Sabtu, 26 Januari 2013
‘Peduli Disabilitas’: Dunia Berharga Penuh Makna
Sabtu, 26 Januari 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sebelumnya : Aku Cacat? So What?
Sabtu 26 Januari 2013 Aku di temani oleh
Valentino, di Pusat Study Jepang - Universitas Indonesia mulai jam 8.30
pagi, mengikuti sebuah acara yang sangat apresiatif, sebuah acara yang
membuat hati dan dadaku bergetar, yaitu National Meeting
& Seminar “Young Voice Indonesia” dengan tema : Partisipasi Pemuda
Disabilitas dan Kebijakkan dan Peran Pemerintah Dalam Pelaksanaan UNCRPD
di Indonesia.
Pagi itu, bersama orang2 muda dalam
keterbatasan fisik, kami mendapat sebongkah pengalaman baru tentang
bagaimana orang2 muda penyandang disabilitas ( dengan kursi roda, tuna
netra, tuna rungu, dan sebagainya ) , berusaha untuk membuka mata banyak
orang khususnya warga Indonesia, bagaimana kita peduli dengan mereka,
untuk berkehidupan yang positif sebagai warga negara, serta tidak
menjadi ‘pengganggu’ bagi warga normal dan sehat ……
Diawali dengan beberapa kata sambutan
dari wakil2 yang berhubungan dengan ini. Pertama Kali, adalah Mas Arif
Budiman, ketua Young Voice Indonesia. Mas Arif ini adalah seorang anak
muda yang semangat, dengan keterbatasan sebagai seorang tuna netra.
Sungguh, hati ku bergetar, ketika Mas Arif dengan semangatnya yang luar
biasa!
Mas Arif Budiman, ketua Young Voice
Indonesia, dan salah satu anggota Young Voice Indonesia yang tuna netra
tetapi mampu membuat bulu kudukku berdiri dengan permainan organ
tunggalnya …..
Apakah kalian bis membayangkan? Mas Arif TIDAK melihat! Tetapi
wajahnya berseri2 dan dengan semangatnya berapi2 mengajak anak2 muda
Young Voice Indonesia untuk terus memperjuangkan hak2 kaum disabilitas
di Indonesia. Realitanya, kaum disabilitas sebenarnya
sudah banyak yang peduli dengan mereka di luar Negeri, tetapi tidak di
Indonesia. Dan Young Voice Indonesia ingin memberikan dan
mensosialisasikan bahwa warga disabilitas itu BUKAN PENGGANGGU,
melainkan BAGIAN DARI WARGA NEGARA YANG HARUS MEMPUNYAI HAK2 DAN KEWAJIBAN YANG SAMA DENGAN WARGA YANG NORMAL …..
Begitu juga ketika acara ini sudah
dibuka, moderatornya adalah seorang tuna netra juga, yang didampingi
oleh asistennya. Beliau membuka laptop dengan fasilitas suara bagi
disabilitas sebagai netra, berbicara lantang, dan ….. TIDAK melihat sama
sekali!
Tari Tor-Tor yang dibawakan oleh 3 orang penari tuna rungu, dengan tanpa kesalahan!
Sungguh2 aku termenung. Beliau, dan
beberapa anggota Young Voice Indonesia yang disabilitas tuna netra,
sedang di forum resmi tetapi mereka tidak melihat, dengan suara2 ramai
tetapi mereka tidak melihat ……. Bisakah di bayangkan ? Sungguh, aku
tidak bisa me bayangkan, hidup dengan kegelapan …… Ya Tuhan …….
Begitu juga di sisi kiri mimbar, adalah
kelompok Young Voice tuna rungu. Mereka bisa mengikuti seminar ini,
berinteraksi dengan bertepuk tangan, dengan adanya translater nya. Ada 2
translater, yang sangat fasih dengan gerakan2 tangannya, bahasa
tubuhnya serta kata2 lembutnya untuk disabilitas tuna rungu …… Luar
biasa! Sungguh, sebuah pemandangan yang selalu membuat aku bergetar
selama acara ini …… Sebuah pemandangan terindah dari sebuah komunitas
yang saling peduli satu sama lain, Dalam Nama Tuhan …….
Di sebelahnya kanan mimbar, seorang
pemain organ tunggal, dan ketika sebelumnya dibukanya acara ini, sudah
dibuktikan dengan pemainan organ sebagai pengiring lagu Indonesia Raya,
dan yang memainkan organ ini adalah seorang disabilitas tuna netra,
tanpa salah! Sangat inspiratif!
Kedua translater dengan bahasa tubuh
serta gerakan tangannya mampu membawa teman2 Young Voice tuna rungu
untuk bisa mengerti seminar hari ini …..
Juga setelah kita menyanyikan lagu
Indonesia Raya, kami disuguhkan dengan sebuah tarian Tor-Tor tetapi yang
menarikan adalah 3 dara Young Voice yang tidak dapat mendengar, tetapi
mereka dengan lincah menari dan paras wajahnya sangat bersinar2 karena
aku yakin bahwa mereka percaya, Tuhan terus mencintai mereka …..
Tidak gampang mereka bisa melakukan
seperti itu, juga seperti aku. Dengan pengalamanku, sebagai penyadang
disabled karena stroke 3 tahun lalu, aku merasakan sendiri bahwa untuk
aku bisa berkegiatan dengan baik, aku harus terus berusaha dan tidak
mudah putus asa. Itu sama sekali tidak gampang! Beberapa kali aku sem[at
down karena aku ( merasa ) tidak bisa melakukan sesuatu, tetapi ketika
aku ingat bahwa TUHAN MEMANG SANGAT MENGASIHIKU, aku terus
berusaha - berusaha - dan berusaha ….. dan buah2 usahaku ternyata
menjadi berkat bagi banyak orang …..
Fasilitas dan tempat untuk orang2 yang berkursi roda.
Fasilitas ramp yang sangat baik di Pusat Study Jepang – Universitas Indonesia, Depok.
2 orang pembicara berada di mimbar, dan
kami tahu bahwa mereka adalah disabilitas low vision dan tuna netra.
Pertama adalah mba Hadianti Ramadhani, bicara tentang Partisipasi Pemuda Disabilitas dalam Kebijakan dan Peran Pemerintah Dalam Pelaksanaan UNCRPD di Indonesia. Beliau sebagai Young Voice Indonesia mampu mengobarkan semangat dalam diri kita semua, bahwa pemuda disabled Indonesia MAMPU UNTUK AMBIL BAGIAN PEMBANGUNAN INDONESIA …..
Begitu juga pembicara bapak Dr.
Saharuddin Daming, SH, MH, seorang mantan salah satu Komisioner Komnas
HAM. Dan beliau penyandang disabilitas tuna netra dengan berbicara
tentang Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan Masyarakat Inklusif Pasca Ratifikasi CRPD ( konvensi UNCRPD ( United Nations Convention on the Rights of Persons with Disabilities ).
Dr. Saharuddin Daming, SH, MH
“Banyak kalang di Indonesia, dengan
kebijakan2nya cenderung bias dan seringkali menimbulkan implikasi sosial
politik yang buruk bagi penyandang disabilitas. Publik cenderung
mencemooh penyadang disabilitas, sehingga si penyandang disabilitas
sekarang mulai memperuangkan hak2 dengan fasilitas2 tertentu untuk kaum
disabilitas bisa dan mampu dalam beraktifitas”, begitu salah satu yang beliau kemukakan pada acara ini.
Sepanjang acara siang ini, aku sering
dikejutkan dengan kegiatan2 dan aktifitas kaum disabilitas yang mengharu
biru kan hatiku. Banyak kaum disabilitas tuna netra, bersama2 saling
menuntun untuk beranjak dari kursinya keluar untuk ke toilet. Mereka
terlihat sangat bahagia, saling berbicara sambil tertawa2. Begitu juga
kaum disabilitas tuna rungu, mereka saling berbicara dengan bahasa
isyarat …..
Aku sempat berbicara banyak denan
Habibie dan ibunya serta dari tim IDCC. Mereka adalah sahabat2 kami. Dan
kami ingin selalu membantu mereka, walau akupun termasuk warga
disabled. Aku tidak tahu, apa yang bisa aku lakukan untuk mereka, tetapi
aku merasa bahwa aku ingin terus bisa membantu mereka dalam pelayananku
untuk Tuhan …..
Aku dengan Habibi dan mamanya, Ibu Endang Setyati dan tim IDCC. Dan aku dengan Nisha, sahabat barku, yang luar biasa!
Aku juga mendapat seorang sahabat baru,
Nisha, seorang disabilitas tuna rungu yang sangat luar biasa! Dia mampu
‘berbicara’ dengan hanya menatap mulutku yang sedang berbicara dan Nisha
mampu berinteraksi dengan sangat - sangat baik, seakan2 kami berbicara
dengan warga normal! Sungguh perjuangan yang patut diacungi jempol!
Tuhan tahu, sepanjang hari ini, hatiku
diselimuti dengan sebuah pengalaman yang sangat berharga! Bahwa ada
sebuah komunitas kaum disabilitas di tengah2 kita sebagai warga negara,
yang memerlukan ‘bantuan’ khusus untuk bisa mereka berkegiatan dengan
baik dan normal. Karena mereka bukanlah pengganggu, tetapi sikap2
tentang disabilitas serta kondisi dan fasilitas sosial lah yang bisa
menjadi pengganggu yang sebenarnya. Dengan warga sehat dan normal yang
tidak peduli dengan kaum disabilitas inilah yang menjadi PENGGANGGU bagi
semua orang …..
*Tuhan, bantulah aku untuk mampu terus melayani ENGKAU dalam berinteraksi lebih baik untuk sahabat2ku ini …..
Beberapa tulisanku tentang ’disabled’ :
Aku Cacat? So What?Sudahkah Kita Menjamin Aksesibilitas bagi Warga ‘Disabled’ di Indonesia ?
Warga ‘Disabled’ Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa: Sebuah Perenungan Diri
Sebuah Catatan dari Kaum ‘Disabled’ …..
Warga ‘Disabled’ Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa: Sebuah Perenungan Diri Tolong Pedulikan
Kami dan Adakah yang Tahu dan Peduli dengan ‘Toilet Disabled?’
Kesaksianku : Kasihku untuk Sahabat Baruku, yang Lumpuh Separuh Tubuh Horisontal …..
Sudah 3,5 Tahun, Bu Mardiana Tidak Melihat Matahari …..
Penderita ‘Paraplegia’: Doa dan Berserah Merupakan Kunci Hati dalam Tuhan …..
Di Sebuah Kota yang Ramah bagi Warga ‘Disabled’, seperti Aku …..
Tags: sosbud
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Peduli Disabilitas’: Dunia Berharga Penuh Makna”
Posting Komentar