Kamis, 24 Oktober 2013
‘Myoma’ Itu Merebut Makanan Untuk Janinku …..
Kamis, 24 Oktober 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sebelumnya : Aku Keguguran …..
Aku terus melakukan terapi. Setiap hari
sebelum ke kantor, aku sendiri ke rumah sakit, setir mobil sendiri,
walau kadang2 bekas suamiku mengantarku. Terapi itu dengan dipanaskan
dengan Diathermi. Aku harus berbaring di rnjang rumah sakit. Di
punggungku dipasang alat itu dan di perutkku juga dipasang alat
itu.Dimensi alat itu sekitar 20 cm x 20 cm, jadi benar2 seperti
setangkup roti. Jadi aku seakan2 seperti daging, dan alat itu seperti 2
lembar roti.
Alat itu dihubungkan dengan sebuah
energi ( entah apa namanya ). Semakin lama semakin panas. Dikontrol oleh
seorang terapist. Jika panasnya dianggap mencukupi sesuai dengan
petunjuk dokter ku, alat itu dibiarkan dan tubuhku serasa terpanggang!
Panas sekali! Bahkan aku sering berteriak untuk alat itu dilepas atau di
dinginkan segera!
Proses Diathermi ini memakan waktu
antara 15 menit sampai 20 menit. Dan jika sudah selesai, tubuhku yan di
tekan alat panas itu, seperti melepuh, kulitku panas dan memerah. Dan
jika sudah dingin, kulitku menjadi gatal2 …..
Begitu seterusnya sampai myoma ku bisa
dinyatakan ‘kering’ sehingga tidak membesar lagi, walau tetap harus di
pantau. Jadi terapiku berjalan sekitar 6 bulan, setelah aku dinyatakan
hamil lagi.
Dr Eriyono almarhum, pernah berkata
bahwa myoma ku ini akan terus berada di bagian luar rahimku karena tidak
bisa membedahnya. Jika di bedah, rahimku akan rusak karena kulit
rahimku lengket dengan kulit myoma ku. Padahal, aku waktu itu baru
berumur 27 tahun, sehingga kata Dr Eriyono, akan merupakan kode etik
kedokteran untuk ‘merusak’ tahim seorang perempuan muda di bawah usia 30
tahun untuk melahirkan anak.
Oleh karena itu, aku diminta bersabar.
Jika memang bisa hamil lagi, aku tetap ‘memelihara’ myoma itu, dengan
resiko2nya. Ya, aku menempatkan diriku sebagai seorang perempuan yang
harus bergumul dengan maut, untuk bisa melahirkan seorang anak …..
Bulan ke-6 setelah aku keguguran, Tuhan
mempercayakan aku hamil lagi. Luar biasa bahagianya aku! Aku mau
melakukan apapun untuk melahirkan anak ini, Tuhan! Jadi, aku benar2
menjaganya.Apapun akan aku lakukan untuk menjaga kandunganku dari
’serangan’ myomaku.
Aku memeriksakan kandunganku, bukan
setiap bulan seperti ibu2 hamil yang lain, tetapi aku harus memeriksa
kandunganku setiap 1 minggu sekali. Dengan obat2an serta vitamin2
menguat kandungan, serta terus berdoa kepada Tuhan, aku percaya bahwa
anak ini akan lahir dengan selamat!
Setelah 3 bulan, kandunganku bertambah
besar. Tetapi ( kalau tidak salah ) janinku ternyata lebih kecil
dibanding myomaku! Ya, myomaku sudah menyerang janinku dengan cara
merebut makanan untuk janinku!
Kata Dr Eriyono almarhum, konsepnya
adalah jika aku hamil, makanan dari aku akan menuju rahim untuk memberi
makan janinku lewat tali pusar. Dan karena myomaku menempel di rahim,
‘dia’ akan ikut makan, dan merebut makanan untuk janinku. Jika janinku
kuat, atau sudah lebih besar atau lebih ‘tua’, kemungkinan janinku
berusaha untukmempertahankan diri nya dan tetap bisa mengambil
makanannya dari tubuhku. Tetapi pada kenyataannya, myoma ku lebih kuat
sehingga janinku kalah …..
Dan janinku bergulat dengan maut,
serangan myomaku membuat janinku terus bergerak. Sehingga menjadikan
rahimku selalu dan terus mengeras sampai aku kesakitan! Seakan2 aku (
mungkin, karena aku belum pernah merasakan melahirkan secar normal ) mau
mendorong janinku untuk keluar! Tetapi karena myomaku menutup jalan
keluar bayi, alhasil janin tidak mampu keluar sendiri!
Sampai aku terus kesakitan dan dirawat
di rumah sakit dengan infus terus bergelantungan, untuk ‘mendiamkan’
serangan myomaku. Ya, aku harus dirawat di rumah sakit. Bed-rest sampai
saat yang tidak ditentukan!
***
Aku harus bisa tenang. Diam, taidak
bergerak. Karena jika aku bergerak sedikit saja, kandunganku akan
mengeras, dan itu akan terasa sakit sekali! Infus ke tubuhku terus
mengalir. Tiap 5 hari selang infusku berpindah karena tanganku akan
bengkak. Padahal pembuluh darahku sangat halus, sehingga tidak gampang
untuk suster memindah infus, dan aku semakin stres …..
Tidak ada yang menemaniku. Bekas suamiku
seakan tidak peduli dengan penderitaanku. Sebenarnya aku ingin ada yang
menungguiku, aku ingin orang tuaku menunguiku. Tetapi tidak mungkin,
kan? Aku adalah tanggung jawab dari bekas suamiku, apalagi papaku masih
bekerja penuh dan harus bertanggung jawab dengan pekerjaannya.
Paling tidak, aku meminta mamaku untuk
membelikn buku2 baru untuk membunuh waktu. Jika serangan myomaku
melunak, aku mampu duduk sebentar, sehingga aku bisa melakukan hobiku,
yaitu men-sketsa, papun yang aku mau. Jika serangan mengganas, aku
sering berteriak2 dan tanganku mencengkeram railing ranjang rumah sakit
sampai pembukuh darah tanganku dan wajahku menegang ….. sangat sakit! Ya
Tuhanku ……
Pernah aku berteriak tengah malam,
sampai suster2 mengelilingiku. Mereka menelpon Dr Eriyono untuk segera
datang, juga orang tuaku. Aku ingat, orang tuaku, mengusap2 tubuhku yang
bergetar arena kesakitan. Dan papaku memelukku seakan merasakan
kesakitan yang teramat dasyat! Dan aku lupa, mengapa bekas suamiku tidak
memelukku? Mengapa hanya orang tuaku? Aaahhhh …..
Aku merasa sebuah palu godam yang terus
menghantam perut besarku! Sakit sekali! Perutku terus mengeras! Seakan2
hendak meletus! Sakiiiiittttttt sekaliiiiiii …….. Tuhankuuuuuuuuu …….
Hari demi hari terus menerus demikian.
Ketakutan2 terus membayang2iku, bagaimana dengan anakku? Aku yakin dan
dokterku pun yakin bahwa anakku sudah stres sejak dalam kandungan, yang
kemungkinannya akan berdampak dengan perilakunya di masa depannya ….. Ya
Tuhanku ….. apa lagi yang akan terjadi ???
Tuhanku, kepada siapakah aku bisa
mengadu lagi selain kepada MU? Pelukan suamiku, seharusnya membuat aku
tenang, tetapi aku tidak pernah mendapatkannya. Justru pelukan papa dan
mama yang terus menemaniku. Beberapa hari mereka bisa ikut merasakan
kesakitanku … papa dan mamaku bergantian membelaiku dan memelukku.
Setiap saat selama 6 bulan, aku terus diserang myoma, yang menjadikanku
kurus, dan membuat janinku terus bergulat dalam kesakitan …..
Aku pasrah. Tidak ada lagi yang dapat
aku lakukan. Diam tak bergeerak adalah hidupku, sampai punggungku lecet2
karena aku hanya berbaring terlentang ….. karena jika aku bergerak
sedikit saja, perutku mengeras sampai aku terus berteriak2 kesakitan …..
Aku hanya diam ….. doaku terus bergulir,
dan Tuhan pasti tetap ada di sisiku, memelukku, sampai tiba saatnya
kelak, janinku menjadi kuat untuk melawan …..
Catatan :
Dari buku-ku ke-3 : “Ketika Tuhan Masih Memberi Aku Hidup”
T
Tags: Kesehatan , MedisTentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Myoma’ Itu Merebut Makanan Untuk Janinku …..”
Posting Komentar