Sabtu, 07 September 2013

Memanfaatan Peluang Perempuan Indonesia di APEC Women 2013 di Bali



By Christie Damayanti
13785414601876728453
Kegiatan APEC Women 2013 Bali ini, untukku sebenarnya lebih ke arah hubungan dan sosialisasi antar manusia dan antar negara. Materinya sebenarnya bukan materi yang kita sama sekali tidak tahu. Bahkan untuk aku sebagai warga Indonesia, dan aku sudah banyak berkecimpung dengan perempuan dan ICT lewat IDKITA, aku sudah melihat di beberapa daerah di Pulau Jawa tentang kenyataan yang sangat berbeda dengan permasalahan secara global tentang ICT.

Seperti di artikel2ku dan sahabat2ku di IDKITA, sering kami melihat bahwa perempuan Indonesia masih banyak yang tahun bahwa internet adalah Facebook. Bahkan yang lebih buruk lagi, ketika anak2 mereka sudah melanglang buana lewat internet pada gadget mereka, orang tuanya justru tidak bisa membaca alias bugs huruf! Sehingga, permasalahan2 ini, antar negara sangat spesifik, dan tidak atau jarang dijumpai di negara lain. Justru, kami di forum APEC Women 2013 di Bali ini, lebih kepada sharing dan kesaksian tentang kehidupan ICT bagi perempuan, dan IDKITA khususnya lebih kepada perempuan dan anak2 Indonesia.

Lebih spesifik lagi. Jika hampir semua delegasi negara2 yang datang ke APEC Women 2013 di Bali ini merupakan negara2 maju yang memang menjadikan ICT sebagai media dan motor para perempuan itu untuk bisnis mereka dan untuk mendapatkan uang, karya serta eksistensi diri, sangat berbeda dengan sebagian besar perempuan2 Indonesia di desa2. Terlebih ketika perempuan2 Indonesia yang berada di desa2 itu mempunyai keluarga dengan anak2 yang hidup di generasi Y ( lahir diatas tahun 1990-an ), anak2 itu lahir dengan dunia gadget di sekelilingnya, dimana orang tua mereka baru mulai belajar gadget atau bahkan tidak mau belajar lagi karena merasa sudah terlambat!

Kenyataan2 tersebut membuat khususnya aku, merasa miris. Ketika aku sharing dengan perempuan Jepang, atau perempuan Qatar bahkan perempuan China Taiwan yang hidup terpencil di desat Taiwan Timur, aku sama sekali tidak percaya bahwa perempuan2 Indonesia sangat ‘jauh’ dibanding mereka! Perempuan2 China Taiwan yang pun hidup terpencil di desa2 Taiwan Timur, mereka sudah ‘melek’ teknologi sehingga mereka bisa memasarkan barang2 kerajinannya lewat  internet. Padahal, jangankan memasarkan produksi tenun yang luar biasa cantik perempuan2 Toraja atau patung2 cantik Irian lewat intenet, mereka bahkan belum mengenal komputer!

APEC Women 2013 ini memang lengkap membahas yang berhubungan dengan perempuan dan ICT ( Information Communication and Technology ). Tetapi dengan kondisi untuk negara2 maju dan sedikit sekali membahas permasalahan tentang perempuan2 dari negara berkembang seperti Indonesia. Tentang perempuan2 desa ada dibahas oleh delegasi China. Mereka juga banyak desa2 ‘terpencil’ ( entah seperti apa namanya ‘terpencil’ itu, karena kemungkinan besar, terpencilnya tidak sama dengan terpencil di Indonesia ).

Tetapi ternyata kepemerintahan mereka cukup peduli dengan kebutuhan2 warganya. Salah satunya adalah di bidang ICT. Aku tidak tahu, bagaimana keadaan disana yang sebenarnya. Apakah mereka memang sudah menggunakan ICT untuk kebutuhan mereka, dan sangat peduli dengan proteksi untuk anak2 mereka. Tetapi yang jelas, tidak ada yang membahas tentang perempuan desa yang tidak tahu tentang ICT tetapi anak2 mereka mahir menggunakan gadget, sehingga anak2 mereka tidak terproteksi dari ancaman ’setan internet!’

IDKITA sudah mempersiapkan konsep2nya yang berhubungan dengan interbet sehat dan aman untuk anak2 dan perempuan. Konsep2 ini kami bagikan kepada beberapa delegasi negara2 sahabat. Ada yang tidak peduli tentang itu dan lebih memilih perempuan benar2 sebagai ’simbol’ gender yang sangat sukses untuk sebuah teknologi ( internet ) serta tidak peduli dengan permasalahan negara2 berkembang seperti Indonesia ( urusan lu urusan lu! ). Tetapi sebagian besar justru tertarik debgan konsep kami sehingga kami sering terlibat diskusi yang cukup serius dan mulai memikirkan tentang program2 setelah ini di masa yang akan datang.

Tidak gampang meyakinkan delegasi2 yang datang, dengan keterbatasan kita. Untukku, misalnya. Dengan keterbatasanku untuk berbicara, apalagi bahasa Inggris ( setelah stroke, jangankan berbicara lancar dalam bahasa Inggris, membaca dengan lafal Inggris sampai cengkok2 nya pun tidak bisa karena lidahku kelu dan kaku, mungkin lumpuhku sampai lidahku ), aku hanya tersenyum jika mereka mendebat dari yang aku katakan tetapi aku menunjukkan data2 atau dokumen yang menguatkan tentang perkataanku. 

Kadang2 aku pun geregetan ketika aku ingin menerangkan panjang lebar tentang permasalahan2 yang ada di Indonesia, khususnya bagi perempuan2 di desa, tetapi tidak bisa karena kemungkinan2 itu sangat kecil. Sehingga, kami sebagai tim IDKITA ‘bergerilya’ untuk masuk ke dalam bagian dari permasalahan2 yang tidak tersampaikan.

Yang terakhir dan yang terpenting adalah ketika aku adalah satu2nya delegasi di acara APEC Women 2013 dalam keterbatasan dan memakai kursi roda, mereka sangat menghormatiku, menolongku, mendukungku dalam pelayanannya serta sangat respek dengan fasilitas2 untukku! Ketika dalam registrasi online, aku sudah menyebutkan tentang keterbatasanku, sehingga semuanya sudah menyediakan fasilitas2 untukku. Pun karena Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ( KPP-PA ) sudah mengetahui keberadaanku, panitia sudah mengerti tentang aku.

Dan Puji Tuhan! Keterbatasanku, bukan halangan, pun sebagai delegasi Indonesia di forum internasional. Tuhan sudah menunjukan kuasa NYA dan berkat Tuhan turun serta membuat aku tetap terus bisa berkarya dalam pelayanan, terutama di komunitas IDKITA.

***

Hari pertama, kami sangat puas dengan hasil gerilya IDKITA. Sudah ada 3 orang menteri Indonesia yang ingin kami audiensi tentang program2 kami. Ada juga direktur utama sebuah bank nasional salah satu yang terbesar, yang sudah mendukung kami dan segera di tindak-lanjuti. Lalu seorang perempuan hebat dan terkenal pun sepakat dengan program2 IDKITA, bahkan beliau sudah meminta kami datang ke kantornya, tanggal 10 Septembar 2013 hari Selasa, untuk bicara tentang program2 kami.

Ini baru hari kedua dan antar delegasi sudah saling mengenal. Aku mulai mencari teman ngobrol. Dan menemukan Linda Denny, sebagai President Non-profit Organization di Arlington Virginia, Amerika Serikat. Kami banyak sharing tentang pelayanan kami dibidang disabled, terutama perempuan dan anak2, dan ternyata konsep kami sama! Juga aku mendapat teman baru di bidang Gender Specialist dari Moscow, Irina. Sangat menarik bicara dengan mereka, menarik sekali!

Masih ada hari ketiga besok. Kami mulai capai walau masih excited. Dan IDKITA tetap berusaha untuk terus menjadi berkat bagi anak2 dan perempuan Indonesia …..

Tags: ,

0 Responses to “Memanfaatan Peluang Perempuan Indonesia di APEC Women 2013 di Bali”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks