Kamis, 31 Januari 2013
Tentang Rencana 6 Ruas Jalan Tol dalam Kota Jakarta
Kamis, 31 Januari 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Aku tidak pernah membela siapa2 dan aku
juga tidak pernah memusuhi siapa2. Aku berdiri sebagai diriku sendiri,
independen. Baik dalam IDKita Kompasiana, ataupun sebagai arsitek dan
urban planner. Tulisanku ini, aku adalah sebagai seorang warga Jakarta
yang sangat mencintai kota Jakarta dan ingin membuat Jakarta lebih baik.
Dari semasa kecil ketika papaku selalu bercerita tentang pembangunan
Jakarta, secara papa pernah sebagai pejabat pemda Jakarta, sampai aku
kuliah sebagai arsitek dan meneruskan S2 dengan thesis tentang manajemen
Jakarta, sampai sekarang sebagai pemerhati lingkungan, arsitek humanis
serta urban planner.
Ketika jaman Bapak Fauzi Bowo menjabat
sebagai Gubernur Jakarta, jujur, aku seringkali tidak setuju dengan
putusan2 beliau tentang Jakarta. Terus berulang kali sehingga aku
menjadi tidak peduli dengan putusan2nya itu. Pun ketika itu aku lebih
banyak bekerja keras, walau semua ideku tentang Jakarta tetap aku
uraikan dalam thesis serta beberapa artikel untuk diriku sendiri saja.
Desain, konsep serta keinginan2ku tentang Jakarta, tetap aku simpan rapi
di hardisk-ku serta ada di dalam hati dan pikiranku …..
Pikiranku terus berkembang, sampai
pergantian gubernur Jakarta. Bapak Jokowi dan bapak Ahok menjadi
Gubernur Jakarta dan tidak aku sangka, bahwa banyak pikiran2ku sesuai
dengan pikiran2 mereka untuk membangun Jakarta lebih baik. Banyak
putusan2 strategis beliau tentang tata ruang serta pembangunan Jakarta,
seiring dengan pikiranku, sehingga aku mampu menggali hati dan
pikiranku, dimana bisa jadi yang aku pikirkan benar2 sejalan dengan
mereka sehing8ga menjadikan arus sinergis bagi semuanya.
Cerita pak Jokowi yang menolak dengan
pembangunan 6 ruas jalan tol di Jakarta, membuat aku tersenyum. Aku
tidak mau menyalahkan siapapun. Aku juga tidak mau bersinergis atau
pro-kontra dengan siapapun. Tulisan ini murni dari hati dan pikiranku
sendiri. Bahwa menurutku, 6 ruas jalan tol memang sangat membuat Jakarta
lebih buruk dari sekarang!
Konsep 6 ruas jalan tol Jakarta,
berada di tempat2 strategis bisnis, sehingga menambah kemacetan Jakarta.
*mendingan bikin MRT yang cantik dan apik serta keamanan yang terjamin*
Yang pertama.
Tidakkah semua orang tahu dan mengerti, bahwa Jakarta sekarang sedang ‘tenggelam?’.
Bisa tenggelam dalam arti sebenarnya dan tenggelam dalam arti kiasan?
Tenggelam dalam arti sebenarnya adalah, bahwa Jakarta semakin ‘melesak’
turun jauh sehingga air laut sekarang sudah sampai daerah Monas. Artinya
apa? Artinya adalah jika hujan serta air kiriman dari daerah hulu ke
Jakarta, bagaimana air bisa ke laut? Bahkan air lautpun sudah sampai
daerah Monas?
Lalu, apa yang terjadi jika beban Jakarta ( dengan
pembangunan2 gedung2 tinggi atau 6 ruas jalan tol ) tetap di kerjakan?
Orang bodohpun akan tahu, bahwa Jakarta akan semakin tenggalam, dalam
arti yang sebenarnya ……
Begitu juga dengan ‘tenggelam’ dalam arti kiasan. Bahwa
Jakarta akan terus melebur dengan kisruh, chaos serta crowded, sehingga
kota Jakarta akan bertambah buruk dengan terus menjamurnya pembangunan
secara fisik, yaitu TIDAK PEDULI nya tentang Ruang2 Terbuka Hijau ( RTH
), sehingga semakin tenggelamlah kota Jakarta. Artinya,
kota Jakarta semakin melesak kedalam laut ditambah dengan chaos-nya bumi
Jakarta dengan semakin tidak adanya RTH dan semakin gundulnya daerah
hulu, dan samakin buruklah tempat tinggal kita di Jakarta, dan lama
kelamaan Jakarta benar2 tenggelam …..
Yang kedua.
Jika kita tetap tidak peduli dengan ‘tenggelamnya Jakarta’, mungkin kita mau peduli dengan tentang kemacetan Jakarta. Apakah orang2 tidak tahu atau tidak mengerti bahwa Jakarta itu sekarang HANYA MEMBANGUN GEDUNG2 DAN RUMAH2 saja, tetapi TIDAK PERNAH MEMIKIRKAN TENTANG INFRASTUKTUR nya. Ok,
mungkin orang2 tidak mengerti karena infrastruktur Jakarta ‘tidak
kelihatan’, yang terlihat hanyalah gedung2 dan rumah2nya saja. Tetapi,
apakah tidak ada yang peduli bahwa infrastruktur Jakarta ( termasuk
panjang jalan ) sedikit sekali terbangun?
Padahal, pemerintah ataupun
secara pribadi, memasukkan kendaran ( mobil dan motor ) terus menerus
dari luar negeri, sehingga akhirnya panjang jalan Jakarta tidak mampu
untuk membendung kendaraan bermotor? Orang2 hanya melihat yang TERLIHAT!
Demi gengsi, gedung2 terus bertambah, demi gengsi rumah2 mewah terus
bertambah walau mereka tidak menempati rumah mewah itu, yang atanya
hanya untuk inventaris, dan demi gengsi mobil2 terus berdatangan …..
Panjang jalan itu memang sebuah keharusan bagi sebuah kota yang sedang membangun. Jika
kita melihat kota2 di Eropa, dimana mereka memang itidak mau membangun
lagi dan hanya ingin men-sejahterakan warganya, itu lain lagi, bahwa
secara fisik mereka memang tidak mau membangun lagi, tetapi lebih kearah
pembangunan menyejahterakan warganya.
Tetapi bagaimana dengan Jakarta,
sebuah kota dan negara yang memang benar2 sedang membangun? Dan
pembangunan panjang jalan bukan berarti membangun ruas jalan
tol, bertingkat dan langsung 6 buah, yang mana sangat membuat Jakarta
semakin melesak ke dalam …..
Yang ketiga.
Tahukah kalian, bahwa sebuah kota bukan
hanya tentang kesejahteraan warganya saja, juga bukan tentang gengsi
serta kenyamanannya saja yang diutamakan. Apalagi tentang benar2
fasilitas2nya saja yang diutamakan. Sebuah kota, apalagi sebagai ibu kota negara, tetap sangat membutuhkan ESTETIKA KOTA.
Coba lihat. Jika kita melihat dari atas gedung tinggi atau foto udara
dari Google, apakah yang terlihat? Hanya bangunan2 yang chaos dan
crowded TANPA Ruang Terbuka Hijau sserta taman2 yang menjanjikan?
Yang
pasti, hanya sepanjang jalan Monas - Thamrin - Sudirman, serta sepanjang
jalan dari Semanggi - Gatot Subroto saja yang terlihat ‘indah’, pun
tidak indah2 amat! Konsep2 Jakarta sebagai ‘kota tumbuh’
memang benar, tetapi dengan konseptor2 Jakarta yang ada sejak dulu,
seharusnya Jakarta tetap bisa sebagai ‘kota tumbuh’ yang cantik, apik
dan nyaman untuk warganya.
Bahwa konsep mendesain kota
adalah TIDAK TERKUMPUL atau MEMBANGUN di dalam kota, untuk pemukimannya,
tetapi membangun suburb2 atau kota2 satelit di sekitar Jakarta. Dan
kenyataannya, karena developer terus membangun rumah, yaang seharusnya
ada di sebuah suburb atau kota satelit, tetapi kenyataannya, suburb atau
kota satelit itu melbar dan menjadi satu lagi dengan Jakarta …..
Estetika kota akan menjadi hal yang
samar, ketika hanya bangunan2 saja yang ada di Jakarta, dengan rumah2
yang terus tumbuh. Jika kita pernah melihat kota2 dunia yang sangat
rapi, bahwa kota2 itu benar2 takluk dengan konsep dan desain dari si
desainer, sehingga pemda disana tidak akan memberikan ijin utuk
membangun jika memang si desainer tidak mengijinkannya …. Sebuh estika
kota akan menjadi bayang2 belaka untuk Jakarta …..
Yang keempat.
Dengan membangun 6 ruas jalan tol, berarti mengijinkan warga Jakarta terus berkeinginan untuk terus :
- Membeli mobil baru, karena jalan lebih ‘banyak’ ( walau juga tidak banyak ) dan jalan tol.
- Tidak mau bersusah-susah
untuk naik Trans Jakarta atau kendaraan massal Jakarta, padahal inilah
yang diinginkan Jakarta, untuk mengurangi kemacetan.
- Selalu berkegiatan di
Jakarta dan justru tidak ingin keluar Jakarta. Orang2 yang membuka
pekerjaan, tidak mau membuka kantor di luar Jakarta, padahal konsep kota
satelit, seharusnya, kita tinggal disana, bekerja disana serta
berkegiatan disana, dan Jakarta hanya jika ada seatu kepentingan saja
…..
***
Ini baru 4 topik saja yang aku angkat
tentang kebutuhan Jakarta untuk 6 ruas jalan tol. Belum lagi yang lain,
yang mungkin bisa aku jabarkan di artikel selanjutnya. Konsep ruas
Semanan - sunter ( 17,88 km ) dan ruas Sunter - Bekasi ( 11 km ), serta
ruas Duri Pulo - Kampung Melayu ( 11,38 km ), Kemayoran - Kampung
Melayu ( 9,65 km ), ruas Ulujami - Tanah Abang ( 8,27 km ) dan ruas
Pasar Minggu - Casablanca ( 9,56 km ), akan membuat Jakarta
’saling-silang’.
Artinya, akan ada banyak jalan melayang, tanpa di
perhitungkan dari segi estetisnya, sehingga, mungkin saja akan ada ruas
jalan2 arteri yang menyempit yang akan mengganggu untuk berkegiatan,
seperti di ruas jalan layang sepanjang ujung jalan Prof.Dr.Satryo yang
sedang dibangun …..
Foto diatas, menggambarkan betapa
sempitnya ruas jalan untuk mobil serta untuk kegiatan disana. Karena
konsep jalan layang di Jalan Prof.Dr.Satryo, sepertinya tidak didesain
dengan konprehensif, sehingga dalam 1 titik yang bermasalah akan di
selesaikan hanya di 1 titik saja …..
Ditambah dengan jalan layang yang
ada di atasnya, membuat bangunan2 di sekitarnya sangat crowded dan
sumpek, apalagi pasti dibawahnya selalu terdapat pedagang2 makanan,
menambah lebih berantakan ……
Memang tidak ada yang sempurna dalam
hasil desain seorang desainer, pun juga desainer kondang top. Tetapi
paling tidak, konsep seorang desainer ‘urban planner’ harus tahu bahwa
untuk mendesain kota itu bukan sembarangan. Urban planner pasti dan harus mendsain secara KOMPREHENSIF, bukan hanya sekedar mendesain jika ada kekurangan, bukan di desain sejak awal mulanya …..
Dengan
Jakarta adalah memang ‘kota tumbuh’, seharusnyalah pemda dan warga
Jakarta mampu untuk bisa menahan diri dalam pembangunan Jakarta, jika
kita mau hidup di sebuah kota yang nyaman, tentram dan sejahtera ……
*Menurutku sih, mendingan bikin dan benerin MRT saja dengan fasilitas2 cantik dan apik serta keamanannya yng baik …..*
Tags: Jakarta , metro , transportasi
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 Responses to “Tentang Rencana 6 Ruas Jalan Tol dalam Kota Jakarta”
30 Desember 2015 pukul 00.23
Tulisan ini sudah anda buat 3 tahun yang lalu, tpi masih bisa kita diskusikan, saat ini 6 ruas tol hampir pasti di eksekusi pemda jakarta dan pemerintah pusat, saya bukan orang planologi (ahli tata kota) atau pun orang pemerintahan..saya hanya warga jakarta yg lahir dan besar di kota ini yg sudah saya tempati selama 33 tahun.....menurut kacamata saya 6 ruas tol dalam kota sangat penting tetapi lrt, mrt, brt juga sangat penting....pembangunan kota jakarta dan sekitarnya sangat luar biasa...ekonomi bergerak maju,daya beli masyarakat juga luar biasa sehingga menyebabkan ada 3 juta mobil dan hampir 9 juta sepeda motor infrastruktur di pinggir kota sangat pesat ini bisa kita lihat konstruksi tol Jorr 1, toll joor 2 ( proses konstruksi) tol becakayu ( proses konstruksi), tol cikampek 2 (studi kelaikan/ hampir pasti dieksekusi), mbak...jalan jalan baru itu butuh terkoneksi dengan 6 ruas tol baru. Mobilitas kendaraan butuh jalan baru saat masuk jakarta dari luar kota. Apakah anda tau..bahwa luas jalan berbanding luas kota sangat minim sekali....hanya 7/8% dari total luas kota jakarta. Seandainya 6 ruas tol baru itu selesai sekalipun luas jalan hanya sebesar 8/10 % dengan angka2 tadi itu belum merupakan luas yg ideal bagi kota megapolitan seperti jakarta. Angaka 15 % adalah angka kota yang ideal seperti singapore, tokyo dan kota2 besar-maju lainnya
Posting Komentar