Senin, 26 Agustus 2013
Pasar Rumput dan Wisata Air untuk Jakarta, Sedikit Konsepku
Senin, 26 Agustus 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

khanzaku.wordpress.com
Sebelumnya : “Closet Bekas? Ih …, Jijik!”
Sebenarnya dari jaman sebelum pak
Jokowi, seingatku ( benar ga, sih? ) sungai Ciliwung di depan Pasar
Rumput sudah di konsepkan sebagai wisata air. Beberapa terminal kapal
untuk wisata air, sudah dibangun dan kalau tidak salah, sudah ada test
dan percobaannya. Tapi tidak ada kelanjutannya.
Sepanjang sungai, sudah dibangun taman2
kecil dengan pepohonan cantik. Dari ujung di depan Hotel Shangrilla
terus menuju Pasar Rumput sampai pojokan depan pintu air Manggarai,
trrilah sudah didanani. Cukup cantik. Apalagi sepertinya sungai ini
menjadi batas daerah Menteng dengan daerah Manggarai dan Pasar Rumput.
Cukup strategis untuk sebuah pasar yang bisa melayani 2 daerah, walaupun
masing2 daerah pun sudah ada pasar2 tradisional lokal-nya.
Ketika aku sempatkan sengaja lewat
kesana walau tidak ‘blusukan’, aku melihat justru Pasar Rumput
sepertinya ‘mati’. Sepertinya, gedung Pasar Rumput-nya sudah
ditinggalkan penyewanya, atau mau di renovasi? Apapun yang terjadi,
sebenarnya hal ini justru membangkitkan ide2 di otakku.
Secara
sebenarnya PKL di sepanjang jalan Pasar Rumput merupakan PKL ‘tumbuh’
dan berkembang karena adanya reaksi positif dari konsumen, sejak puluhan
tahun lalu. Sehingga, dengan sekarang Pasar Rumput sendiri ’sedang
ditinggalkan’ penyewanya, justru pemda mendapatkan kesempatan untuk
benar2 meng-upgrade gedung pasarnya.


www.streetdirectory.co.i
Lantai atas sudah kosong,
bahkansebagian dinding dan atapnya sudah bolong. Lantai di bawahnya
masih ada beberapa pedagang yang membuka dagangannya
Bangunan Pasar Rumput nya sendiri di
desain baru, yang lebih baik dengan fasilitas modern. Seperti di Pasar
Cikini, di depan Stasiun Cikini, bekas Pasar Cikini, di lantai
basementnya merupakan pasar tradisional tetapi di lantai atasnya sampai
lantai 4, merupakan pusat emas Cikini yang sudah terkenal puluhan tahun
lalu juga.

www.cikinigoldcenter.com
Pasar tradisional beraada di lantai basement, dan karena lahannya sempit, parkir mobil ada di atas toko2 dalam bangunan itu.

www.cikinigoldcentre.com
Contoh denah Pasar Cikini dengan
kios2 modern, tetapi mengacu pada konsep pasar tradisional. Dan untuk
limbah pasarnya, seharusnya sudah di analisa dengan AMDAL dan dibuang
dengan fasilitas2 modern.
Begitu juga untuk konsep Pasar Rumput.
Dengan bekerjasama dengan pihak2 swasta, seperti dengan CGC, pemda bisa
me-redesign dengan memasukkan PKL2 yang sekarang berada di jalan utama.
Konsepnya adalah :
1. Bangunan Pasar Rumput di bangun
bisa sampai 4 lantai. Mengapa hanya 4 lantai? Karena untuk bangunan 4
lantai adalah standard maksimal bangunan umum yang TIDAK HARUS
menggunakan lift. Lift hanya untuk loading-unloading. Lift service,
istilahanya. Sehingga bangunan umum berlantai 4 tersebut, bisa jauh
lebih murah.
2. Lantai basemennya, untuk pasar
tradisional. Bahan makanan, tetapi lantainya tetap berkeramik, bersih
dan fisilitas baik, seperti di CGC
3. Lantai dasarnya untuk PKL yang
berdagang sepeda atau barang2 yang relatif berat dan susah untuk di
coba, jika di lantai atas.
4. Lantai2 di atasnya bisa untuk
barang2 bekas utilities untuk material bangunan, seperti sanitai,
keramik, bahkan untuk barang2 baru.
5. Parkir pasar harus juga
dipikirkan. Dengan sebelumnya PKL2 di jalan utama Pasar Rumput tidak
mempunyai tempat parkir ( yang itulah menyebabkan selalu macet ),
sekarang disiapkan lahan parkir cukup banyak sesuai standrad
arsitektural serta standard pemda Jakarta yang berlaku.
6. Dan yang jelas, untuk
membersihkan sanitari bekas pun, sudah harus melakukan AMDAL, sehingga
mereka harus melakukan pembersihan sanitari bekas dengan aturan2 yang
sesuai guna mendukung lingkungan alam Jakarta.
7. Desainnya pun lebih ke arah
bangunan tradisional dengan ‘pakem2′ kota tropis ( atap pelana / miring
), tetapi dengan fasilitas2 modern, sesuai standrd arsitektural yang
berlaku ( misalnya, seperti bangunan tradisional negara tropis di foto
awal rtikel ini ). Tidak harus seperti ‘pasar’ tetapi konssepnya lebih
mengarah dengan ‘lifestyle’ warga Jakarta.
Sudah? Hanya itu? Belum!
Dengan di re-desain nya gedung Pasar Rumput, PKL2 sudah bisa ditampung di atas pasar.
Sehingga jalur jalan utama menjadi ‘bersih’. Pembatas jalur, bisa di
desain sebagai taman dan pepohonan kecil, dengan membuka pagarnya. Pagar
itu untuk warga yang lalu lalang menyeberang karena lewat depan PKL
benat2 tidak bisa! Lalu di seberang ex. PKL di desain cantik untuk
pemandangan wajah sungai Ciliwung. Bisa diteruskan konsep ‘wisata air’
nya dari pemda.
Wisata air,
bukan hanya naik kapal seperti di Amsterdam atau Venezia. Mungkin untuk
Jakarta mulai dahulu dengan pedestriannya sepanjang sungai, baru lebih
dalam lagi. Tetapi justru wisata air di sekitar jalan Sultan Agung
sampai depan Hotel Shangrilla, aku ingin men-developed dengan menyusuri
sepanjang sungai Ciliwung dari depan terminal bis Manggarai depan
Pasaraya, sampai di depan Hotel Shangrilla.
Konsepnya adalah cukup
sekedar membuat jalan setapak ( untuk pedestrian, jogging track serta untuk jalan sepeda
) serta untuk yang cantik dengan lebar 2 m minimal ( memungkinkan untuk
kursi roda + berpapasan dengan orang lain ).
Di sebelahnya untuk
penyerapan dan pepohonan serta streetscape ( penunjuk arah, lampu2,
tempat sampah, bench atau kursi2 taman serta art work ). Di sebuah titik
mungkin bisa di desai, untuk sekedar PKL yang legal untuk menjual
makanan2 kecil.

id.wikipedia.org

Contoh konsep jogging track
sepanjang jalan Sultan Agung Jakarta ( Pasar Rumput ). Ada kalanya di
desain ‘turun’ sesaat sebelum sampati permukaan sungai. Menarik,
pastinya!
Dalam mendesain sebuah titik landmark
secara arsitektural dan perkotaan, tidak harus sepanjang sungai atau
tempat sama seperti itu.Bisa saja hanya sepersekian lahan yang ada, di
desain A, sepersekian lagi di desain B, sepersekian lagi di desain C dan
seterusnya. Artinya, kita bisa mendesain sebuah titik kota sesuai
dengan lingkungannya.

architecture.info

thamrinresidence.com
Konsep jalan setapak dan jogging
track,mulsi di depan jalan Halimun sanpai setelah Hotel Shangrilla.
Lebih arah elegan untuk bisa menikmati suasana Jakarta sambil membaca
koran …..

arsitekemarinsore.blogspot.com
Contoh, seperbagian sungai Ciliwung
di Jakarta, bisa di desain sesuai dengan lingkungannya ( lihat foto
diatas, dan di sisi luarnya masih belum di desain.
1. Jika kita mendesain dari depan
Pasaraya sampai di depan Jalan Halimun perempatan ke arah jalan
Latuharhary merupakan konsep yang lebih mengundang untuk ‘jalan2 sore’
di perumahan ( karena di belakang Pasar Rumput dan di jalan Latuharhary
memang merupakan kompleks hunian ).
2. Tetapi selanjutnya ke arah
Hotel Shangrilla, kita bisa mendesain dengan konsep yang lebih elegan.
Misalnya, dengan lebih banyak bench serta konsep2 cluster untuk sekedar
membaca koran dengan keluarga, secaraHotel Shangrilla ‘marketnya’
merupakan bisnis …..
Dan dari jalan setapak dan jogging track
sepanjang sungai, memakai con-block berwarna, sesuai dengan desain.
Sehingga tempat itu akan terlihat lapang dan luas, walau tidak seluas
yang dibayangkannya. Sebuah desain akan bisa membuat sebuah tempat lebih
cantik, lebih luas atau lebih elegan, sesuai konsepnya. Itulah yang
dipelajari oleh desainer ( dalam hal ini untuk Jakarta adalah arsitek
dan urban planner ).
Jadi, jika memang pemda memutuskan untuk
merenovasi perkotaan, memang dari yang ‘krusial’ dulu, bersambung
dengan detail2 yang berhubungan dengan lingkungan dan komprehensif.
Kesemuanya harus sudah mengacu pada master-plan keseluruhan kota
Jakarta. Masalahnya, apakah master-plan Jakarta sekarang sudah selesai
dan disetujui?
Yang aku tahu, RTRW tahun 2030 belum ada ( masih berupa
draft ), dimana seharusnya tata perkotaan Jakarta sekarang ini mengacu
pada itu. Bagaimana dengan tata ruang wilayah-nya? Seperti konsep2 Pasar
Rumput, Tanah Abang atau yang lain, bahkan untuk daerah2 yang sudah
dianggap ‘berhasil’ seperti Kelapa Gading ( lihat tulisanku ‘Dunia Glamour dan Gemerlap’ Kelapa Gading )?
Aaahhh ….. seperti biasa, aku hanya bisa
bermimpi untuk membenahi ‘Jakarta yang lebih baik’. Konsep dan ide2ku
dalam banyak artikel2ku ini mungkin hanya angan2 saja. Karena aku sangat
mengerti, bahwa ini memang tidak gampang …..


Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Pasar Rumput dan Wisata Air untuk Jakarta, Sedikit Konsepku”
Posting Komentar