Senin, 10 Februari 2014
‘Katulampa?’ Hiiii… Bergidik, Takut Banjir…
Senin, 10 Februari 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Tags:
regional
Sebuah bendungan yang terletak di Bogor,
dibangun jaman kolonial Belanda, dibangun tahun 1911, adalah hal yang
sangat penting berkaitan dengan banjir Jakarta. Bendung Katulampa,
sering digunakan untuk acuan sebagai pos pemantau banjir. Mungki di
jaman sekarang ini, waktu banjir Jakarta masih melanda, mendengar KATULAMPA saja, kita sudah mengkeret karena takut banjir datng lagi, kiriman dari Bogor …..
Di musim hujan seperti sekarang ini,
penjaga Bedung Katulampa harus siap 24 jam dan akan memantau jika
menunjuan ketinggian air dari Siaga 4, Siaga 3, Siaga 2 apalagi Siaga
1.. Pemberitahuannya pastilah tiap beberapa menit sekali untuk bisa
segera diumumkan bahwa air dari sana akan ‘datang’ ke Jakarta, sesuai
dengan keadaannya agar Jakarta bersiap2.
Menurut referensi yang aku baca, Bendung
Katulampa dibangun dengan material tidak semestinya jaman itu,
dikatakannya dengan ‘material sementara’. Sehingga, jika diterjang
banjir, bendungan mengalami kerusakan. Entah bagaimana sekarang, apakah
selalu dalam perawatan yang apik, karena bendungan ini merupakan ‘titik
bencana’ tentang banjir Jakarta …
Sejak jaman kolonial Belanda, Bendung
Katulampa selalu dirawat dan memakan dana cukup besar. Tetapi setelah
Indonesia merdeka, kerusakan Bendung Katulampa setiap tahun menunjukan
semakin parah, karena PENGGUNDULAN HUTAN.
Pastilah akan berpengaruh terdapat daya tahan bendungan ini. Dan penggundulan
hutan merupakan yang tidak bisa ditolerir lagi karena ini adalah siklus
alam. Jika hutan habis ditebang, air akan terus mengalir tanpa
berhenti. Apalagi lokasi hutan2 yang ditebang dibangun perumahan atau
hotel da villa, sehingga tanahnya berubah menjadi beton, dan air semakin
cepat ke tempat yang lebih rendah, yaitu JAKARTA ……
Faktor geografis merupakan siklus alam.
Memang tentang geogarfis bisa juga berubah tanpa campur tangan manusia.
Tetapi perubahan georafis tampa campur tangan manusia adalah SANGAT LAMBAT. Tetapi
dengan campur tangan manusia dan penggunaan teknologi secara besar2an
semakin mempercepat perubahan siklus alam. Semakin bannyak manusia yang
campur tangan, semakin mereka membuat alam ‘merana’ dan justru akan
membuat alam ‘marah’ …..
Penyebaran teknologi, pembangunan dengan
material2 non-alam, akan mempercepat siklus alam berubah. Terutam yang
berkaitan dengan perubahan fungsi lahan, dari hutan perawan, menjadi
hunian bahkan industri! Perubahan fungsi lahan mengubah siklus alam.
Pola alam berubah sama sekali. Dari sebuh hutan perawan, menjadi pola
hunia dan industri, sangat berbeda. Semuanya akan mempengaruhi pola
aliran, pola energi ataupun material2 yang ada akan berubah. Apalagi ini
sejak jaman kolonial Belanda, lebih dari 300 tahun lalu!
Permukaan air ( banji ) pun berubah.
Jika Bendung Katulampa yang notebene adalah hasil campur tangan manusia
dengan teknologi tinggi, tetapi tidak dibarengi dengan penggundulan
hutan, mungkin hasil nya pada jaman sekarang ini, tidak akan sedemikian
amburadulnya, terutama berhubungan dengan Jakarta.
Tetapi yang jelas,
penggundulan hutan sampai sekarang pun masih saja dilakukan, entah apa
penyebabnya! Padahal bukti tentang siklus alam yang ‘melenceng’ sudah di
gembar-gemborkan. Dan ketidak-pedulian dan keserakahan serta keegoisa manusia adalah ujung tombak bencana banjir Jakarta ……
Itu baru ‘urusan’ Bendung Katulampa yang berada di kota2 pendukung Jakarta. Belum di Jakarta nya sendiri.
Pembangunan di Jakarta sendiri benar2
merubah tatanan dan siklus alam dengan sangat cepat, karena keegoisan
warganya. Ekosistem secara alamiah, pun berubah, termasuk aliran2 air.
Ekosistem alamiah berubah menjadi ekosistem buatan, yang hasilnya
bertambah buruk. Ya, Tuhan sudah menciptakan alam untuk kita jaga, BUKAN
untuk dirusak!
Ciptaan Tuhan memang benar2 sempurna dan TIDAK AKAN ADA
YANG BISA SESEMPURNA TUHAN! Artinya, semua yang diciptakan Tuhan akan ‘marah’, ketika manusia mengubahnya!
Sehingga penggundulan
hutan, perubahan fungsi lahan ataupun perubahan ekosistem menjadi
buatan, pastinya akan mempengaruhi alirn air. Dan yang terburuk adalah,
air akan terus mengalir dari daerah tinggi ke daerah rendah, sehingga
dari Puncak - Bogor terus mengalir ke Jakarta menuju laut. Tetapi
parahnya, reklamasi laut utara Jakarta besar2an digalakkan, sehingga ai
‘berhenti’ di sungai dan cekungan2 di Jakarta!
Lama kelamaan,Jakarta bebannya
bertambah, terjadi penurunan dataran akarta sehingga air laut ‘masuk’ ke
Jakarta. Belum lagi air pasang laut utara Jakarta yang dikenal dengan
sebutan ‘rob’ ……
***
Seringkali ahli2 di Jakarta berbicara
tentang ini, tetapi keserakahan manusia warga Jakarta ternyata tidak
peduli bahwa Jakarta akan semakin ‘tenggelam’. Tidak peduli dengan
apapun, dan sepertinya jika Jakarta tenggelampun mereka dengan santainya
terbang ke luar negeri tanpa peduli dengan yang ada di Jakarta.
Aahh ….. semakin lama semakin melenceng. Terserahlah …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Katulampa?’ Hiiii… Bergidik, Takut Banjir…”
Posting Komentar