Jumat, 22 Februari 2013
Dari Cita-cita Sebagai Diplomat, Berakhir Sebagai Pegawai Biasa …..
Jumat, 22 Februari 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Tags:
Muda
Salah jurusan? Aku sih tidak pernah
’salah jurusan’. Yang ada temanku. Dan salah jurusan itu, bisa membuat
hidup kita ‘berantakan’ …..
Sejak kecil, sejak aku mengenal sebuah
cita-cita jaman masik duduk di bangku TK, aku sudah sangat tahu, apa
yang aku mau tempuh untuk bekerja. Memang itu pikiran anak kecil. Ketika
papaku mengajak aku untuk belajar seperti beliau, sebagai insinyur, aku
meliuhatnya sangat keren dan memang aku sangat tertarik untuk belajar.
Sejak kecil, aku benar2 sudah memantapkan untuk nantinya aku mengambl
jurusan arsitek, yang sekarang adalah mati-hidupku dalam bekerja. Dan
arsitek adalah hidup dan jiwaku, secara aku memang sangat suka dengan
desain bangunan …..
Itu aku. Bagaimana yang lain? Aku tidak tahu, tetapi yang jelas, tidak dengan temanku.
Ceritanya begini :
Temanku, teman 1 SD, 1 SMP dan sahabat
SMA lain sekolah karena SMA ku semua berjenis kelamin perempuan. Aku
mengenalnya memang sejak kecil. Cita2nya selalu berubah. Jaman SD, dia
ingin menjadi insinyur, sama dengan aku. Lalu berubah beberapa kali
sampai SMP. Dia ingin menjadi Dokter. Tak apa, toh masih jauh. Berubah
lagi, sampai SMA, dia ingin menjadi astronot, terus berubah sampai
mencari jurusan kuliah setelah lulus SMA. Semakin lama, cita2nya semakin
tinggi, terus menjulang …..
Tidak salah, memang. “Gantunglah cita2mu setinggi langit”.
Itu adalah motto ku. Begitu juga cita2ku sebagai seorang arsitek
handal. Dan temanku, sebut saja Tigor, dia benar2 mempunyai cita2 yang
luar biasa tinggi!
Hihihi ….. jaman SMA aku sudah bisa ‘menakar’
kemampuanku. Untuk menjadi seorang arsitek handal pun aku harus benar2
belajar denan sungguh2, apalagi, ketika aku tahu, apa yang menjadi cita2
Tigor. Terakhir setelah lulus SMA dia mengambil jurusan Hubungan
internasional. Ingin menjadi Diplomat dan bekerja di luar negeri. Syukur2
katanya, dia bisa ‘masuk’ di pemerintahan Amerika …… Wuuiiiiihhhhh ……
OK,tidak masalah! Semua cita2 masing, dan sekaranglah kami mulai mewujudkan cita2 kami tersebut.
Aku belajar dengan sangat tekun, SKS
demi SKS aku selesaikan, sampai aku lulus S1 sebagai seorang arsitek
dengan hasil luar biasa dalam waktu 4 tahun ( dulu, kuliah arsitektur
harus menempuh 166 SKS yang seharusnya ditempuh dalam waktu sektar 5
sampai 6 tahun.Tetapi aku bisa lulus dalam waktu 4 tahun ). Dan aku
mulai bekerja sebagai profesional muda, sebelum aku melanjutkan
pendidikan S2 ku.
Aku bisa memantau Tigor. Tahun pertama
di jurusan Hubungan Internasional ( HI ), dilaluinya dengan baik. Tahun
kedua, dia sudah bilang, bosan, dan ingin ganti jurusan. Waaahhh ….. dan
dia benar2 keluar dari HI, padahal dia bisa kuliah di UI lho!
Dia pindah ke lain kota, dan kuliah di
jurusan peternakan. Heh? Dari Hubungan Internasional dan bercita2
sebagai Diplomat dan bekerja di Amerika, tiba2 langsung ingin kuliah di
pertenakan?? Tidak habis pikir, apa yang dia inginkan dalam hidupnya!
Di jurusan peternakan, dia memang bisa
lulus tetapi dengan nilai pas-pasan. Tigor sih tidak nakal, tidak
bandel. Tetapi entahlah, mengapa perjalanan pendidikannya tidak sesuai
dengan hidup nya? Padahal Tigor beruntung dengan keluarganya yang cukup
berada dan siap membiayainya sampai kapanpun …..
Sebagai insinyur peternakan, seharusnya
dia ‘membumi’ untuk beradaptasi dengan pedesaaan, sebelum dia meningkat
sebagai peneliti. Tetapi Tigor, seperti biasa, ‘jurusannya’ bertukar
lagi! Gelarnya ditinggal di belakang, dan dia melamar menjadi seorang
‘banker’ ….. heh? Belajar tentang keuangan? Kapan? Aku menggeleng2kan
kepalaku ….. sementara karirku mulai menanjak sejak tahun 1997, tetapi
Tigor masih diam ditempat …..
Pantauanku tentang Tigor terus
berlanjut. Aku dengar, dia melanjutkan kuliah S2, bersama dengan aku.
Aku mengambil Manajemen yang akan membuat gelarku sebagai arsitek,
bertambah luas. Strategis! Bahwa arsitek itu adalah gelar teknis, dan
sangat mikro, tetapi dengan aku mengambil jurusan manajemen, bidang yang
mikro itu akan lebih luas untuk mendesain konseptual dalam berinteraksi
dengan dunia bisnis.
Tetapi jurusan apa yang diambil okeh
Tigor? Dia mengambil jurusan Makro Ekonomi untuk pertanian! Heh?? Apa
itu? Lah, kan dia S1 nya jurusan peternakan? Lalu bekerja sebagai
‘banker’, terus mengapa kuliah S2 dengan jurusan itu??? Bingung …….
“Masa bodoh, deh”, pikirku. Toh dia tidak mau dinasehati!
Aku mampu menjalani S2 ku dengan baik,
bahkan setelah lulus aku diminta mengajar dan mendapat beasiswa
meneruskan S3 di Amerika karena cum laude, walau tidak aku ambil, karena
anakku yang kecil, Michelle, bermasalah dengan kesehatannya. Tetapi aku
bisa mengajar S2 selama 5 tahun sebelum aku resign karena peerjaanku
benar2 padat …..
Tigor tidak lulus dengan pendidikan S2
nya. Aku tidak tahu, apa yang dipikirkannya. Dan ketika karirku semakin
menanjak, Tigor hanya ‘mampu’ bekerja sebagai ‘administrasi proyek’.
Yang aku tanya, apa pekerjaannya. Dia dia bercerita bahwa sehari2 dia
melakukan tugas administrator proyek disebuah perusahaan kontraktor
kecil …..
Aku bukan ingin mengatakan bahwa
administrator merupakan pekerjaan yang tidak bagus, tetapi jika memang
itu adalah cita2nya, administrator adalah sebuah pekerjaan yang luar
biasa! Tidak ada yang bisa menyusun dan mengurusi catatan2 serta
mengarsip file secantik seorang administrator!
Tetapi dengan ‘ego’ nya,
Tigor sekarang hanya mampu seperti itu, tanpa peningkatan ’skill’ dan
kemampuan sebagai seorang administrator! Yang aku dengar, dengan di
dunia yang sama ( dunia konstruksi, termasuk kontraktor ), aku bisa
sangat memantau, bagaimana karir Tigor …..
Yang jelas, dia sih terlihat hepi2 saja,
belum menikah, dan hidupnya pun tidak ‘bandel’. Gajinya saja setara
dengan pekerja eksekutif sangat junior, yang baru bekerja ( mungkin
karena dia tidak mau meningkatkan kemampuannya ). Dan pulang bekerjapun,
Tigor langsung pulang ke rumah …, tidak berfoya2 tetapi juga tidak
mengandalkan uang keluarga ……
Jadi, sebenarnya, apa yang dia cari ???
***
Semuanya memang harus dari diri sendiri.
Pun dalam memilih jurusan. Cerita tentang Tigor selalu aku gunakan
untuk memacu semangat anak2ku, sehingga jika pada waktunya, anak2ku
tidak salah memilih jurusan sesuai dengan cita-citanya …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Dari Cita-cita Sebagai Diplomat, Berakhir Sebagai Pegawai Biasa …..”
Posting Komentar