Jumat, 06 September 2013

‘Bandara Ngurah Rai’ : Salah Satu Pintu Gerbang Indonesia dengan Keramahan Budaya Bali (?)



By Christie Damayanti

137888549319577316

Gerbang utama Bandara Ngurah Rai yang baru, belum selesai. Tetapi sudah terbayang, betapa megahnya bandara ini! Dengan konsep bangunan besar dan luar serta modern, tetapi dipenuhi dengan detail2 tradisional Bali, membuat bandara ini pantas sebagai ‘pintu gerbang’ ( kota ) Bali dan salah satu ‘pintu gerbang’ negara Indonesia …..

Senin setelah APEC Women 2013, aku pulang ke Jakarta. 4 hari aku berada di Bali, perencanaan untuk masa datang bagi komunitas kami, IDKITA Kompasiana untuk pemberdayaan perempuan demi anak2 Indonesia di bidang ICT ( Information and Communication Technology ).

Pesawat kami jam 11.10 dan jam 10.30 kami sudah berada disana. Bandara Ngurah Rai, memang sedang berbenah. Sementara ini, pesawat domestik menggunakan bandara yang baru ( lokal ), yang nantinya menjadi bandara internasional. Sedangkan bandara yang lama, tetap berfungsi seperti biasa.

Bandara yang baru ( yang nantinya untuk pesawat internasional ) memang besar dan cantik. Secara eksterior memang benar2 mencerminkan konsep bandara Bali. Konsep ini sesuai dengan konsep sebuah pintu gerbang sebuah negara. Facade nya berbentuk modern sesuai sebuah bandara yang besar berkonstruksi baja. Tetapi di beberapa bagian facade mencerminkan sebuah bangunan lokal dalam tradisi negara tropis dan budaya Bali.

Seperti bagian yang tertutup dengan batu bata merah modern serta konsep besar Barong Bali serta gunungannya di bagian depannya. Ada juga konsep2 pemujaan bagi Tuhan secara Agama Hindu, di setiap titik tertentu. Belum lagi tentang penutup atapnya dengan genteng keramik merah dan di tiap titik segi-empatnya selalu tedapat dekorasi lokal khas Bali. Begitu juga di titik2 tertentu, mereka mendesain dan menempatkan konsep tradisional Bali yang memang bisa menjadikan Bali merupakan surga bagi warganya ( karena sangat peduli dan menghormati tradisinya ) serta juga bagi wisatawan ( apalagi wisatawan asing ).

1378885543120358332
13788855961198775964
Pintu gerbang bandara Ngurah Rai : benar2 dengan detail tradisional Bali. Cantik!

Seperti yang aku tuliskan di Konsep ‘Green Building’ yang Berkarakter untuk Pintu Gerbang Indoesia, sebuah bandara adalah pintu gerbang sebuah negara. Jika kita mendarat ke sebuah negara, bandara menjadi awal mula kita ‘bertemu’ dengan negara tersebut. Sehingga, konsep bandara adalah ‘bagaimana kita menciptakan ruang publik yang besar tempat berkumpulnya berbagai bangsa, tetapi bisa mencerminkan keadaan negara tersebut, sesuai dengan ciri-khas nya’. 

Tidak usah semuanya diciptakan sesuai kondisi aslinya, tetapi cukup dengan konsep2 detail dan mungil, tetapi hanya ada di bandara tersebut.

13788856521115477824
1378885705669795856

Detail cantik tradisional Bali,keramahan yang dicari oleh wisatawan manca negara …..

13788857531072293730

Salah satu ciri khas bangunan tropis adalah atap pelana untuk air hujan dapat meluncur jatuh ke atas tanah. Lalu juga batu bata merah. Ini salah satu ciri khas warna warni negara tropis. Dan ciri khas yang lain adalah detail tradisi Bali.

Seperti misalnya Bandara Soekarno-Hatta Terminal 1. Menurutku, di Terminal 1 adalah bandara yang cantik dengan detail2 Indonesia nya. Lampu2 gantung Jawa nya serta beberapa ukiran tradisionalnya di titik2 tertentu serta di setiap tiang bulat di facadenya. Begitu juga dengan Bandara Ngurah Rai Bali. Menurutku sangat cantik, berpadu dengan konsep2 bangunan modern dunia. Kaca2 besar serta kombinasi atap dan teritisan negara tropis dan atap beton modern. Begitu juga Bandara Soekarno-Hatta Terminal 1. Bagaimana dengan Terminal 2? Hanya ada atap ‘gergaji’ ( atap pelana yang digabung2 sampai banyak seperti gergaji ) serta batu bata warna merah.

Tetapi sangat disayangkan. Aku mengerti bahwa semuanya pastilah tidak ada yang sempurna. Bandara Soekarno-Hatta adalah bandara besar, pintu gerbang Indonesia di Jakarta. Tetapi fasilitasnya tidak memenuhi standard internasional sekarang. Dulu, sekitar pertengahan tahun 1980-an, bandara ini memang benar2 cantik, apik dan sangat modern. Masih di Terminal 1. Tetapi seiring dengan jaman, Terminal 1 digantikan dengan Terminal 2 sebagai bandara internasional, dimana sekarang ini fasilitasnya sama sekali tidak memenuhi standard internasinal. 

Travelator datar nya sering tidak berfungsi. Fasilitas toiletnya pun sama sekali tidak standard, jorok dan kotor. Belum lagi tempat untuk check-in yang langsung masuk tanpa pengantar untuk bisa membantu, membuat banya orang bertanya2 bagaimana jika butuh bantuan, secara justru kita merasa tidak nyaman dengan bantuan porter2 bandara? Di bandara2 negara lain, di fasilitas chek-in masih bisa si pengantar untuk ikut masuk dan membantu kita, sehingga ‘leader’ kita tidak ‘kemrungsung’ untuk mengurus semua dokumen.

Begitu juga dengan Bandara Ngurai Rai yang baru. Konsep desainnya cukup menarik secara eksterior. Tetapi walau memang belum selesai 100%, aku sudah bisa membayangkan, ketika aku masuk ke dalamnya untuk kembali ke Jakarta, 4 hari kedepan.

***
Jam 16.00 WITA, waktu Bali. Kami baru tiba di Bandara Ngurah Rai. Pesawat terlambat 2 jam! Sempat ‘berantem’ dengan pramugari dan membuat kami sedukit sebal. Ok, tidak apa2. Semangat diri memompakan kesabaran, bahwa di depan mataku ada event besar internasional untuk pelayanan kami bagi anak2, remaja dan perempuan, APEC Women Bali 2013!

Bandara Ngurah Rai adalah bandara internasional. Aku memang sudah lama tidak ke Bali. Terakhir adalah ketika adikku terkecil menikah di Bali tahun 2005, sekitar 9 tahun aku tidak kesana. Wah … 
Kupikir, Bali memang tidak banyak berubah karena seharusnya justru Bali harus selalu menjaga tradisi serta budaya lokalnya, untuk wisata yang sudah terkenal dunia. Tetapi fasilitas2anya lah yang harus berbenah sesuai dengan perkembangan jaman. Kemodernan dunia tidak harus diikuti dengan ‘kemodernan’ fisik yang tidak sesuai dengan budaya lokal, kan?

Tetapi apa kenyataannya?

Petugas bandara memang menjemputku dari pesawat sambil mendorong kursi rodaku. Valen membawa tas cabin kami. Tetapi ketika kami sudah sampai di ruang tunggu untuk claim barang, seharusnya petugas itu menemaniku karena itulah perjanjiannya, dia menemaniku karena aku harus menjaga tas2 cabin kami, lalu Valen mengurus bagasi2 kami dengan banyak buku2 proposal acara APEC ini. Ternyata, begitu Valen menghilang di tengah kerumunan orang untuk mengambil bagasi, petugas itupun menghilang, tanpa bertanggung jawab …..

Bandara Ngurah Rai, masih sama dari terakhir kali aku kesana, bahkan kemarin terlihat bertambah buruk! Bukan saja tidak disiplinnya petugas2 bandara untuk ‘menjemput’ tamu, bahkan troli2 yang seharusnya ada disana untuk membawa koper2 kami, ‘dikuasai’ oleh petugas troli! 

Ketika Valen setelah mencarikan aku tempat yang nyaman sambil duduk di kursi roda, dia langsung mencari troli. Tetapi tidak ada troli! Kupikir karena memang waktu itu bandara ramai dengan tamu2 sehingga troli habis. Tetapi ternyata, ketika Valen meminta troli kosong di tangan seorang petugas troli, petugas itu mengatakan bahwa, jika mau troli itu, dia yang harus ‘melayani’ kami. Ya sudah, tidak apa2 karena Valen memang hanya sendiri dengan banyak barang.

Aku tidak tahu, apakah banyak orang tidak sadar bahwa sebuah bandara internasional merupakan ‘gerbang negara’ dan itu sangat memalukan untuk sebuah bangsa jika untuk troli pun ‘dikuasai’ oleh oknum!

Lain lagi. Ketika sambil menunggu taxi hotel yang menjemput kami, aku sempat membeli ‘milk tea’ kesukaanku, dipelataran F&B sepanjang keluar bandara. Tetapi ketika aku minta tolong Valen untuk membuang gelas bekasku, ternyata tidak ada 1 tempat sampahpun! Astagaaaa! Di bandara internasional Bali, sama sekali tidak ada tempat sampah!

1378885798865958968
1378885841663524212

Selasar baru Bandara Ngurah Rai luas ini, sama sekali tidak dilengkapi oleh tempat sampah! Lalu, dimanakah pengunjung membuang sampahnya?

13788858751454068631

Hanya ini tempat sampah mobile nya! Itupun sebenarnya untuk mengambil sampah2 di tempat sampah yang sebenarnya, terus berjalan untuk mengangkut sampah …..

Suasana bandara internasional Ngurah Rai benar2 memprihatinkan. Aku mengerti ketika di hadapan mata kita ada sebuah bandara internasional Ngurah Rai yang baru, tetapi artinya bukan membuat bangunan yang lama menjadi kisruh, seperti ‘anak ayam kehilangan induk’nya! Jika kita mempunyai ‘anak’ selain yang sudah ada, bukan berarti anak yang sudah ada tidak diurus, bukan?

13788859151097563970

Bagaimana dengan layanan disabled? Aku hanya melihat papan nama ini saja, tidak ada kursi roda, tidak ada petugasnya, dan tidak ada apa2!. Beruntung aku membawa kursi roda sendiri dari rumah.

Ini memang hanya sekelumit cerita pandangan mata tentang Bandara Ngurah Rai, baik yang domestik maupun secara internasional. Hanya sedikit. Belum lagi tentang kebutuhan fasilitas2nya, seperti toilet atau disabled.  Tetapi apapun itu, sebuah Bandara adalah pintu gerbang masuknya ‘orang lain’ ke kota dan negara kita. 

Seharusnyalah bandara itu mempunyai ciri khas dari kota atau negara tersebut. Bukan hanya secara fisiknya saja, tetapi mental petugas2 bandara juga harus diasah untuk melayani pengunjung, karena Indonesia masih ( atau tidak? ) terkenal dengan keramah-tamahan penduduknya.

Karena wisatawan asing ( apalagi yang belum pernah kesana ), akan berdecak kagum jika melihat ‘pintu gerbang’ kota atau negara menyambutnya dengan keramah-tamahan sebuah kota atau negara yang berbudaya, seperti Indonesia ……

Salamku dari Bali …..

Tags: , ,

0 Responses to “‘Bandara Ngurah Rai’ : Salah Satu Pintu Gerbang Indonesia dengan Keramahan Budaya Bali (?)”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks