Rabu, 13 Maret 2013
“Bidadari Kecil” Papa
Rabu, 13 Maret 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Papa selalu menggandengku, sekarang ini. Dimanapun. Bahkan jika papa menemaniku ke kantor, papa lebih memilih menggandengku, dibandingkan aku yang berpegangan pada tangan papa. Dan akhir2 ini, sekitar 2 minggu sebelum papa dijemput Yesus, aku ingin terus memeluk tangan papa, ketika papa mengeluh,
Tags:
Catatan Harian ,
Sosok
Boneka papa, tetap aku simpan, walau
sudah sejak tahun 1971-an. Sebuah boneka sederhana. Sebuah boneka kecil,
sekitar 20 cm tingginya. Sebuah boneka anak kecil laki2, berambut
pirang dan ‘kriwil’ seperti papa, sehingga aku sebut ‘Boneka Papa’ …..
Aku lupa baju boneka itu, aslinya.
Tetapi yng aku ingat, bahwa mama menjahitkan baju untuk ‘Boneka Papa’.
Kain batik coklat kekuningan sederhana, sesuai dengan boneka tersebut.
Aku juga ingat, kain batik itu sisa dari kain batik yang mama jahitkan
baju untukku. Dan Boneka Papa benar2 perpaduan papa dan mama, dan sangat
memberkas untukku.
Orang tuaku sangat meperhatikan kami,
ketiga anak2nya, termasuk aku. Adik2ku laki2 dan selalu diberikan
mobil2an dan permainan laki2. Dan aku, satu2nya anak perempuan, sering
diberikan boneka. Walau sejak kecil, aku lebih senang permainan laki2.
Tetapi papa lebih memilih aku menjadi ‘bidadari kecil’ nya dibanding
jika aku menjadi ‘jagoan’. Walau pun aku tetap bisa berbagi antara
hatiku sebagai bidadari kecil papaku dengan keinginanku sebagai anak
perempuan jagoan, diantara adik2ku …..
Seperti tulisanku terdahulu, papa selalu
membangunankan aku ketika beliau hampir berangkat ke kantor. Kami
sebentar bermain bersama. Papa mengambil Boneka Papa, dan bermain
denganku. Boneka Papa di’uyel2′ di perutku, sampai aku kegelian dan
tertawa terbahak2. Menyenangkan sekali, mengingat masa2 itu …..
Semakin besar, papa tetap menganggap aku
sebagai ‘bidadari kecil’nya. Bahkan dulu aku sempat malu, jika papa
menggandengku kemana2, padahal ada teman2ku di sekelilingiku, ketika aku
sudah beranjak ABG. Tetapi papa sepertinya tidak peduli. Dan itu
membuat aku agak menarik diri. Jaim. Walau jika di lingkungan keluarga,
aku bangga dengan gandengan tangan papaku.
Aaahhh … Sepertinya sekarang, aku akan
memilih terus bergandengan tangan dengan papa, walau sekarang aku
seorang perempuan dewasa, seperti masa-masa 3 tahun aku sebagai disabled
pasca stroke.
Papa selalu menggandengku, sekarang ini. Dimanapun. Bahkan jika papa menemaniku ke kantor, papa lebih memilih menggandengku, dibandingkan aku yang berpegangan pada tangan papa. Dan akhir2 ini, sekitar 2 minggu sebelum papa dijemput Yesus, aku ingin terus memeluk tangan papa, ketika papa mengeluh,
“Papa capek” …..
Tetapi papa terus menggandengku, tetap seperti aku sebagai bidadari kecilnya … Ah, papa …..
Boneka Papa terus aku simpan. Dibawa2
kesana kemari. Pindah rumah lama ke rumah baru. Tetap menempati ruang
khusus sebagai Boneka Papa. Sampai pada akhirnya, ketika aku kembali
lagi ke rumah orang tua, Boneka Papa menempati lemari kaca khusus di
ruang kamarku sejak kecil. Dan ketika aku ‘pulang’ ke rumah orang tuaku
setelah bercerai, aku kembali lagi menjadi bidadari papa …..
Jika suatu saat papa tidak bisa menjemputku dari manapun, tetapi begitu aku sampai rumah, papa sudah siap di muka rumahku untuk menjemputku. Begitu aku turun dari mobil, pun papa sudah membuka pintu mobilku, tangan kanannya siap untuk aku pegang untuk aku turun dari mobil Setelah itu, aku digandengnya sampai masuk rumah, bahkan sering papa menggandengku sampai masuk kamarku ……
Jika suatu saat papa tidak bisa menjemputku dari manapun, tetapi begitu aku sampai rumah, papa sudah siap di muka rumahku untuk menjemputku. Begitu aku turun dari mobil, pun papa sudah membuka pintu mobilku, tangan kanannya siap untuk aku pegang untuk aku turun dari mobil Setelah itu, aku digandengnya sampai masuk rumah, bahkan sering papa menggandengku sampai masuk kamarku ……
Papa benar2 sipa untuk melayaniku.
Terlebih sekarang ini. Bidadari kecilnya seakan telah kembali.
Sepertinya beliau tidak peduli bahwa aku sudah dewasa. Papa tetap
menganggap aku adalah benar2 bidarari kecilnya, seperti apapun aku ……
***
Ketika kita sebagai anak, tetap merasakan kepedulian orang tua dari
kecil hingga dewasa seperti aku, merupakan kesaksian yang menghidupkan.
Bahwa beberapa orang tua mampu ‘menghidupkan’ masa kecil anak2nya,
hingga dewasa. Dan mereka bisa dengan bangga melihat bahwa orang tuanya
bisa menjadikan hidup keluarga sebagai kesaksian kasih Tuhan dalam
dunia.
Seperti aku, Puji Tuhan, papa mampu
menghidupkan kasih masa kecilku dan kami semua. Dan kasih papa terus
berakar dalam hati dan jiwa kami, walau keberadaan papa sekarang sudah
bahagia di samping Yesus …..
“Pa, ini bidadari kecil papa. Terima kasih pa, terima kasih atas kasihmu …..”
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to ““Bidadari Kecil” Papa”
Posting Komentar