Senin, 14 Oktober 2013
‘Factory Outlet’ di Indonesia dan Amerika: Tidak Usahlah Selalu Dibandingkan!
Senin, 14 Oktober 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Kalau tidak salah, wisata belanja
Indonesia selain ( dahulu ) shoping center dan ( sekarang ) mall,
sekitar awal tahun 2000-an mulai dikenal konsep ‘outlet’. Sedikit cerita
tentang outlet :
‘Outlet’ dalam bahasa Inggris, diartikan
sebagai sebuah toko atau tempat penjualan, yang hanya menjual barang2
yang merupakan 1 produk tertentu, misal sebuah produk dengan merek
tertentu, sehingga yang aku temukan di Amerika atau negara2 Eropa, 1
‘toko’ atau 1 outlet ini selalu dalam 1 merek tertentu.
Bukan seperti di Indonesia, bahwa di
sebuah outlet, selalu menjual banyak merek barang2 ‘murah’ ( tetapi
seteah sedikit mengamati, ternyata tdak murah juga koq ), bahkan
sekarang banyak di Bandung dalam 1 toko bukan hanya menjual ratusan
merek yang di jula, melainkan ada cafe dan seperti ‘gallery’ …..
Tetapi yang aku tahu, aku mengenal
konsep ‘outlet’ sejak aku sering berwisata di Amerika mulai pertengahan
tahun 1995 sampai sekarang. Waktu itu pertama kali aku ke outlet Citadel
di Los Angeles, secara adikku tahun 1994 sampai 1998 dia bermukim di
Los Angeles sebelum hijrah ke Dallas. Dan aku ‘keranjingan’ belanja di
outlet Citadel. Karena merk2 besar Amerika seperti Disney, Guess?,
Esprit, Victoria Secret dan sebagainya menjual barang2 ( baru, bukan
yang out of date ) nya dengan diskon besar2an, bahkan sampai 70%. Pernah
ada barang ( biasanya Esprit, Disney dan Victoria Secret ) harganya
hanya antara US$ 1.00 sampai US$ 2.00 saja! Dan barang2nya pun tidak
kelihatan yang ‘reject’ dari pabriknya, walau petugas selalu
memperlihatkan ‘reject’ nya yang mana …..
Itu cerita tentang barang2nya. Bagaimana dengan tata letak bangunan serta arsitekturnya?
Kompleks outlet di Amerika, memang sangat dipikirkan oleh pemerintah
daerahnya. Mereka tahu, yakin dan riset, bahwa namanya juga ‘barang2
murah’, pasti menjadi ‘gula’ ditengah2 semut. Pasti banyak yang akan
datang kesana, bahkan semut2nya terus berdatangan dari penjuru dunia.
Sehingga mereka men-develope, mendesain dan meng-konsepkan pembangunan
kompleks outlet di luar kota, paling tidak beberapa belas kilometer di
luar kota. Dengan area strategis, tanah besar, serta mempunyai akses
yang enak untuk didatangai tanpa harys membebaskan tanah atau membuka
lahan.
San Marcos di San Antonio, Texas.
Hampir 100 hektar sekitar 2 jam dari kota San Antonio. Berada di luar
kota, tidak dekat dengan warga shingga tidak mengganggu warga.
Pun outlet di luar kota mempunyai konsep
tetang ‘harga murah’. Outlet2 tersebut entah menyewa atau membeli,
pasti harganya jauh lebih murah dibanding di daam kota! Salah satu
pemikiran strategis dan smart, dari tim ‘urban planners!’. Tetapi ada di
Irving, Dallas, outlet yang berada di sebuah mall besar, ‘Grapevine
Mills’ yang luar biasa! ( lihat tulisanku Grapevine Mills Mall : konsep Factory Outlet dengan Interior yang kreatif ).
FO Grapevine Mills, dalam 1 bangunan
maal besar dengan fasilitas2 yang baik. Anak2 dengan latar belakang
foodcourt besardan ‘caraussel’ cantik sebagai tempat bermain anak2,
menunggu orang tuanya berbelanja …..
Hampir setiap kota2 besar di Amerika
mempunyai outlet. Jika aku bertandang ke rumah adikku di Dallas, dan
sempat ke kota2 besar ( pernah naik mobil dari Dallas ke Florida,
melewati banyak kota ) dengan kendaraan, kita bisa berwisata ke banyak
outlet. Dan outlet2 disana bukan hanya menjual barang2 murah, tetapi
juga untuk tempat wisata! Ada kompleks resto dan cafe2, tempat bermain
anak2, taman dan tempat kongkow. Semuanya dalam sebuah kompleks dan
dibatasi oleh tembok dan gerbang tanpa mengganggu jalan umum serta
lingkungan masyarakat disana.
FO San Marcos dan FO Canazone,
dengan konsep kompleks outlet yang standard Amerika, dan SOP yang sama
untuk kenyamanan pengunjung. Parkirnya 100%, besarnya sama dengan besar
luasan toko2 outlet. /itupun jika liburan masih tidak bisa menampung
kendaraan …..
Suasana di setiap kompleks outlet di seluruh Amerika, sangat nyaman dan aman …..
Kompleks outlet di Amerika merupakan
deretan toko2 berlantai 1 ( beberapa ada yang bertingkat 2 ), seperyi
deretan ruko di Indonesia. Jadi bukan sebuah pertokoan di dalam sebuah
bangunan.
Tiap kompleks outlet, selalu
dipagari sebagai ‘tanda’ merupakan area publik dengan peraturan2 yang
sangat jelas dibanding dengan warga sekitarnya.
Bahkan dimusim panas, kita bisa
menemukan banyak wisatawan lokal berjemur sambil kongkow di taman2.
Semua tempatnya memang nyaman dan menarik untuk dikunjungi. Outlet
merupakan salah satu tempat wisata belanja, bahkan di Amerika, yang
sudah terkenal sebagai negara dengan barang2 yang mahal ……
Bahkan merk2 butik disana pun mempunyai FO yang benar2 diskon karena barang ‘reject’ tetapi sama sekali tidak terlihat.
Bagaimana dengan outlet di Indonesia? Nah, ini …..
Seperti biasa, Indonesia sangt latah
untuk selalu mengikuti ke-modern-an ‘luar negeri’, tetapi tidak sesuai
dengan apa yang sebenarnya di negara2 tersebut. Seperti yang aku
tulisakan diatas, outlet2 di Indonesia, merupakan sebuah toko besar (
bukan dalam sebuah kompleks ) yang menjual RATUSAN merek ( ada yag
terkenal, tetapi barang2nya benar2 out of date atau barang2 merek lokal )
dan sekarang ini ditambah dengan berbagai macam fasilitas seperti
cafe2, tempat kongkow serta ada seperti untuk ‘pajangan atau pameran’
seperti gallery. Outlet2 seperti ini banyak terdapat di Bogor dan
Bandung ……
Itu benar2 dalam 1 bangunan besar (
mungkin cuma 1 pemilik ) tetapi menjual berbagai merek. Dan seperti
biasa juga, mereka bahkan pemerintah daerah, juga tidak peduli dengan
fasilitas2nya. Seperti tempat parkir.
Hellowwww ……
yang namanya bangunan
umum apalagi yang mengundang ’semut’, konsep tempat parkir itu haruslah
100%, bukah hanya sekedarnya 10 atau 20 mobil di sekitar toko dan si
calon pembeli memarkir mobilnya seenaknya di depan bangunan2 lain. Tidak
ada manajemen khusus untuk parkir, bahkan tukan parkirnya banyak hanya
preman2 lokal …..
Lalu tata letak bangunan itu pun benar2
di dalam kota, bahkan di tempat2 yang benar2 strategis dan mahl di
downtown ( tengah kota! ). Seperti di Bogor ( sekitar Kebun Raya,
sehingga memacetkan kota karena keluar masuk mobil dan parkir seenaknya
), di sepanjang jalan Riau di Bandung dan beberapa cabang2 jalan
tersebut atau pun di Tajur, sama sekali tidak mempunyai area tempat
parkir. Bahkan di belakang SCBD Jakarta pun, beberapa bangunan dijadikan
sebuah outlet! Itu tempatnya sangat mahal! Tidak heran, barang2 di SCBD
Jakarta berharga seperti barang2 dari butik!
Coba lihat perbedaan yang jelas antara outlet Amerika dan Eropa dengan outlet di indonesia :
AMERIKA dan EROPA :
1. Tempat di luar kota, di tanah lapang yang luas, untuk biaya beli ataupun sewa yang jauh lebih murah.
2. Berupa kompleks ratusan deretan
toko dengan masing2 toko hanya 1 merek saja, sehingga ciri khasnya
sangat terasa. Aku bisa sangat tahu bahwa toko2 Esprit, Disney atau
Victoria Secret selalu memberi harga bisa sangat sangat merah hanya
beberapa dollar saja!
3. Fasilitas parkirnya, luasnya bisa sampai sama dengan luas toko2 tersebut ( artinya, fasilitas parkir adalah 100% ).
4. Mempunyai fasilitas2 umum
seperti perumahan atau kompleks pertokoan : taman luas, pedestrain luas,
fasilitas primer yang banyak seperti foodcourt besar dan banyak toilet
yang menyebar serta fasilitas2 disabled, serta tempat kongkow2 dalam
banyak resto dan cafe2 kecil.
5. Barang2nya bukan yang ‘out of
date’ ( untuk yang bermerek ). Jika barang2 ‘reject’ pun petugas (
sepertinya mereka mempunyai SOP = Standard Operation Procedure )
memunyai keinginan untuk yang terbaik bagi pembeli, dengan selalu
memberi-tahukan apa yang ‘reject’, sehingga jika pembeli tidak berkenan,
silahkan tidak membelinya walau harga murah.
6. Jika diskon pun benar2 diskon, bukan harga barang2 tersebut dinaikan dulu baru di diskon!
7. Dan sebagainya.
INDONESIA :
1. Tempatnya di dalam kota, bahkan
di pusat kota, sehingga tidak heran harga barang2nya mahal, bahkan
seperti membeli barang di butik. Dan karena barangnya tidak ada
pembandingnya ( merk lokal atau import dari China yang murah ) di toko2
di mall, maka kita bisa ‘tersandung’ dalam membeli.
2. Berupa 1 bangunan saja. Ada
lagi 2 bangunan lagi, lagi dan lagi ( bangunan tunggal ), tetapi tidak
dalam sebuah kompleks. Barang2 dalam 1 bangunan outlet itu dari berbagai
mereka bahkan ratusan merek ( terkenal (?) atau lokal atau import
tetapi tidak ada pembandingnya ) dan harganya tidak murah.
3. Fasilitas parkirnya, sekedarnya saja dan tanpa manajemen parkir ……
4. Tidak ada fasilitas umum, dalam
1 bangunan outlet tersebut hanya sekedar tempat kongkow, atau di
sekitar perkiran biasanya ada PKL …..
5. Barang2nya sering ‘out of
date’, benar2 reject ( aku pernah mengalaminya ) serta petugas tidak
dibekali SOP dan pengetahuan tentan g barang2 yang dijual, hanya sekedar
SPG saja.
6. Diskon??? Aku tidak pernah percaya. Jika memang aku ingin membelinya, beli saja tanpa harus memikirkan diskon.
7. Dan sebagainya.
Sebuah utlet di Bandung, dengan
beratus merek dalam 1 toko outlet, yang memang konsepnya berbeda dengan
outlet2 di negara Amerika. Tapi mengapa selalu dibandingkan ya?
Jadi, mengapa selalu dibandingkan? Jelas2 konsepnya berbeda, koq!
Dan, mau cari barang2 ‘murah’ di outlet
di Bogor atau Bandung? Atau di SCBD Jakarta? Terserah saja deh, aku
hanya selalu ingin tahu saja ……
#duh …, kepo banget ya?
Tags: Jalan-Jalan , urban
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Factory Outlet’ di Indonesia dan Amerika: Tidak Usahlah Selalu Dibandingkan!”
Posting Komentar