Senin, 11 Februari 2013

Kisah Seorang Gadis Tuna Rungu



By Christie Damayanti


1360576893720302280
limpingchicken.com

Insan ‘disabled’ itu bukan hanya berkursi roda saja lho. Yang terlihat di sekeliling kita adalah orang2 cacat dengan tongkat atau di kursi roda. Insan disabled itu sangat banyak. Dari cacat fisik yang benar2 terlihat, seperti memakai tongkat, berkursi roda, lalu ada juga disabled tuna netra, tuna rungu, tuna daksa atau tuna2 yang lainnya. Mereka tetap disebut sebagai insan disabled. Bahwa banyak sekali insan disabled yang ada di dumi Indonesia ini, ternyata tidak bannyak yang tahu dan peduli tentang kegiatan serta fasilitas2 bagi mereka. 
Bahkan pemerintahpun masih ‘ragu2′ untuk membuat fasilitas2 insan disabled dalam perencanaan kota …..
Aku banyak mempunyai teman insan disabled, ditambah lagi sekarang ini. Sebagai bagian dari mereka, insan disabled karena stroke, aku juga merasakan bahwa kepedulian ‘mereka’ diluar sana belum menjadikan bukti bahwa Indonesia merupakan negara ‘ramah disabled’.

Tulisan ini, aku dedikasikan untuk teman2 insan disabled, khususnya disabled tuna rungu, yang aku sangat hormati. Bahwa dengan keterbatasan tanpa bisa mendengar, mereka bisa menjadi generasi muda penerus yang membanggakan. Apakah kita bisa membayangkan, bahwa mereka tidak atau belum pernah tahu, apa yang disebut SUARA? MUSIK? Untukku, tidak bisa dibayangkan …..

Sejak aku mampu untuk menerima seorang anak angkat setelah menikah, aku sudah dihadapkan untuk berbaur dengan insan disabled tuna rungu. Saudara sebagai keponakan dari mantan suami, terlahir sebagai insan tuna rungu. Sebut saja namanya Tika. Dia lahir di Yogyakarta dengan orang tua yang tidak mampu, sehingga kami ingin membiayainya. Jika Tika terlahir normal, mungkin kamitidak terpikirkan untuk mengangkat anak. Tetapi Tika nuta rungu. Seorang bayi mungil yang manis, Tuhan memberikan keterbatasan, tetapi kami yakin bahwa ada berkat dibalik semuanya …..

Tika bertumbuh sebagai anak tuna rungu yang cukup cerdas, ceria dan cantik. Dia tetap tinggal dengan orang tuanya di Yogyakarta, tetapi setiap bulan kami mengirimi dana hidup dan pendidikannya. Tidak ada perjanjian sama sekali, tetapi niat masing2 dari kami adalah tulus untuk menjadikan Tika seorang gadis hebat, sehingga Tuhan memberikan berkat2 untuk Tika menjadi gadis tuna rungu yang luar biasa!

Ketika Tika mulai bersekolah, kami menyekolahkannya di asrama untuk lebih mandiri. Di Yogyakarta memang ada beberapa sekolah SLB tetapi tidak berasrama. Sehingga kami menyekolahkan di Wonosobo, SLB Dena Upakara. Dari umur 5 tahun ( TK ), Tika sudah mampu mandiri dalam keterbatasannya. Banyak cerita dibalik  daya juang nya sebagai insan tuna rungu, yang akan aku bahas di artikel2 selanjutnya. Sampai Tika lulus SMA dan dia tidak ingin melanjutkan sekolahnya. Dia ingin bekerja, untuk membantu orang tuanya.

Dengan banyak diskusi dengan kami, Tika dan orang tuanya serta bertemu dengan beberapa gurunya, serta pengertian sebagai seorang gadis remaja dalam keterbatasan, jadilah Tika mau kursus menjadi seorang ‘hair-dresser’ ( di sebuah sekolah hair-dresser terkenal ) serta bahasa Inggris, selama 1 tahun, dan Tika lulus dengan membanggakan. Sekarang ini, dia membuka salon kecil2an di depan rumahnya di Yogyakarta. Dan dia mampu menjadi berkat bagi kedua orang tuanya serta seorang adik lelakinya …..

Tidak gampang, membesarkan seorang anak disabled. Insan disabled, sangat rentan dengan ketidak-percayaan dirinya, walau bukan semuanya. Memang tidak bisa digeneralisir, tetapi aku sebagai bagian dari insan disabled, aku sangat mengerti tentang ketidak-percayaan diri. Walau itu bisa diasah, tetapi dengan Tika masih mempunyai orang tua kandung serta kami tidak sekota dengan nya, bisa dibayangkan bahwa banyak sekali masalah2 yang mengelilingi Tika. Tetapi ternyata Tika mampu! 

Dan hasil pengamatanku, insan disabled memang sering tidak percaya diri, tetapi justru mereka lebih bisa mengatasinya karena semangat juangnya lebih tinggi dari pada orang2 normal, justru insan disabled yang sejak lahir, sejak kecil atau cacat bawaan, apalagi jika orang tuanya serta lingkunganya tidak ‘memusuhi’nya …..

Tika sekarang tumbuh menjadi seorang perempuan insan disabled tuna rungu, berumur 22 tahun yang mandiri, cantik, bebas berkarya serta mampu memberi berkat bagi keluarganya …..

Lain lagi dengan seorang teman baru, Nisa, anggota dari Young Voice Indonesia ( lihat tulisanku ‘Peduli Disabilitas’: Dunia Berharga Penuh Makna ). Nisa seorang disabled tuna rungu yang luar biasa! Aku memang baru mengenalnya beberapa minggu yang lalu. Tetapi aura keluar-biasaan nya sangat kental terasa. Nisa seorang  mahasiswa interior yang sangat berbakat, cantik, serta sangat mandiri. Aku tidak tahu masa kecilnya, tetapi dengan aku melihat kehidupan dan kegiatannya sekarang ini, aku yain bahwa kehidupan masa kecilnya merupakan kehidupan yang membahagiakannya.

Karena aku pernah ‘hidup’ dengan Tika, anak angkatku sebagai insan disabled tuna rungu, sehingga aku sudah mengerti, apayang ada di hatinya. Seperti Tikan, walau aku baru mengenalnya, Nisa aku anggap anakku sendiri, Nisa seumuran dengan Tika.

Tika memang tidak mau kuliah, tetapi dia mau mengembangkan dirinya dengan bekerja. Berbeda dengan Nisa, dia mengasah kemampuannya denga kuliah di Universitas umum, berteman dengan orang2 normal serta berorganisasi dengan cekatan. Nisa adalah seorang pengurus dari Young Voice Indonesia, yag aktif.

Pertemuan kedua dengan nya ketika kegiatan filateli beberapa minggu lalu. Dan sampai malam, aku mengamati Nisa, dengan kepercayaan-dirinya, tidak ada yang tahu dan melihat bahwa Nisa adalah disabled tuna rungu. Bahwa dia beerani menjelajah kota Jakarta dalam berkegiatan sendirian dengan kendaraan umum, malam-malam pula, itu salah satu keluarbiasaannya ….. luar biasa!

Dalam komunikasiku dengan kedua gadis luar biasa ini, aku harus pintar2 ‘berbicara’ dengan mulut yang terbuka lebar. Mereka akan ‘membaca’ mulutku jia aku berbicara dengan mereka, dan mereka mampu untuk berkomunikasi dengan baik. Jika aku lupa untuk membuka mulutku, mereka pasti kebingungan karena mereka tidak bisa membaca bibirku. Mereka mengerti dengan bahasa isyarat, tetapi aku tidak bisa, kan?

Persahabatanku dengan kedua gadis belia ini, membuat aku tersadar, bahwa hidup itu jangan pernah terus mengeluh. Ketika aku sekarang sebagai bagian dari insan disabled baru 3 tahun ini, aku tahu bahwa ada banyak insan yang terlahir disabled. Banyak dari mereka bertumbuh dalam keluarga yang tidak sejahtera ( komunikasi atau materi ), tetapi mereka mampu menjadi seseorang yang luar biasa! 

Walau memang sebagai manusia biasa, ada keterbatasan2, tetapi insan2 disabled akan lebih ‘tidak mampu’ dibandingkan dengan orang normal, apalagi tanpa kepedulian banyak orang termasuk pemerintah dengan ketidak adanya fasilitas2 standard di Indonesia, seharusnyalah mulut kita terkunci dari segala macam keluhan. Paling tidak, jika mengeluh, marilah kita langsung kehadapan Tuhan saja, tanpa harus selalu mengeluh kemanapun …..

Salam dari kami, insan disabled tetapi tetap berkarya …..

Tags: ,

0 Responses to “Kisah Seorang Gadis Tuna Rungu”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan Artikel Saya

© 2013 Christie Damayanti. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks