Rabu, 08 Januari 2014
Ketika 16 Tahun Bangunan Itu Terbengkalai
Rabu, 08 Januari 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Minggu lalu aku sempat santai dan relax
di Hotel Le Meredien. Adikku yang berada di Amerika, sejak Desember lalu
bertugas di Indonesia sampai akhir Januari ini. Dan dia berpindah
beberapa hotel untuk banyak bertemu dengan mitra2nya, salah satunya di
Hotel Le Meredien.
Weekend kemarin aku kesana. Mamaku
berenang, anak2ku bermain disana, dan seperti biasa aku sempatkan banyak
mengamati hotel tersebut, mengambil banyak foto bahkan lingkungan hotel
tersebut.
Kamar adikku berada di lantai 8 dan menghadap ke utara,
sehingga pemandangannya adalah hotel Sahid serta sebuah bangunan yang
sedianya akan menjadi bangunan tertinggi di Indonesia ( 60 lantai ),
dengan mengadopsi Bank of China di Hongkong, yang di desain oleh seorang
arsitek China kelas dunia, yang tinggal di Amerika, I.M.Pei, dengan
tinggi 60 lantai. Tetapi ketika krismon melanda tahun 1998, bangunan itu
adalah salah satu bangunan yang tidak pernah mulai dibangun lagi atau
tidak pernah direvisi desain …..
Bank of China di Hongkong oleh I.M.Pei
BDNI Centre - proposal desain I.M.Pei ( Bank of China ) di Jakarta
Aku tidak mau membahas tentang bangunan
itu, akan ada tulisanku yang lain tentang bangunan itu. Dan aku juga
tidak mau membahas mengapa tidak ada ( atau belum ada ) investor yang
mau ‘re-build’ bangunan ini. Yang aku ingin bahas adalah, apakah tidak
ada yang peduli bahwa bangunan yang belum jadi ini, ternyata membuat
‘noda’ di sebuah ’skyline’ Jakarta?
Dengan bangunan2 tinggi dan mewah di
sekitarnya, bangunan yang belum jadi ini tidak bisa ‘mengimbangi’ sebuah
kebersahajaan dari ibukota negara. Bangunan yang belum jadi ini, tidak
bisa ‘direkayasa’ menjadi sebuah titik yang cantik, sehingga ‘noda’
benar2 terlihat.
Terletak di daerah prima jalan Sudirman
di belakang Hotel Le Mererien dan berhadapan dengan Wisma Dharmala dan
disekelilingnya adalah beberapa apartemen mewah, Hotel Sahid serta tepat
di ‘hook’ persimpangan jalan Sudirman dan jalan layang yang
melintasinya dari Karet Bivak ke jalan Dr Satrio. Sebuah lokasi bangunan
yang sangat prestisius, dan adalah sangat wajar jika is empunya (
dahulu ) mengharapkan prestisius yang tinggi untuk keuntungan dari hasil
penjualan atau penyewaan ruang2 kantor disana.
Bangunan2 mewah di sebelahnya ……
Ketika krismon melanda Indonesia dan
bertahap mampu untuk membangun lagi, ternyata bangunan ini tetap tidak
ada yang mau ( atau tidak bisa, karena dananya terlalu tinggi ) untuk
‘re-build’ atau membangun kembali? Aku tidak tahu itu. Tetapi yang
jelas, bangunan yang desainnya mengadopsi Bank of China, akan menjadi
bangunan yang tertinggi di Indonesia dan mewah serta prestisius.
Sehingga kemewahan serta konsep awal desain tersebut tidak mampu
mengimbangi nilai re-build sekarang ini …..
Aku tidak tahu detail permasalahannya.
Tetapi yang aku mau soroti adalah adanya ketimpangan skyline Jakarta,
dengan bangunan ini. Seakan2 kota metropolitan sekelas Jakarta, sebagai
ibukota negara, mempunyai ‘noda’.
Di lihat dari jalan menuju jalan Dr Satrio, sangat sayang bangunan ini hanya sebagai ‘tonggak sejarah’ jaman krimon …..
Aku bukan sok mau membangun Jakarta
dengan bangunan2 mewah, bukan. Aku juga bukan seorang arsitek yng tidak
humanis.
Tetapi, aku cuma mau mengatakan, bahwa jika sekarang Jakarta
mempunyai kota metropolitan setingkat dunia, seharusnya secara fisik
Jakarta dilengkapi dengan fasilitas2 umum, transportasi massal serta
pembangunan di berbagai fisik kota dan yang tidak kalah pentingnya
adalah kemapanan warga kota dalam bentuk kepedulian sosial dan
lingkungannya. Itu semuanya adalah yang TERPENTING!
Dan yang tidak kalah penting adalah pembangunan
fisik kota secara arsitektural, tidak membangun dengan semena2, serta
memeliharanya. Bangunan2 dengan ijin serta menyelesaikan daerah2 ‘tak
bertuan’, seperti sebuah bangunan yang bersebelahan dengan Hotel Le Meredien.
***
Aku berdiri di jendela kamar hotel.
Sedikit merenung sebelum aku memotretnya. Betapa dalamnya basement
bangunan tersebut, mungkin 3 atau 4 lantai. Sebagian sudah sempat
dilapisi pondasi dan dinding basement. Sebagian lagi, masih rawa. Besi2
tulangan tetap berdiri tegak sejak tahun 1998 dan pastilah kekuatan besi
tulangan tersebut sudah sangat berkurang karena berkarat.
Tinggi bangunan itu mungkin sudah sampai
sekitar20 lantai. Aku membandingkan dengan ketinggian Hotel Le Meredien
yang 22 lantai. Tetapi tidak seluruhnya dikelilingi tembok. Dan besi2
tulangan tetap banyak mencuat disekelilingnya …..
Dari jendela kamar hotel, aku melihat
bangunan itu memang cukup rapi dan bersih. Bukan bangunan2 yang porak
poranda ketika terjadi peperangan dan ketika bangunan ditumbuhi tanaman2
liar seperti di film2 Indiana Jones. Beton2nya masih rapih dan waenanya
krem ke abu2an. Rapih. Hanya saja karat di besi2 tulangannya yang tidak
bisa disembunyikan sebagai bangunan yang sudah lama tidak terurus.
Bangunan ‘tidak bertuan’, tetapi dijaga ketat! Tanpa coretan, tanpa rumput2 liar dan tanpa ‘penghuni’ …..
Sepertinya juga, bangunan ini tetap
dijaga, tanpa orang2 bisa masuk. Karena aku juga orang lapangan. Ketika
sebuah bangunan yang belum jadi ditinggal pemiliknya tanpa ada yang
menjaga, bangunan yang belum jadi tersebut akan penuh dengan orang2 yang
tidak mempunyai tempat tinggal dan untuk berjualan adau berdagang. Dan
daerah tersebut akan ditumbuhi rumput2 liar …..
Bahkan corat-coretpun tidak ada.
Bangunan yang belum jadi itu benar2 dijaga ketat! Bayangkan, sudah 16
tahun bangunan itu terbengkalai, tetapi tangan2 jahil tidak merusaknya
…..
***
Memang bangunan yang belum jadi itu tidak ‘terlalu penting’, apalagi
tidak berhubungan dengan pemda ataupun pempus. Bangunan itu berhubungan
dengan pemiliknya ( developer ). Tetapi tidak ada salahnya, ‘daerah tak
bertuan’ tersebut, bisa di bangun kembali. Karena 16 tahun sudah,
terbengkalai. Uang hyang tertanam disana entar sudah berapa banyak,
tetapi pastinya tidak bisa digunakan …..
Aku memang ‘buta’ sebagai bisnis woman.
Aku tidak bisa menghitung berada besar dana yang terbuang dan berapa
besar dana yang akan terpakai untuk re-build. Tetapi aku adalah seorang
arsitek dan urban planner. Dan sebagai arsitek yang sudah memnjaikan
kota Jakarta sebagai sebuah obsesi untuk yang lebih baik, aku benar2 mau
menyelami semua bagian2 kota Jakarta ini.
Aku hanya ingin menyoroti sebuah kota
yang sungguh aku inginkan untuk lebih baik di masa depan, Kota Jakarta
kita, dalam berbagai hal, tempat masa depan anak2 kita dan bangsa kita.
Terutama secara fisik kota …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Ketika 16 Tahun Bangunan Itu Terbengkalai”
Posting Komentar