Minggu, 13 Oktober 2013
[Truk dan Kontainer] ‘Si Komo’ Merusak Jakarta…
Minggu, 13 Oktober 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sangat menyebalkan jika macet! Pasti!
Tetapi ternyata macet adalah ‘makanan’ sehari di Jakarta! Apalagi di
jam2 sibuk, pagi dan sore sampai malam hari. Dan macet adalah salah satu
‘menu’ hidup kita di Jakarta …..
Sebenarnya, semua warga Jakarta tahu,
dan sudah menjadi rahasia umum, bahwa SALAH SATU yang menyebabkan macet
adalah kurangnya kepedulian warga Jakarta sendiri serta tidak tegasnya
pemda tentang peraturan2 transportasi dan regulasi tentang
infra-struktur alat2 transportasi sendiri. Baik dari segi kurangnya
monitoring infra-struktur dalam membangun panjang jalan tiap periodik
sekali, penunjang dan fasilitas transportasi, juga tentang
ketidak-disiplinan warga dalam berkendara.
Ditambah lagi tentang tidak
adanya peraturan tentang masuknya kendaraan ( baik kendaraan roda 2 atau
roda 4 ) ke Jakarta. Kran import atau assembling terus dikucurkan dan
harga kendaraan semakin murah karena persaingan. Bahkan baru2 ini
pemerintah justru merestui ‘mobil murah’ masuk ke Jakarta! Sehingga
warga Jakarta berlomba2 membeli mobil murah, padahal sebagian dari
mereka sudah mempunyai mobil!
Belum lagi ketidak-pedulian baik pemda
atau pempus, apalagi si pemilik kendaraan atau pemilik modal yang
membawa kendaraan truk bahkan container masuk ke Jakarta pada jam2
sibuk! Setahuku, sudah ada peraturan ( atau di Jakarta tidak tertulis? )
Internasional, bahwa kendaraan2 trus diatas roda 4 atau container,
dilarang masuk ke dalam kota, antara jam 6.00 pagi sampai jam 22.00
malam hari. Tetapi kenyataannya? Banyak kendaraan2 roda 6 keatas, bahkan
masuk ke jalan toll, bertumpuk dan berjejeran, pada jam2 berangkat
sekolah dan jam2 berangkat kantor!
Foto ini sebuah bukti! Sangat jelas
terlihat, bahwa ini ada jam2 sibuk kota. Mungkin sekitar jam 8.00 pagi,
dimana SEHARUSNYA TRUK2 BESAR TIDAK BOLEH MASUK KE JAKARTA! Tetapi
justru mereka ‘berebut’ masuk untuk mengantar entah apa isinya …..
Truk2 besar ada dimana2! Tidak saja di jalan toll tetapi bisa sampai di jalan2 lingkungan, tanpa peduli dengan apapun!
Siapa yang bisa menjawab masalah ini?
Dan selama jam demi jam, kendaraan2
besar lalu lalang melintasi jalan toll atau jalan2 arteri di Jakarta,
TANPA merasa ada yang tidak beres dengan keadaan ini!
Suatu saat tahun 2000 ketika kami
sedang berada di Amerika di rumah adikku di Dallas, waktu itu adikku
baru membeli rumah baru, dan pindah dari apartemennya. Seperti yang kita
tahu, bahwa barang2 di apartemen itu seadanya saja, dan setelah pindah
di rumah barunya, adikku harus membeli furniture baru.
Waktu itu, IKEA, perusahaan
furniture terkenal sedang diskon besar2an. Karena IKEA tidak ada di
Dallas, kami harus membeli barang2 besar ( tanpa diantar, karena diskon
besar ) ke Houston, sekitar beberapa jam dari Dallas.
Adikku menyewa container besar,
patungan dengan temannya dan bergantian menyetirnya ke Houston.
Sementara kami mengikutinya dengan mobil pribadi. Dan kami berangkat
pagi2 sekali dari rumah adikku, membawa container hanya untuk melewati
waktu yang sudah ditetapkan untuk keluar dari kota. Begitu juga, kami
kembali malamnya sesuai dengan waktu masuk ke dalam kota …..
Begitu juga kota2 dunia, yang merasa
dirinya adalah kota metropolitan, seharusnya mengikuti ‘rule’ atau
aturan2 dan standard internasional, yang berusaha untuk men-sejahterkan
warga kotanya.
Tetapi bagaimana dengan Jakarta, kota Metropolitan?
Hampir semuanya berbeda! Aturan sendiri?
Silahkan saja! Boleh saja aturan sendiri, ASALKAN untuk kesejahteraan
warganya, karena bisa saja aturan sendiri lebih baik dari ‘aturan
internasional’.
***
Ketika pulang kantor, dan seperti biasa
aku dijemput supirku dari Grogol menuju rumahku di Tebet, kadang aku
melihat2 dulu, mau lewat mana? Kemungkinan pertama adalah lewat toll.
Masuk dari depan Universitas Tarumanagara dan berakhir senelum Cawang.
Kemungkinan kedua, tidak lewat toll, melewati Tanah Abang, Menteng,
Pasar Rumput, Manggarai, Bukit Duri barulah sampai Tebet. Ya, aku tahu
alternatif kedua akan berputar, tetapi itulah yang aku lakukan, karena
sekitar 10 tahun bekerja di salah satu developer terbesar di Jakarta di
Grogol, kedua alternatif inilah yang terbaik, walau tetap saja macet!
Jika kami lewat toll, mungkin hanya dari
Grogol sampai Semanggi yang lancar, sisanya macet. Begitu juga
berangkatnya. Dan sebagian kendaraan di jalan toll adalah kendaraan
besar, bahkan container mengangkut besi2 beton ikut antre disana! Suatu
pemandangan yang riskan, karena container2 pengangkut material sangat
berbahaya bagi pengguna jalan lainnya!
Apakah pernah ada yang memikirkan resiko2 permasalahan2 yang aku sebutkan diatas?
1. Tentang berat dan beban kendaraan serta daya beban jalan :
JIKA peraturan untuk menimbang beban
bawaan kendaraan sesuai dengan aturannya, mungkin tidak jadi masalah.
Tetapi siapa yang bisa menjamin tentang ‘pungli2′ yang melibatkan beban
kendaraan? Misalnya, seharusnya beban kendaraan + beban bawaan 2 ton,
tetapi kendaraan itu berbebah 2,5 ton bahkan lebih.
Bayagkan, berapa besar beban jalan
yang harus ditanggungnya dengan ratusan truk2 dan kontainer berebut di
kota Jakarta? Padahal beban jalan2 di Jakarta BUKAN UNTUK ANGKUTAN
MATERIAL. Hanya sesekali memang dijinkan jika harus menuju ke proyek
falam kota. Perhitungan beban jalan sesuai dengan perhitungan berat dan
berapa lamanya …..
Hasilnya :
Jalan Jakarta semakin rusak! Beban jalan
tidak cukup menampung beban diatasnya. Bukan hanya container ini saja,
tetapi beban2 kendaraan yang lain. Iya kalau 1 container, berapa
container dan berapa ratus kendaraan yang lain? Sehingga tidak aneh jika
jalan2 di Jakarta sebentar2 rusak! Ditambah lagi dengan kontraktor2
jalan yang tidak menjaga kualitas pekerjaannya, semakin menambah beban
jalan Jakarta …..
2. Tentang keamanan kendaraan yang lain, jika container atau kendaraan besar melintas masuk kota di jam2 sibuk :
Kendaraan besar akan membahayakan mobil2
disekitarnya. Bayangkan, ketika sebuah container mengangkut besi beton,
dimana besi beton utuh panjangnya melebihi container. Sehingga harus di
ikat melebihi panjang kendraaan. Besi beton berayun2 mengikuti irama
jalan! Cukup ‘mengerikan!’. Apakah ada yang bisa menjamin bahwa ikatan
besi itu tidak terlepas? Apalagi jika macet, mobil2 di pas belakangnya mengambil resiko besar! Karena jika ikatannya terlepas, meluncurlah besi2 beton itu dan menembus mobil di belakangnya!
Juga truk2 sampah yang kadang kala ikut masuk ke jalan toll. Mengangkut sampah, penuh sampai melebihi dinding truk sampah tersebut, tanpa antisipasi tentang ( kadang2 ) berterbangannya plastik2 ( atau sampah ) dari truk sampah tersebut dan bau yang menyengat, apalagi di mobil2 didekatnya!
Truk sampah yang sering kali
kapasitasnya melebihi tinggi truk, sehingga sampah2 berterbangan dan
baunya menyengat! Apalagi jika macet!
3. Tentang dimensi kendaraan besar, dibanding dengan kendaraan pribadi :
Sebuah truk besar bisa ‘mengambil’ jatah
2 mobil pribadi, dan sebuah container bisa mengambil jatah 3 atau 4
kendaraan pribadi yang kecil. Hitung saja berapa kendaraan pribadi yang
‘diambil’ oleh kendaraan2 besar tersebut!
Apa yang ada di benak kita, melihat kemacetan di toll dengan kendaraan2 besar disana?
Masih banyak permasalahan2 lain penyebab terjadinya kemacetan. Ini hanya salah satunya. Seharusnya, Jakarta memiliki outer-ringroad yang mengelilingi kota, yang BENAR2 DIPAKAI untuk angkutan material.
Jalan2 dalam kota hanya jika memang materialnya harus sampai di lokasi
dalam kota, BUKAN sebagai jalan pintas! Dan waktu angkutnya di
disiplinkan jam2 malam ( sekitar mulai jam 22.00 malam sampai jam 5.00
pagi ).
***
Bicara tentang macet memang tidak ada habis2nya. Segera aku posting cerita tentang kemacetan yang lain, yang berkaitan
dengan desain tata letak atau tata aturan dalam penyelenggaraan
kehidupan perkotaan secara kota Jakarta harus mempunyai ‘pakem’ yang
sesuai dengan ‘peraturan’ internasional, JIKA Jakarta ingin menjadi
bagian dari kota metropulitan dunia …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “[Truk dan Kontainer] ‘Si Komo’ Merusak Jakarta…”
Posting Komentar