Kamis, 14 Maret 2013
Papa dan Aku dalam Pelayanan
Kamis, 14 Maret 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Papa tidak hanya memberikan kami ruang
untuk berkembang untuk masa depan kami, anak2nya. Tetapi justru papa
menanamkan sebuah awal yang terbaik, bahwa untuk kami bisa fokus dengan
masa depan kami dan kami bisa mendapatkan apa yang kami inginkan, papa
mendidik kami untuk melakukan PELAYANAN untuk Tuhan dan banyak orang …..
Dulu, aku sama sekali tidak mengerti
ketika awal aku lulus S1 dan mulai pertama kali bekerja, dan mendapat
gaji pertama kali, papa ‘memaksa’ hasil gajiku pertama itu
dipersembahkan untuk Tuhan, tahun 1994. Sedikit ‘ngedumel’ gajiku aku
masukkan ke amplop khusus dan aku masukkan ke kotak persembahan di
Gerejaku, dan waktu itu papa tersenyum …..
“Uh, kenapa gajiku di persembahkan
kepada Tuhan semuanya? Kenapa sebagian saja? Aku kan mau traktir ke
semua teman, orang tua atau siapapun yang aku ingin beri? Sebel ……”
Begitu aku ‘ngedumel’ sampai papa sering
berbicara kepadaku dengan lembut, bahwa kita seharusnyalah memberikan
yang terbaik untuk Tuhan.
‘Persembahan sulung’ dari seorang
anak sulung papa, bisa mencerminkan penyerahan diri sepenuhnya dari
kita, untuk Tuhan bimbing dalam masa depan kita, khususnya aku …..
Ya, setelah itu, sungguh aku bersyukur
ketika Tuhan mulai membuka tingkap2 langit NYA untuk masa depanku dengan
banyak pekerjaan2ku, serta papa tidak pernah lupa untuk mengingatkan
aku dalam persembahan bulananku, persembahan perpuluhan-ku.
Itu pengajaran papa pertama kali yang
benar2 nyata untuk pelayanan dari hasil jerih payahku, dan setelah itu,
semakin banyak aku memberi, semakin banyak juga aku menerima, sesuai
dengan apa yang Tuhan inginkan aku untuk aku perbuat …..
Ketika papa mengajakku untuk
berpelayanan merenovasi RS Cikini tahun 1995, ketika aku sedang sangat
bersemagat untuk mengabdikan diri membangun bangunan2 yang dibutuhkan.
Dan aku sedang ingin mendapatkan uang lebih banyak setelah pekerjaanku
yang utama ssebagai arsitek di sebuah perusahaan besar nasional,
berkelas internasional. Dan aku ‘menangkap’ yang papa ajukan untuk aku
bisa menerimanya.
Tetapi ketika papa mengatakan bahwa
pekerjaan ini adalah ‘volunteer’ ( tidak dibayar ) dan ini murni bentuk
pelayanan pada Tuhan ( RS Cikini adalah dalam lindungan yayasan
Persatuan Gereja2 Indonesia ), aku agak kecewa. Dan dengan lembut, papa
berbicara padaku bahwa kita jangan terus bekerja untuk uang.
Uang adalah penting, tetapi Tuhan akan memberikan yang kita butuhkan,
jika kita tidak larut dengan harta duniawi. Tumpuklah harta Surgawi,
jangan harta duniawi.
Dan sungguh, kata2 papa sangat
memberkas dalam hatiku dan setelah itu, aku sangat bersemangat untuk
mendesain, merenovasi atau hanya sekedar mengawasi, ketika RS Cikini
melakukan renovasi pertama dan membangun gedung URJ ( Unit Rawat Jalan
), dan gedung ini yang masih berdiri sampai sekarang adalah benar2 murni
hasil karyaku …..
Pembukaan dan Kebaktian Syukur untuk URJ RS Cikini
Ditambah lagi, ketika aku dirawat 6
bulan ‘bed-rest’ karena aku hamil Dennis, anakku yang pertama, dengan
hamil bersama tumor ( yang kemudian menjadi kanker ), RS Cikini
membebaskan semua biaya perawatanku sampai Dennis lahir. Yang mana
ketika aku iseng bertanya, sebenarnya berapa biaya 6 bulan ‘bed-rest’
ddalam sebuah unit VIP dengan infus sampai melahirkan, dokter2 dan
obat2, aku mendapatkan sebuah angka yang jika aku menjual rumah, mobil
serta aset2 kami yang lain, tidak akan mencukupi untuk biaya perawatanku
…..
Begitupun ketika papa menawariku untuk
menjadi dosen di sebuah Universitas kristen dimana pada Fakultas
Teknik-nya didirikan oleh papa, untuk pelayanan. Bahwa kata papa, walau
tetap mendapat gaji, tetapi tidak banyak untuk aku. Dan aku mengikuti
saran papa. Dan aku menerapkan pendidikan Kristiani dengan konsep
pelayanan, serta mahasiswa2ku menjadi sahabat2ku sekarang dalam Tuhan (
lihat tulisanku Sebagai Dosen: Bukan Hanya Mengajar Saja tetapi Mendidik untuk Takut Akan Tuhan ).
Puji Tuhan …..
Dan sejak itu, benar2 aku selalu
mengikuti apa yang papa katakan padaku tentang pelayanan, dan sekarang
aku justru ingin ber-pelayanan untuk Tuhan lewat komunitas2ku ( buku-
tentang kesaksianku serta Internet Sehat dan Aman ), seperti yang papa
inginkan papaku untuk aku perbuat …..
***
Papa adalah luar biasa! Ketika seorang
anak dewasa yang sedang bertumbuh dalam bekerja, ketika aku sedang
‘mekar2nya’ untuk mendapatkan uang lebih banyak, papa mampu
‘mengendalikan’ hatiku untuk tetap berpelayanan dan berusaha untuk
berbuat yang terbaik dalam pekerjaanku …..
Ketika sekarang aku sebagai pegawai
dalam keterbatasanku akibat srtoke, papa tetap menemaniku dengan kata2
lembut jika aku drop dan tersungkur karena merasa aku tidak mampu
berbuat yang semestinya sebagai arsitek lapangan, untuk aku terus
bekerja yang terbaik, walau memang tidak mungkin sama dengan aku dulu
…..
Dan ketika papa mampu membimbingku untuk
lebih melayani Tuhan lewat beberapa komunitasku, mungin papa bangga
kepadaku, walau aku merupakan anak yang justru sering ‘memberatkan’
papa. Karena aku justru menjadi beban fisik dan hati papa, karena harus
menemaniku kemanapun, walau beliau selalu berkata bahwa’
“Papa bangga padamu …..”
Dan ketika kata2 papa beberapa kali meluncur seperti itu, aku yakin bahwa papa memang bangga kepadaku …..
Pelayananku di hari2 terakhir papa
memang sangat nyata. Memang bukan berbentuk materi, tetapi aku memang
sering bersaksi bahwa Tuhan adalah yang luar biasa, dimanapun. Di
Gereja, komunitas2, TV atau radio, majalah, koran2. Papa dengan bangga
menggandengku ketika kemanapun aku bersaksi. Salah satunya “Saya Selalu Menyerahkan Anak Saya, Christie Terkasih, ke Dalam Kasih Tuhan,” kata Papaku
***
Pelayanan papa terus bergerak. Bukan
hanya di komunitas2 yang papa lakukan, tetapi kepada siapapun. Banyak
teman2 papa mengakui dengan papa terjun ke komunitasmereka, dan papa
tidak mau diberi ‘uang lelah’, mereka sangat berterima kasih dan papa
terus bertemu dengan banyak orang yang memang membutuhkan pelaayanan
papa. Begitu sampai akhir hayatnya …..
Hatiku bergetar jika aku mengingat daya
juang papa dalam melayani Tuhan. Lewat pelayanan keluarganya,
komunitas2nya, pekerjaan2nya bahkan lewat banyak orang lain yang mungkin
papapun tidak mengenalnya. Dan aku berjanji, dengan pengalamanku
bersama papa, dan dengan bimbingan Tuhan lewat papa, aku berjanji untuk
terus melayani semampuku untuk Tuhan dan banyak orang, yang terbaik bagi
semuanya ……
Aku berjanji, pa …..
Terima kasih Tuhan ….. Terima kasih papa …..
Tags: Catatan Harian , Sosok
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Papa dan Aku dalam Pelayanan”
Posting Komentar