakan ‘negara dingin’. Tetapi mengapa kami mau datang ke
sini? Dan Hanya beberapa saat saja dia bisa melihat matahari dan hangat,
selebihnya fog ( kabut ), mendung, dingin dan gelap …..
Ya, ini adalah kali ke-3 aku berkeliling
Eropa Barat. Dan ketika aku kesana 2x beberapa tahun lalu, memang
demikian lah adanya. Fog, mendung, dingin dan gelap dan aku memakai
pakaian berlapis2 karena kedinginan …..
Aku memesan kesukaan ku, teh hangat
dengan susu cair. Anak2 ku memesan coklat panas dan Arie memesan kopi
panas. Karena kami baru saja sarapan pagi, kami menolak untuk memesan
sarapan dengan disertai ucapan Terima Kasih.
Sambil menahannya udara dan angin dingin
jam 11.00 pagi itu, tangan kiriku memegang cangkir yang berisi teh
hangat. Ternyata begitu juga anak2ku. Tetapi dengan diskusi kami pagi
itu di Prinz Hendrikke Cafe, tubuh kami semakin hangat ketika Kasih
Tuhan terus menyelimuti hati dan pikiran kami …..
Terus membuka diri untuk
Kasih Tuhan yang selalu dinyatakan, kapanpun dan dimanapun, lewat orang2
yang Tuhan berikan pada kita …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Coffee Morning’ : Ketika Kebahagiaan Mengawali Semuanya”
Posting Komentar