Selasa, 10 September 2013
Aku Tidak Tahu, Kemana Tuhan Akan Membawa Kita …..
Selasa, 10 September 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Beberapa delegasi : Amerika, Brunei,
Australia, Malaysia, Russia, Filipina, dan aku Indomesia serta Bapak I
Ketut Murtika ( suami Ibu Dia Songket ) serta tour guide dari Mulia
Hotel
Sebelumnya :
Hari kedua di APEC Women 2013 di Bali lebih santai. Sebenarnya ada sesi khusus untuk Menteri2 di ‘APEC Join Ministrial Meeting on SME and Women’ dan ‘Policy Partnership on Women and the Economy’.
Tetapi sepertinya kami tidak bisa masuk sehingga kami ikut untuk
mengunjungi daerah2 dimana perempuan Bali berjuang untuk penghidupannya
dan mereka berhasil.
Delegasi dari 36 negara, dibagi dalam 4 tim, sekitar 300-an orang. Dari tim pertama ke ‘Ceramic and Fan Industries’, tim kedua ke ‘Silver and Trandisional Weaving’, tim ketiga bertema ‘Volunteering Program to Empower Coastal Women at Badung’ dan tim keempat ‘Sababay Authentic Winery’. Kesemuanya adalah dipimpin perempuan Bali. Aku memilih ke produksi perak dan tenun Bali.
Sekitar jam 9.00 kami brangkat menuju UC
Jewellery, tempat produksi perak. Walaupun Bali tidak mempunyai tambang
perak, Bali memproduksi perhiasan perak dengan desain2 khas Bali.
Sebearnya, aku sudah puas dengan kerajinan perak Kota Gede di
Yogyakarta, tetapi memang desain Bali tidak sama dengan desain
Yogyakarta. Masing2 mempunyai ciri khasnya. Lihat tulisanku Proses Pembuatan Perak Bakar di Kota Gede Yogyakarta : Teknik Unik yang Luar Biasa!
‘Welcome APEC 2013 Delegates’ dan proses finishing di UC Silver, Bali.
Tempatnya di Batu Bulan, Gianyar. Aku
lebih memilih untuk melihat2 proses produksinya serta mencari ’sasaran
tembak’ untuk IDKITA, apapun itu. Mulai dari dalam bus tim kami, aku
berkenalan dengan delegasi dari Amerika, Linda Denny. Dia adalah seorang
President Non-Profit Organization Development, bertempat tinggal di
Arlington Virginia, USA.
Linda sangat tertarik ketika aku memberikan
konsep2 tentang IDKITA yang memang di selaraskan dengan tujuan APEC
Women 2013 ini. Bahwa IDKITA berusaha untuk sosialisasi dan pelayanan
tentang Internet Sehat dan Aman bagi anak2, remaja dan pemberdayaan
perempuan. Bisa dilihat di website mereka : http://ucsilverbali.com.
Tempat kedua adalah Rumah Songket dan
Endek Dian’s. Sebuah pengsaha perempuan Bali yang bercita2 untuk
membudayakan Songket dan Endek Bali ke dunia internasional. Dan
berhasil! Terletak di Klungkung, Ibu Dian sangat concern untuk
memberdayakan perempuan2 Bali dalam menenun Songket dan Endek dan
haasilnya dipasarkan lewat dunia off-line dan on-line. Mereka sering
ikut pameran2 dunia, serta dipasarkan di dunia internet. Bisa dilihat di
: http://diansongket.yolasite.com.
Cerita tentang songket2 produk Ibu Dian,
akan ada artikel tersendiri, segera. Tetapi disana aku belajar tentang
perempuan2 Bali ( atau semua perempuan2 Indonesia, justru yang hidup di
desa2 ) untuk terus berupaya dan berkarya bagi keluarganya. Di Dian
Songket ini, banyak perempuan2 desa Bali yang sudah tua ( justru
kebanyakan adalah perepuan2 tua yang masih mau berkarya ), meminta
benang, menenunnya, mendesainnya serta banyak ragam
me-memanajemen-kannya ( yang terakhir adalah perempuan2 muda ).
Aku asik bertanya jawab dengan
seorang perempuan Bali, Ibu Wayan tentang hidupnya sebagai penenun
Songket Bali. Aku sangat tertarik tentang dunia kerajinan Indonesia ……
Pemilihan warna yang pasti tidak sama dengan ibu2 yang lain. Tiap desain pasti berbeda! Dan itu yang membuat ke-luar biasa-nya!
Valentino mengadakan penjajakan bagi
perempuan2 muda nya, untuk ikut serta dalam pemilihan calon Duta Insan,
kolaborasi bersama Kominfo. Tyas, namanya. Seorang gadis Bali saudara
dari Ibu Dian yang membantu Bu Dian di Dian Songket. Dia ingin belajar
menulis dan kami akan membantunya untuk bisa menulis, seperti yang aku
lakukan di banyak anak2 dari Purwokerto dan Yogyakarta ( lihat tulisanku
Kreatifitas Menulis Siswi SMP di Baturaden ).
Mba Tyas yang sangat berminat untuk belajar menulis dan mempostingnya di Kompasiana.
Ketika kami beristirahat di Rudana
Museum, kami sempat berdiskusi lumayan banyak tentang konsep2 IDKITA,
diselingi makan sambil bercerita masing2 dari kami. Tentang kegiatan
aku, Valentino serta Linda Denny. Penjajakan, dan kami siap selalu ‘keep
contact’ via email atau apaun, dan ketika November 2013 ini Linda akan
ke Jakarta, kemungkinan besar kami akan bisa bekerjasama untuk pelayanan
bagi anak2 dan pemperdayaan perempua Indonesia. Dan kami sepakat untuk
itu. Linda sudah mulai membaca dengan detal dari handbook IDKITA yang
aku berikan kepadanya.
Aku dengan Linda Denny dari Amerika, yang concern kepada pemberdayaan perempuan.
Rudana Museum menjadi saksi dengan
adanya ‘kesepakatan’ bersama antara kami IDKITA dan Linda Denny bahwa
kita semua harus serius untuk pelayanan bagi anak2 dan perempuan,
apalagi kami sama2 berjuang dalam tema ‘ICT for Women’.
Museum Rudana sendiri berada di
Peliatan, Gianyar, dibangun oleh Nyoman Rudana. Dan museum ini mempunyai
banyak oleksi lukisan2 kelas dunia dan sering dikunjungi oleh pembesar2
negara dunia. Cerita tentang musum ini akan aku tulisanku di artikel
selanjutnya.
Tetapi, jelas bahwa Museum Rudana dengan arsitektur dan
tamannya yang khas Bali, menjadikan 2 negara ( IDKITA dari Indoneisa
dengan Linda Denny dari Amerika ) bertaut dalam rencana pelayanan untuk
pemberdayaan perempuan, yang akan menjadikan anak2 mereka lebih
terkontrol dalam dunia ICT.
Museum Rudana yang cantik serta pengalungan selendang dari keluarga Rudana
Setelah dari istirahat di Museum Rudana
sambil makan siang, perjalanan kami lanjutkan perjalanan ke Pura Ubud.
Tidak lama karena memang sedang tidak boleh ,asuk kesana, sehingga kami
hanya berfoto2 di luarnya. Tetapi walau hanya sebentar, kami sempat
berbincang2 dengan Irina Akimushkina, seorang warga Russia sebagai
President sebuah organisasi di Russia dengan tema ‘Gender Spesialist’.
Aku berikan konsep2 IDKITA tentang pemberdayaan perempuan untuk anak2,
dan terlihat dia sangat tertarik!
Irina mengajakku duduk di seberang Pura
Ubud, sedikit bicara, dan akhirnya menyatukan kami ( Indonesia dan Russia
) untuk duduk bersama dalam pelayanan pemberdayaan perempuan Indonesia.
Dan dia terus memelukku, menggandengku, dan hatiku merasa sangat
berbahagia …..
Aku dan Irina dari Russia. Aku terlihat capek, tetapi hatiku bahagia mendapat banyak sahabat baru.
Aku tidak tahu, Tuhan mau membawaku dan
IDKITA kemana. Tetapi dengan undangan yang tiba2 saja membuat bulu
kudukku merinding untuk acara APEC Women 2013 di Bali saja, kami merasa
tersanjung.
Dan kami tidak akan menyia2kan waktu dan kesempatan yang
TUHAN berikan kepada kami. Kami berusaha untuk menyusun semuanya,
berusaha mendekati delegasi2 dunia, sampai Tuhan menyelesaikannya
sendiri, karena DIA lah yang akan membawa kami ke suatu tempat, untuk
pelayanan lewat IDKITA dalam Kemuliaan NYA …..
Hari ketiga APEC Women 2013 di Bali, segera akau aku tuliskan …….
Tags: New Media , regional
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Aku Tidak Tahu, Kemana Tuhan Akan Membawa Kita …..”
Posting Komentar