Selasa, 07 Januari 2014
Jalan Layang Casablanca [Akan] Hanya Memindahkan Kemacetan ……
Selasa, 07 Januari 2014 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Baru dibuka, dari jalan layang baru
sudah terlihat sudah macet. Padahal masih hari libur. Bagaimana dengan
Jakarta di hari2 normal?
Sebelumnya :
Ditulisanku di link di atas, adalah
reportase sebuah jalan baru secara kasat mata. Pengawasan dan
ketidak-pedulian yang cukup mengganggu.
[Lanjutan Judul]
…..
jika tidak diimbangi dengan pemikiran tentang keberadaan mobil2 baru
yang terus melaju, dan jika tidak ada peningkatan tentang pertambahan
panjang jalan tiap tahun di Jakarta …..
Ketika dari Le Meredien - Tebet, aku
mendapatkan hal yang sama dengan workmanship di jalur Tebet - Le
Meredien. Tetap ada yang membuat aku waswas dan mengeksplor kemungkinan2
yang terjadi di benakku. Adalah KEMACETAN!
Kemacetan? Di jalan baru yang baru di bukan? Di waktu Sabtu akhir liburan tahun baru? Ah, masa’ sih??
Ya! Ini yang membuat aku waswas besar! Bahwa kemungkinan besar jalan baru ini hanya mengurangi kemacetan sesaat saja!
Dari masuk di samping Le Meredien sampai
turus lagi sesaat sebelum Mall Kota Kasablanka, memang masih nyaman.
Tetapi di mulut turun dan keluarnya, woww ……
Waktu itu sekitar jam 11 siang, dan jam 2
siang serta jam 5 sore. Semakin sore / malam, semakin macet. Dari
awalnya hanya macet / antri benar sudah di titik + 0, sampai sore, masih
berada di atas jalan layang.
Ada apa?
Ternyata adalah pertemuan dengan Kota
Kasablanka. Masuk dan keluarnya. Sehingga, aku sangat yakin jika setelah
liburan ini berakhir, kemacetan tetap melanda, termasuk di jalan layang
baru ini.
Aku memang belum kesana minggu ini. Next, aku akan mengamatinya.
***
Aku tidak tahu konsep apa yang dipakai pemda untuk mencari pintu masuk
dan pintu keluar dari sebuah jalan besar. Yang aku tahu adalah
konsep masuk keluar jalan itu di daerah yang tidak menjadi daerah
crowded, dan bukan awal atau akhir di ‘pusat kegiatan’, sehingga ‘mulut
jalan’ tidak menjadi ‘mulut’ atau awal kemacetan. Dan jangan lupa,
‘mulut’ jalan BUKAN BERUPA LEHER BOTOL …..
Tetapi ternyata tidak terjadi di kota
kita. Justru sering kali mulut masuk keluar tol, atau putaran2 jalan
berada pada titik2 awal kemacetan, sehingga macet di jalan arteri
ditambah lagi macet di jalan tol atau jalan2 besar.
Seperti jalan layang Casablanca yang baru dibuka.
Dulu ketika papa masih menjabat di pemda
yang berhubungan dengan ijin bangunan, aku sering bertanya dan papa
selalu menceritakan konsep2 awal Jakarta. Sejak SD aku sering bertanya
tentang Jakarta kepada papa, sehingga sampai sekarang pun walau papa
sudah lama pensiun dan sudah dipanggil Tuhan, menjadikan aku benar2
ingin memperbaiki Jakarta, walau hanya lewat tulisan seperti ini saja
…..
Konsep pemukiman Jakarta adalah ‘Poros
Barat-Timur’ seperti yang aku banyak tulis di kompasiana ini. Di Barat
dari Kembangan ( Kantor Walikota Jakarta Barat ), sasmpai daerah Grogol,
berlanjut ke daerah Timur dari Tebet Jatinegara terus sampai Pulo
Gebang ( Kantor Walikota Jakarta Timur ).
Poros Barat - Timur itu
dihubungkan dari arah Kembangan - tol Kebon Jeruk, lewat Cideng - Tanah
Abang - Dr Satrio - Casablanca - Jatinegara - Klender - Penggilingan -
Pulo Gebang. Konsep itu memang sudah ada sejak lama, sejak aku masih
sekolah dan diceritakan oleh papa, sekitar tahun 1990-an. Jadi, jalan
layang Casablanca ini merupakan konsep lama.
Aku juga belum mengerti, bagaimana pemda
membangun jalan layang yang sekarang baru diresmikan. Awalnya dari
mana? Lewat mana, dan bagaimana pitu masuk dan keluarnya? Karena ketika
papa masih menjabat, di kantor papa banyak maket2 konsep kota Jakarta,
terpampang semuanya, termasuk konsep jalan dari Kembangan ke Pulo Gebang
…..
*Masalahnya, mengapa pemerintah
tidak mendistribukan konsep2 fasilitas perkotaanyang tiap tahun harus
disosialisasikan, seperti konsep MRT Jakarta?
Jika ditarik kesimpulan, jalan layang
yang baru diresmikan ini seharusnya merupakan sebagian kecil potongan
jalan. Tetapi ketika aku mengamati dari arah Karet sampai mulut jalan,
turun sesaat sebelum Mall Kota Kasablanka.
Sekitar jam 14.00 sore dari Hotel Le Meredien …..
Jika dilihat sesaat lewat foto ini,
mulut pintu keluar memang merupakan ‘leher botol’, ditambah dengan lalu
lintas dari arah jalan dibawah jalan layag ini, ditambah lagi titik ini
sesaat dengan pintu masuk - keluar Mall Kota Kasablanka ( gedung biru
berwarna warni di foto ini ).
Entah karena mulut keuar jalan layang
tersebut merupakan leher botol, atau dengan perpotongan ke Mall Kota
Kasabanka, menjadikan ’mulut’ keluar mengalami macet! Ini belum
seberapa, krena masih hari libur, Sabtu lagi dan baru diresmikan.
Bagaimana dengan setelah liburan berakhir dan Jakarta kembali seperti
sediakala?
Dari arah Hotel Le Meredien jam 17.00 sore …..
Semkin sore, kemacetan semakin
panjang! Di foto ini bahkan kemacetan masih di atas jalan layang, tepat
di atas TPU Menteng Pulo! Ckckckckck …… bagaimana jika Jakarta sudah
‘normal lagi?’. Sepertinya jalan layang ini akan memindahkan kemacetan
di saat2 jam2 sibuk!
Sedikit analisa :
Warga Jakarta sudah tahu semuanya bahwa
jalan layang ini sudah bisa dipergunakan. Mereka ( termasuk aku )pasti
ingin mencobaya. Berharap jika antara kantor - rumah melewati jalan
Casblanca ini, jalan layang baru ini diharapkan banyak ‘menolong’
kemacetan.
Tetapi dengan sedikit alanisa dan butuh
pengamatan kecil, sepertinya jalan layang baru ini hanya akan ‘menolong’
sesaat saja. Jika warga Jakarta yang biasanya lewat jalan lain (
seperti aku, lewat Menteng atau lewat tol ), akan mencoba ke Casablanca
dan lama kelamaan jalan baru ini akan mengalami kemacetaan, sama dengan
jalan dibawahnya …..
Ah, kalau aku lebih suka lewat
Menteng. Jika macet, kita bisa mencari ‘jalan tikus’, dibandng di ajalan
layang atau jalan tol, karena jika macet ya sudah … merayap sampai
pintu keluar …..
***
Untuk aku sendiri, memanage sebuah kota,
apalagi sekelas Ibukota dan kota metropolitan, sangat tidak gampang.
Solusi2nya tidak bisa hanya di 1 titik saja. Memanage kota Jakarta
dibutuhkan diskusi panjang dan KOMPREHENSIF. Banyak titik,tidak di 1
titik saja. Memikirkan dampak2 yang lain. Bukan hanya secara fisiknya
saja, tetapi bisa berhubungan dengan psikis asyarakat nya.
Sebuah jalan layang baru atau jalan2
baru yang lain, itu bukan hanya dibangun besar hanya dengan sedikit
pemikiran. Masudnya, sejak awal Jakarta bertumbuh dan berkembang, pemda
Jakarta harus sudah memikirkan tentang dampak2nya. Misanya :
Banyak mall ( contoh di sepanjang jalan Dr Satrio - Casablanca ) :
Harus memikirkan parkir sesuai dengan standard yang berlaku, bahkan harus DILEBIHKAN,
karena dengan Jakarta yang ssedang berkembang, mall merupakan bukan
hanya tempat belanja saja, melainkan tempat kongkow. Sehingga jika 1
mall standard parkir A mobil, ini harus dilebihkan : A mobil + B mobil.
Jika tidak, alamat mall itu kan kekurangan parkir dan memarkir mobil2nya
d pinggir jalan. Ini sudah dibuktikan di sepanjang Ambasador dan ITC.
Parkir mobil di tepi jalan2 bahkan harus parkir di Mega
Kuningan …..
Ini bukan hanya berhubungan dengan
developernya saa, tetapi pemda harus lebih ‘keras’ untuk ijin2
bangunannya serta perhitungan parkirnya. Bukan hanya sekedar membangun
mall saja, tetapi dampak2nya akan menjadikan Jakarta lebih semrawut …..
Warga Jakarta yang semakin banyak :
Harus dipikirkan tentang kendaraannya.
Mobil dan motor. Apalagi Jakarta sedang membangun dengan warga yang
cenderung banyak membeli kendaraan tanpa memikirkan dampak2nya. Sehingga pemda harus membangun panjang jalan sekian persen tiap tahun untuk mengimbangi laju penambahan kendaraan.
Tetapi apa yang terjadi?
Penambahan panjang jalan di Jakarta
mungkin hanya 1/10 dari penambahan kendaraan setiap tahun. Sehingga,
seperti ‘ramalan’ bahwa tahun 2014 ini, begitu kita keluar rumah,
kemacetan sudah menghadang ( dan itu sudah aku buktikan : keluar
kompleks, macet berat tiap saat! ).
Jadi, jalan layang Casablanca yang baru
diresmikan ini, bukan solusi bagi warga Jakarta. Jalan ini hanya
memindahkan kemacetan, yang hasilnya adalah sepanjang jalan Dr Satrio -
Casablanca di jalan layang atau di jalan biasa nya, akan tetap dilanda
kemacetan yang luar biasa ……
So?
Mungkin hanya beberapa saat saja aku
akan melewati jalan baru itu, sambil mengamati dampat2 perubahan (
bukan hanya disana saja, tetapi berhubungan dengan jalan2 seluruh
Jakarta ).
Tetapi jika sudah ‘terbukti’ atau capai dengan kemacetan, aku
akan kembali lagi melewat Menteng, dari kantorku di Grogol sampai ke
rumahku di Tebet …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Jalan Layang Casablanca [Akan] Hanya Memindahkan Kemacetan ……”
Posting Komentar