Kamis, 30 Mei 2013

Walau Aku ‘Cacat’, Papa Tidak Pernah Malu Menggandengku …..



By Christie Damayanti


13698970471001495324
Dokumen Pribadi


Mengenang papa yang sudah berada di sisi Tuhan Yesus di Rumah Bapak di Surga : Ir. Suharto Prodjowijono

Aku memang cacat. So ….., what ??? Dengan bangga, papa selalu menggandengku dan tidak malu dengan anaknya yang cacat …..

Tidak ada yang dirugikan secara fisik dengan keadaanku. Memang, keluargaku mungkin tetap merasakan dengan keadaanku, tetap sekali lagi, secara fisik mereka tidak dirugikan.

Tetapi banyak diluar sana, mereka ‘menyembunyikan’ keluarganya yang cacat, terutama cacat fisik. Di luar sana,  masih ada yang berpendapat bahwa kecacatan adalah ‘hukuman dari Tuhan!’. Itu tidak benar sama sekali. Dan aku tidak mau membahas hal2 yang bertentangan dalam pengajaran tentang Kasih Tuhan.

Begitu juga dengan keadaanku. Seorang perempuan ‘cacat’ fisik karena stroke, lumpuh separuh tubuh sebelah kanan, dimana juga berbicarapun belum terlalu lancar. Secara fisik, tubuhku adalah benar2 cacat walau secara hati dan pikiran, aku merasakan tetap sesuai dengan apa yang aku bisa lakukan. Itu tidak terbanthkan, bukan? Dan aku sekarang tidak masalah, jika banyak orang melihat dengan aneh karena fisikku ( jalanku, tangan kananku belum mampu untuk digunakan serta bicaraku masih agak terbata ) jauh dari sempurna …..

Ketika aku sadar bahwa aku cacat fisik karena stroke, pernah suatu saat aku berpikir bahwa kemungknan besar keluargaku malu dengan keadaanku. Ternyata yang aku pikirkan adalah salah besar! Justru mereka bangga dengan keadaanku. Bahwa walau dalam keterbatasan fisik, aku tetap mampu menjalankan fungsiku sebagai manusia, untuk berkarya dan melayani, sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan kepadaku.

Begitu pula dengan papa, yang sehari2 dengan setia menemaniku, dari berangkat pagi sampai pulang malam dalam pekerjaan. Dari menemaniku ke salon, ke toko buku, ke supermarket, ke bank atau kemanapun aku inginkan dan mencari kebutuhanku. Bahkan hanya sekedar ke ATM pun, papa menggandengku.

Semula aku agak risih. Bukan karena papa menggandengku, tetapi lebih kepada keinginanku supaya papa tidak malu menggandengku …..

Pertama kali papa menggandengku ketika aku melangkah ke sebuah mall dan kursi rodaku di simpan di dekat restauran. Perlahan aku berjalan. Aku belum terlalu percaya diri. Pikiranku masih terfokus kepada kakiku yang memang masih susah untuk melangkah. Dan orang2 di sekelilingku memandangku ‘aneh’ dengan gerakan tubuhku yang lamban dan tubuhku dalam beraktifitas, memang agak aneh …..

Papaku menggandengku dengan mantap. Karena tangan kiriku yang aktif, maka aku memegang tangan kanan papa. Dan seperti biasa, tangan kiri papa menepuk2 yangan kiriku yang menggandeng tangan kanan papa, sambil memegang tasku. Jika kami sekeluarga, papa tetap yang menggandengku, sementara tasku di bawakan salah satu anakku.

Kadang2 aku tepekur jika iseng aku menatap cermin di depan tubuhku. Aku berdiri. Berdiriku pun agak aneh karena jika aku tegap berdiri, kakiku belum manpu untuk sejajar berdekatan, tetapi kedua kakiku membentuk jarak sekitar 20 atau 30 cm karena jika berdiri rapat, keseimbanganku akan goyah. Sehingga jika otang lain melihatku, aku seakan seperti sorang ‘jagoan’ yang tidak bisa lembut sebagai seorang perempuan.

Ditambah lagi ketika aku perjalan perlahan dan kaki kananku seperti ‘membuang’ ke kanan dan telapak kaki kananku tergantung, tidak seperti yang sehat. Semua bisa melihat bahwa secara fisik, aku memang ‘cacat’.

Karena sudah 3 tahun aku dalam keterbatasanku karena stroke, aku sudah tidak peduli dengan keadaanku juga aku sudah tidak peduli tentang pandangan orang2 lain karena fisikku. Tetapi sejak awal pun, aku ingin ‘menjaga’ keluargaku, agar mereka tidak malu dengan keadaanku. Terutama papa, seorang yang gagah tetapi menggandeng aku, seorang putrinya yang ‘cacat’ …..

Tetapi pada kenyatannya, semua keluargaku bahkan sahabat dan teman2ku sangat mengerti aku. Tetap mendukung dan mengasihi aku. Terebih papa. Beliau yang bukan hanya sekedar mendukung saja, tetapi setia mendampingiku sejak pagi hari, menggandengku kemana2 atau mendorong kursi rodaku jika aku tidak kuat lagi berjalan, sampai malam hari menjemputku dari ruang kerjaku di lantai 43, dengan kasihnya yang luar biasa!

Aku sangat beruntung, mempunyai keluarga yang sangat luar biasa! Terlebih papa yang secara ‘all-out’ melayaniku, supaya hidupku lebih nyaman dengan segala keterbatasanku. Papa sangat mengerti bila aku secara fisik memang berat dalam keterbatasanku, sehingga papa berusaha sedemikian rupa untuk aku bisa melakukan kegiatanku dengan bantuan papa, bagaimanapun caranya. Papa rela melayaniku, anak perempuannya, seperti Yesus rela melayani seluruh umat manusia …..

Itulah papa yang aku kenal, seorang papa yang sosoknya dalam 3 tahun ini selalu ada disisiku, benar2 secara harafiah …..

Ah papa ….. Aku kangen sekali paaa …..

Tags:

0 Responses to “Walau Aku ‘Cacat’, Papa Tidak Pernah Malu Menggandengku …..”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks