Home
» urban
» ‘Bandara Ngurah Rai’ : Salah Satu Pintu Gerbang Indonesia dengan Keramahan Budaya Bali (?)
Jumat, 06 September 2013
‘Bandara Ngurah Rai’ : Salah Satu Pintu Gerbang Indonesia dengan Keramahan Budaya Bali (?)
Jumat, 06 September 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Bandara yang baru ( yang nantinya untuk pesawat internasional ) memang besar dan cantik. Secara eksterior memang benar2 mencerminkan konsep bandara Bali. Konsep ini sesuai dengan konsep sebuah pintu gerbang sebuah negara. Facade nya berbentuk modern sesuai sebuah bandara yang besar berkonstruksi baja. Tetapi di beberapa bagian facade mencerminkan sebuah bangunan lokal dalam tradisi negara tropis dan budaya Bali.
Begitu juga dengan Bandara Ngurai Rai yang baru. Konsep desainnya cukup
menarik secara eksterior. Tetapi walau memang belum selesai 100%, aku
sudah bisa membayangkan, ketika aku masuk ke dalamnya untuk kembali ke
Jakarta, 4 hari kedepan.
Lain lagi. Ketika sambil menunggu taxi hotel yang menjemput kami, aku sempat membeli ‘milk tea’ kesukaanku, dipelataran F&B sepanjang keluar bandara. Tetapi ketika aku minta tolong Valen untuk membuang gelas bekasku, ternyata tidak ada 1 tempat sampahpun! Astagaaaa! Di bandara internasional Bali, sama sekali tidak ada tempat sampah!
Tags:
regional ,
sosbud ,
urban
Gerbang utama Bandara Ngurah Rai
yang baru, belum selesai. Tetapi sudah terbayang, betapa megahnya
bandara ini! Dengan konsep bangunan besar dan luar serta modern, tetapi
dipenuhi dengan detail2 tradisional Bali, membuat bandara ini pantas
sebagai ‘pintu gerbang’ ( kota ) Bali dan salah satu ‘pintu gerbang’
negara Indonesia …..
Senin setelah APEC Women 2013, aku
pulang ke Jakarta. 4 hari aku berada di Bali, perencanaan untuk masa
datang bagi komunitas kami, IDKITA Kompasiana untuk pemberdayaan
perempuan demi anak2 Indonesia di bidang ICT ( Information and
Communication Technology ).
Pesawat kami jam 11.10 dan jam 10.30
kami sudah berada disana. Bandara Ngurah Rai, memang sedang berbenah.
Sementara ini, pesawat domestik menggunakan bandara yang baru ( lokal ),
yang nantinya menjadi bandara internasional. Sedangkan bandara yang
lama, tetap berfungsi seperti biasa.
Bandara yang baru ( yang nantinya untuk pesawat internasional ) memang besar dan cantik. Secara eksterior memang benar2 mencerminkan konsep bandara Bali. Konsep ini sesuai dengan konsep sebuah pintu gerbang sebuah negara. Facade nya berbentuk modern sesuai sebuah bandara yang besar berkonstruksi baja. Tetapi di beberapa bagian facade mencerminkan sebuah bangunan lokal dalam tradisi negara tropis dan budaya Bali.
Seperti bagian yang tertutup dengan batu
bata merah modern serta konsep besar Barong Bali serta gunungannya di
bagian depannya. Ada juga konsep2 pemujaan bagi Tuhan secara Agama
Hindu, di setiap titik tertentu. Belum lagi tentang penutup atapnya
dengan genteng keramik merah dan di tiap titik segi-empatnya selalu
tedapat dekorasi lokal khas Bali. Begitu juga di titik2 tertentu, mereka
mendesain dan menempatkan konsep tradisional Bali yang memang bisa
menjadikan Bali merupakan surga bagi warganya ( karena sangat peduli dan
menghormati tradisinya ) serta juga bagi wisatawan ( apalagi wisatawan
asing ).
Pintu gerbang bandara Ngurah Rai : benar2 dengan detail tradisional Bali. Cantik!
Seperti yang aku tuliskan di Konsep ‘Green Building’ yang Berkarakter untuk Pintu Gerbang Indoesia,
sebuah bandara adalah pintu gerbang sebuah negara. Jika kita mendarat
ke sebuah negara, bandara menjadi awal mula kita ‘bertemu’ dengan negara
tersebut. Sehingga, konsep bandara adalah ‘bagaimana kita menciptakan
ruang publik yang besar tempat berkumpulnya berbagai bangsa, tetapi bisa
mencerminkan keadaan negara tersebut, sesuai dengan ciri-khas nya’.
Tidak usah semuanya diciptakan sesuai kondisi aslinya, tetapi cukup
dengan konsep2 detail dan mungil, tetapi hanya ada di bandara tersebut.
Detail cantik tradisional Bali,keramahan yang dicari oleh wisatawan manca negara …..
Salah satu ciri khas bangunan tropis
adalah atap pelana untuk air hujan dapat meluncur jatuh ke atas tanah.
Lalu juga batu bata merah. Ini salah satu ciri khas warna warni negara
tropis. Dan ciri khas yang lain adalah detail tradisi Bali.
Seperti misalnya Bandara Soekarno-Hatta
Terminal 1. Menurutku, di Terminal 1 adalah bandara yang cantik dengan
detail2 Indonesia nya. Lampu2 gantung Jawa nya serta beberapa ukiran
tradisionalnya di titik2 tertentu serta di setiap tiang bulat di
facadenya. Begitu juga dengan Bandara Ngurah Rai Bali. Menurutku sangat
cantik, berpadu dengan konsep2 bangunan modern dunia. Kaca2 besar serta
kombinasi atap dan teritisan negara tropis dan atap beton modern. Begitu
juga Bandara Soekarno-Hatta Terminal 1. Bagaimana dengan Terminal 2?
Hanya ada atap ‘gergaji’ ( atap pelana yang digabung2 sampai banyak
seperti gergaji ) serta batu bata warna merah.
Tetapi sangat disayangkan. Aku mengerti
bahwa semuanya pastilah tidak ada yang sempurna. Bandara Soekarno-Hatta
adalah bandara besar, pintu gerbang Indonesia di Jakarta. Tetapi
fasilitasnya tidak memenuhi standard internasional sekarang. Dulu,
sekitar pertengahan tahun 1980-an, bandara ini memang benar2 cantik,
apik dan sangat modern. Masih di Terminal 1. Tetapi seiring dengan
jaman, Terminal 1 digantikan dengan Terminal 2 sebagai bandara
internasional, dimana sekarang ini fasilitasnya sama sekali tidak
memenuhi standard internasinal.
Travelator datar nya sering tidak
berfungsi. Fasilitas toiletnya pun sama sekali tidak standard, jorok dan
kotor. Belum lagi tempat untuk check-in yang langsung masuk tanpa
pengantar untuk bisa membantu, membuat banya orang bertanya2 bagaimana
jika butuh bantuan, secara justru kita merasa tidak nyaman dengan
bantuan porter2 bandara? Di bandara2 negara lain, di fasilitas chek-in
masih bisa si pengantar untuk ikut masuk dan membantu kita, sehingga
‘leader’ kita tidak ‘kemrungsung’ untuk mengurus semua dokumen.
***
Jam 16.00 WITA, waktu Bali. Kami baru
tiba di Bandara Ngurah Rai. Pesawat terlambat 2 jam! Sempat ‘berantem’
dengan pramugari dan membuat kami sedukit sebal. Ok, tidak apa2.
Semangat diri memompakan kesabaran, bahwa di depan mataku ada event
besar internasional untuk pelayanan kami bagi anak2, remaja dan
perempuan, APEC Women Bali 2013!
Bandara Ngurah Rai adalah bandara
internasional. Aku memang sudah lama tidak ke Bali. Terakhir adalah
ketika adikku terkecil menikah di Bali tahun 2005, sekitar 9 tahun aku
tidak kesana. Wah …
Kupikir, Bali memang tidak banyak berubah karena
seharusnya justru Bali harus selalu menjaga tradisi serta budaya
lokalnya, untuk wisata yang sudah terkenal dunia. Tetapi fasilitas2anya
lah yang harus berbenah sesuai dengan perkembangan jaman. Kemodernan
dunia tidak harus diikuti dengan ‘kemodernan’ fisik yang tidak sesuai
dengan budaya lokal, kan?
Tetapi apa kenyataannya?
Petugas bandara memang menjemputku dari
pesawat sambil mendorong kursi rodaku. Valen membawa tas cabin kami.
Tetapi ketika kami sudah sampai di ruang tunggu untuk claim barang,
seharusnya petugas itu menemaniku karena itulah perjanjiannya, dia
menemaniku karena aku harus menjaga tas2 cabin kami, lalu Valen mengurus
bagasi2 kami dengan banyak buku2 proposal acara APEC ini. Ternyata,
begitu Valen menghilang di tengah kerumunan orang untuk mengambil
bagasi, petugas itupun menghilang, tanpa bertanggung jawab …..
Bandara Ngurah Rai, masih sama dari
terakhir kali aku kesana, bahkan kemarin terlihat bertambah buruk! Bukan
saja tidak disiplinnya petugas2 bandara untuk ‘menjemput’ tamu, bahkan
troli2 yang seharusnya ada disana untuk membawa koper2 kami, ‘dikuasai’
oleh petugas troli!
Ketika Valen setelah mencarikan aku tempat yang
nyaman sambil duduk di kursi roda, dia langsung mencari troli. Tetapi
tidak ada troli! Kupikir karena memang waktu itu bandara ramai dengan
tamu2 sehingga troli habis. Tetapi ternyata, ketika Valen meminta troli
kosong di tangan seorang petugas troli, petugas itu mengatakan bahwa,
jika mau troli itu, dia yang harus ‘melayani’ kami. Ya sudah, tidak apa2
karena Valen memang hanya sendiri dengan banyak barang.
Aku tidak tahu, apakah banyak orang
tidak sadar bahwa sebuah bandara internasional merupakan ‘gerbang
negara’ dan itu sangat memalukan untuk sebuah bangsa jika untuk troli
pun ‘dikuasai’ oleh oknum!
Lain lagi. Ketika sambil menunggu taxi hotel yang menjemput kami, aku sempat membeli ‘milk tea’ kesukaanku, dipelataran F&B sepanjang keluar bandara. Tetapi ketika aku minta tolong Valen untuk membuang gelas bekasku, ternyata tidak ada 1 tempat sampahpun! Astagaaaa! Di bandara internasional Bali, sama sekali tidak ada tempat sampah!
Selasar baru Bandara Ngurah Rai luas
ini, sama sekali tidak dilengkapi oleh tempat sampah! Lalu, dimanakah
pengunjung membuang sampahnya?
Hanya ini tempat sampah mobile nya!
Itupun sebenarnya untuk mengambil sampah2 di tempat sampah yang
sebenarnya, terus berjalan untuk mengangkut sampah …..
Suasana bandara internasional Ngurah Rai
benar2 memprihatinkan. Aku mengerti ketika di hadapan mata kita ada
sebuah bandara internasional Ngurah Rai yang baru, tetapi artinya bukan
membuat bangunan yang lama menjadi kisruh, seperti ‘anak ayam
kehilangan induk’nya! Jika kita mempunyai ‘anak’ selain yang sudah ada,
bukan berarti anak yang sudah ada tidak diurus, bukan?
Bagaimana dengan layanan disabled?
Aku hanya melihat papan nama ini saja, tidak ada kursi roda, tidak ada
petugasnya, dan tidak ada apa2!. Beruntung aku membawa kursi roda
sendiri dari rumah.
Ini memang hanya sekelumit cerita
pandangan mata tentang Bandara Ngurah Rai, baik yang domestik maupun
secara internasional. Hanya sedikit. Belum lagi tentang kebutuhan
fasilitas2nya, seperti toilet atau disabled. Tetapi apapun itu, sebuah
Bandara adalah pintu gerbang masuknya ‘orang lain’ ke kota dan negara
kita.
Seharusnyalah bandara itu mempunyai ciri khas dari
kota atau negara tersebut. Bukan hanya secara fisiknya saja, tetapi
mental petugas2 bandara juga harus diasah untuk melayani pengunjung,
karena Indonesia masih ( atau tidak? ) terkenal dengan keramah-tamahan
penduduknya.
Karena wisatawan asing (
apalagi yang belum pernah kesana ), akan berdecak kagum jika melihat
‘pintu gerbang’ kota atau negara menyambutnya dengan keramah-tamahan
sebuah kota atau negara yang berbudaya, seperti Indonesia ……
Salamku dari Bali …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Bandara Ngurah Rai’ : Salah Satu Pintu Gerbang Indonesia dengan Keramahan Budaya Bali (?)”
Posting Komentar