Kamis, 30 Mei 2013
Walau Aku ‘Cacat’, Papa Tidak Pernah Malu Menggandengku …..
Kamis, 30 Mei 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Mengenang papa yang sudah berada di sisi Tuhan Yesus di Rumah Bapak di Surga : Ir. Suharto Prodjowijono
Aku memang cacat. So ….., what ??? Dengan bangga, papa selalu menggandengku dan tidak malu dengan anaknya yang cacat …..
Tidak ada yang dirugikan secara fisik
dengan keadaanku. Memang, keluargaku mungkin tetap merasakan dengan
keadaanku, tetap sekali lagi, secara fisik mereka tidak dirugikan.
Tetapi banyak diluar sana, mereka
‘menyembunyikan’ keluarganya yang cacat, terutama cacat fisik. Di luar
sana, masih ada yang berpendapat bahwa kecacatan adalah ‘hukuman dari
Tuhan!’. Itu tidak benar sama sekali. Dan aku tidak mau membahas hal2
yang bertentangan dalam pengajaran tentang Kasih Tuhan.
Begitu juga dengan keadaanku. Seorang
perempuan ‘cacat’ fisik karena stroke, lumpuh separuh tubuh sebelah
kanan, dimana juga berbicarapun belum terlalu lancar. Secara fisik,
tubuhku adalah benar2 cacat walau secara hati dan pikiran, aku merasakan
tetap sesuai dengan apa yang aku bisa lakukan. Itu tidak terbanthkan,
bukan? Dan aku sekarang tidak masalah, jika banyak orang melihat dengan
aneh karena fisikku ( jalanku, tangan kananku belum mampu untuk
digunakan serta bicaraku masih agak terbata ) jauh dari sempurna …..
Ketika aku sadar bahwa aku cacat fisik
karena stroke, pernah suatu saat aku berpikir bahwa kemungknan besar
keluargaku malu dengan keadaanku. Ternyata yang aku pikirkan adalah
salah besar! Justru mereka bangga dengan keadaanku. Bahwa walau dalam
keterbatasan fisik, aku tetap mampu menjalankan fungsiku sebagai
manusia, untuk berkarya dan melayani, sesuai dengan apa yang Tuhan
inginkan kepadaku.
Begitu pula dengan papa, yang sehari2
dengan setia menemaniku, dari berangkat pagi sampai pulang malam dalam
pekerjaan. Dari menemaniku ke salon, ke toko buku, ke supermarket, ke
bank atau kemanapun aku inginkan dan mencari kebutuhanku. Bahkan hanya
sekedar ke ATM pun, papa menggandengku.
Semula aku agak risih. Bukan karena papa menggandengku, tetapi lebih kepada keinginanku supaya papa tidak malu menggandengku …..
Pertama kali papa menggandengku ketika
aku melangkah ke sebuah mall dan kursi rodaku di simpan di dekat
restauran. Perlahan aku berjalan. Aku belum terlalu percaya diri.
Pikiranku masih terfokus kepada kakiku yang memang masih susah untuk
melangkah. Dan orang2 di sekelilingku memandangku ‘aneh’ dengan gerakan
tubuhku yang lamban dan tubuhku dalam beraktifitas, memang agak aneh …..
Papaku menggandengku dengan mantap.
Karena tangan kiriku yang aktif, maka aku memegang tangan kanan papa.
Dan seperti biasa, tangan kiri papa menepuk2 yangan kiriku yang
menggandeng tangan kanan papa, sambil memegang tasku. Jika kami
sekeluarga, papa tetap yang menggandengku, sementara tasku di bawakan
salah satu anakku.
Kadang2 aku tepekur jika iseng aku
menatap cermin di depan tubuhku. Aku berdiri. Berdiriku pun agak aneh
karena jika aku tegap berdiri, kakiku belum manpu untuk sejajar
berdekatan, tetapi kedua kakiku membentuk jarak sekitar 20 atau 30 cm
karena jika berdiri rapat, keseimbanganku akan goyah. Sehingga jika
otang lain melihatku, aku seakan seperti sorang ‘jagoan’ yang tidak bisa
lembut sebagai seorang perempuan.
Ditambah lagi ketika aku perjalan
perlahan dan kaki kananku seperti ‘membuang’ ke kanan dan telapak kaki
kananku tergantung, tidak seperti yang sehat. Semua bisa melihat bahwa
secara fisik, aku memang ‘cacat’.
Karena sudah 3 tahun aku dalam
keterbatasanku karena stroke, aku sudah tidak peduli dengan keadaanku
juga aku sudah tidak peduli tentang pandangan orang2 lain karena
fisikku. Tetapi sejak awal pun, aku ingin ‘menjaga’ keluargaku, agar
mereka tidak malu dengan keadaanku. Terutama papa, seorang yang gagah
tetapi menggandeng aku, seorang putrinya yang ‘cacat’ …..
Tetapi pada kenyatannya, semua
keluargaku bahkan sahabat dan teman2ku sangat mengerti aku. Tetap
mendukung dan mengasihi aku. Terebih papa. Beliau yang bukan hanya
sekedar mendukung saja, tetapi setia mendampingiku sejak pagi hari,
menggandengku kemana2 atau mendorong kursi rodaku jika aku tidak kuat
lagi berjalan, sampai malam hari menjemputku dari ruang kerjaku di
lantai 43, dengan kasihnya yang luar biasa!
Aku sangat beruntung, mempunyai keluarga
yang sangat luar biasa! Terlebih papa yang secara ‘all-out’ melayaniku,
supaya hidupku lebih nyaman dengan segala keterbatasanku. Papa sangat
mengerti bila aku secara fisik memang berat dalam keterbatasanku,
sehingga papa berusaha sedemikian rupa untuk aku bisa melakukan
kegiatanku dengan bantuan papa, bagaimanapun caranya. Papa rela
melayaniku, anak perempuannya, seperti Yesus rela melayani seluruh umat
manusia …..
Itulah papa yang aku kenal, seorang papa yang sosoknya dalam 3 tahun ini selalu ada disisiku, benar2 secara harafiah …..
Ah papa ….. Aku kangen sekali paaa …..
Tags: Catatan Harian
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Walau Aku ‘Cacat’, Papa Tidak Pernah Malu Menggandengku …..”
Posting Komentar