Kamis, 22 Agustus 2013

Pak Jokowi, Bagaimana dengan Lapak Material di Pinggir Jalan? Hampir Sama, kan Dengan PKL?



By Christie Damayanti

137714690963630241
borongbangunantua.blogspot.com

Pedagang kaki lima atau PKL sekarang sudah banyak yang di gusur, tetapi oleh Gubernur DKI bapak Jokowi, PKL ini justru menurutku mendapatkan tempat yang lebih layak dalam berjualan. Dengan memberikan tempat2 strategis, serta gerobak2 cukup cantik untuk mereka, menjadikan PKL semakin bisa peduli bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi peduli dengan lingkungannya. Dan aku sangat yakin, lambat laun PKL yang belum mendapatkan tempat yang layak, pak Jokowi akan memikirkan mereka untuk kehidupan yang lebih baik.

Lalu bagaimana dengan ‘komunitaspedagang Madura?’. Bukan aku ingin ‘memperkuat’ etnis Madura di Jakarta, tetapi utru lebih kepada apresiasi untuk mereka bahwa orang2 dari Madura sangat ’struggle’ dan berjuang untuk mencari uang di Jakarta demi masa depannya. ‘Orang2 Madura’ disini merupakan sebuah komunitas yang lebih banyak bergerak di bidang bongkaran konstruksi serta jual-beli material bekas juga dalam bidang konstruksi. 

Mereka sendiri yang menamakan ‘orang Madura’, jika berhubungan dengan jual beli dan pembongkaran konstruksi, bukan hanya membongkar rumah2 saja, tetapi juga gedung2 tinggi.

“Jual saja ke ‘orang Madura’, sekalian pembongkarannya, kita tinggal ongkang2 kaki saja jika kita mau membongkar rumah kita! Bukan kita keluar uang, mungkin malah kita mendapatkan uang dari sisa2 material rumah kita! Coba deh!”

1377146947537179923
dokumentasi Rizal - detikcom






Biasanya banyak di gantung di batang2 pohon …..

Begitu kita2 dari kita, sesuai dengan pekerjaan kita sehari2 yang selalu berkutat dengan konstruksi.

13771469991027109959
13771470241992273393

Contoh sisa2 limbah bangunan, yakinkah kita dengan adanya kepedulian ‘mereka’ untuk mengatur atau merapihkan serta membuangnya di tempat2 khusus pembuangan limbah2 seperti ini, jika benar2 tidak terpakai lagi?

Sebenarnya, bukan orang2 Madura saja yang menjalani bisnis ini, tetapi memang lebih banyak etnis ini. Banyak juga orang2 dari Jawa dan suku Batak menjalani perejaan ini. Mereka menerima bongkaran rumah, bahkan gedung2 tinggi. Tidak main2 lho! Jika mereka bisa menyewa peralatan besar untuk membongkar bangunan besar secara profesional, walau mereka semua berawal dari bawah. Dan sisa2 bongkaran bangunan itu yang diambil oleh mereka, seperti besi2 beton, kusen2, sanitay bahkan puing2, dijual dengan harga ‘miring’.

Kadang2 mereka menemukan kusen2 tua dari kayu Jati yang belum dimakan rayap, dan itu bisa dijual dengan harga tinggi ke konsumen walau masih dibawah harga pasaran dari toko.

Jika kita tahu tentang harga pasar dan kita memang berkecimpung dengan dunia konstruksi, kita harus bernegosiasi. Aku tahu benar material2 berkualitas walau sudah tua, jadi jika aku harus meminta bantuan dengan mereka, aku selalu menyisir dengan mendata mareial2 itu, bersama2 dengan mereka, berhitung dengan jasa dan material2 tersebut untuk ‘berapa yang bisa kita dapatkan’.

Jadi, kadang2, jika aku menemukan material berkualitas dalam pembongkaran sebuah bangunan dan si empunyai bangunan itu sudah memasrahkan material itu untukku, aku cepat2 mendata dan berhitung, berpa yang aku bisa dapatkan dan berapa yang harus minta bantuan dengan ‘orang Madura’ untuk membongkar bangunan tersebut dan yang mana yang mereka dapatkan! Dan seringkali, aku justru mendapatka uang dari hasil pembongkaran tersebut, dan kadang2 tidak tanggung2 bisa sampai belasan juta jika bangunan itu cukup besar!

***

Bagaimana mereka memasarkan sisa2 bongkaran tersebut? Selain ‘getok tular’ dengan sesama pedagang atau dengan kontraktor, mereka seringkali membuka ‘lapak’ di pinggi jalan atau di tempat2 strategis dekat dengan sebuah pembangunan. Dan jika material2 tersebut yang sudah diperbaiki smpai bisa seperti baru kembali, mereka justru benar2 membuat baru untuk kusen2 pintu dan jendela atau daun pintu dan jendelanya. Sehingga lapak mereka semakin lama semakin berkembang, secara pertumbuhan pembangunan 
Jakarta sangat cepat ……

Nah, sekarang bagaimana lapak2 mereka? Secara mereka juga menempati banyak ‘tanah negara’ atau tanah2 orang lain. Mereka banyak berada di sepanjang jalan I Gusti Ngurah Rai dari Mall Citra klender sampai Penggilingan, di jalan klender nya sendiri, sampai Pulo Gadung, atau di jalan Perintis Kemerdekaan serta sekitar Bukit Duri. Di daerah2 lainnya bukan tidak ada lapak Madura, tetapi ini yang cukup besar di wilayah Jakarta dan jika kita mencari mereka, kesanalah …..

13771471111075165417
1377147171464706855

Beberapa lapak material di Jakarta Timur, juga bertumbuh fasilitas2 mereka : bengkel, bensin serta service elektronik sederhana …..

Ketika sebuah developer ingin membangun sbuah bidang tanah di jalan I Gusti Ngurah Rai, developer itu harus bernegosiasi dengan ‘pemilik’ lapak2 tersebut, secara mereka tidak mau pindah sampai polisi2 dikerahkan. Sama ketika pak Jokowi meminta pindah PKL2 di Tanah Abang, mereka tidak sadar bahwa tempat mereka untuk berjualan itu bukan milik mereka. Tempat itu milik bersama, sesama warga Jakarta …..

13771472831875170552
1377147346431795470

Jalan ini seharusnya disuguhi dengan bangunan2 yang sesuai dengan peruntukkannya. Developer ini sudah bisa meminta lapak2 Madura disana untuk membongkar lapaknya, entah kemana sehingga bidang tanah itu di pagar beton dan siap dibangun sesuai dengan peruntukkannya.

Ya, seharusnya lapak2 itu tidak ada disini, tetapi memang menurutku warga kota Jakarta semakin banyak ( juga berhubungan dengan aeus urbanisasi ), dan persaingan untuk mendapatkan penghidupan yang layak tidak gampang …..

Bukan juga aku seperti ‘kejam’ kepada mereka, tetapi pada kenyataannya, limbah mereka tidak dibersihkan. Mereka banyak membuang limbah mereka ke pelataran dibelakangnya sampai bertumpuk dan menimbulkan pengrusakan lingkungan ( limbah mereka bukan sampah yang bau, tetapi sisa2 bongkaran2 seperti kayu2 lapuk, keramik2 pecah, dan banyak yang sudah menjadi puing yang belum terjual ). 

Bahkan mereka membuang juga ke sungai2 atau got2 kering! Padahal got2 itu walau keering, sudah diperhitungkan menjadi saluran air jika hujan tetapi begitu hujan dan got itu tidak dibersihkan, semuanya menjadi banjir …..

13771473891761225345

Coba lihat foto diatas. Ada lapak material, dengan kayu2 untuk bahan baku kusen, reng atau kaso dan gording. Kayu2 itu pasti di serut untuk mendapatkan hasil yang baik, untuk dijual. Limbahnya kemana? Yakinkah kita bhwa si penyerut atau si empunya lapak ini membuang limbahnya ke plastik dan dibuang ke truk2 pengangkut sampah?  

TIDAK!


Lihat lagi foto dengan lebih seksama. Saluran air sudah tertutup beton untuk bisa bekerja diatasnya atau untuk memarkir mobil bila ada pembeli. Yakinkah kita untuk tidak ada serbuk gergaji atau sisa serutan tidak masuk ke got2 saluran air d bawah beton ini?  

TIDAK!


Dan dengan got2 yang tertutup, seakan2 daerah itu baik2 saja, tetapi kita tidak tahu keadaannya dibawahnya. Satu lagi, yakinkah kita bahwa mereka selalu memmelihara saluran air dibawahnya? Dengan tidak adanya bukaan2 untuk pemeliharaan pada ‘bak kontrol’, aku  

TIDAK YAKIN mereka melakukan pembersihan dengan periodik!


Yang jelas, untuk membangun bsnis seperti ini ( atau bisnis apapun ), seharusnya mempunyai ijin2 ( biasanya perusahaan2 besar bisnis seperti ini, ada workshop khusus untuk memproduksi kusen atau yang lain dan dijual di toko2 ) dan ada analisa dampak lingkungannya, yang sekarang ini sepertinya tidak ada yang peduli dengan kemungkinan2 alam dan lingkungan ‘menolaknya’ ……

Tahun 2007 ( lihat tulisanku Trauma Banjir 2007, Akan Adakah Banjir Besar tahun 2012? ) ketika aku tinggal di depan Kantor Waikota Jakarta Timur, kompleks itu banjir besar! Aku sangat bingung, aa yang terjadi karena sebelum membeli rumah itu aku sudah survey kompleks itu dan infra-struktunya cukup bagus dengan saluran air yang cukup memadahi, dan yang jelas di sekitarnya tidak ada sungai, sehingga jika banjir adalah bukan luapan sungai tetapi benar2 dari air hujan itu sendiri.

Mengapa banjir? 

Ternyata ketika kita telusuri penyebab banjir adalah bertumpuk2 limbah konstruksi di gorong2 kering, yang memang berada di sekitar kompleks tersebut, sehingga air tidak dapat mengalir ketika hujan lebat! 

Astaga! 

Setelah itu, kami 1 kompleks bersama ke Kantor Walikota Jakarta Timur untuk minta ‘mereka’ membuang sampah2 limbah tersebut, dan mereka dominta berjanji untuk tidak pernah membuang sampah2 di gorong2!

Setelah itu juga, aku mulai men-survey tempat2 strategis bagi pedagang Madura untuk membuang limbah2 mereka, dan pada kenyataannya banyak tumpukan2 limbah material yang sangat merusak lingkungan, bisa menyebabkan banjir serta tempat berkembangnya nyamuk2 yang dapat menyebabkan BDB atau penyakit2 lainnya …..

Apapun namanya, tempat berjualan ilegal, lapak2 Madura atau PKL2 di Jakarta itu akan mengganggu kehidupan sosial bermasyarakat sebagai warga kota. 

Jika PKL  mulai dibersihkan dan bisa dipindahkan ke tempat2 yang lebih layak dan baik, begitupun lapak2 Madura serta tempat2 berjualan ilegal yang bisa membuat banyak permalahan, WALAUPUN mungkin kita belum sadar akan akibatnya. Yang jelas, semua aturan ada dasar dan tujuannya, dan seyogyanya tidak dilanggar!

Pak Jokowi, jika masalah diatas memang DIANGGAP ‘belum bermasalah’, mungkin bisa mulai dipikirkan untuk mencari tempat bagi lapak2 Madura di tempat2 yang lebih baik …..

Tags:

0 Responses to “Pak Jokowi, Bagaimana dengan Lapak Material di Pinggir Jalan? Hampir Sama, kan Dengan PKL?”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks