Home
» transportasi
» Pak Jokowi, Bagaimana dengan Penambahan Panjang Jalan untuk ‘Konsep Gebrakan Transportasi di Jakarta?’
Minggu, 06 Januari 2013
Pak Jokowi, Bagaimana dengan Penambahan Panjang Jalan untuk ‘Konsep Gebrakan Transportasi di Jakarta?’
Minggu, 06 Januari 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Konsep perbaikan angkutan umum Jakarta
sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala. Sebelum negara2 tetangga membuat
MRT, Jakarta pun sudah ‘memikirkannya’, tetapi ketika negara2 tetangga
sudah mempunyai MRT, Jakarta tetap masih memikirkannya saja …..
#miris …..
Jadi usaha tim Jokowi - Ahok patut
diacungi jempol, walau masih banyak ’selah’ yang harus dibenahi, bukan
hanya ke-5 gebrakan transportasi ala Jokowi - Ahok ini :
1. Peremajaan angkutan umum
Yang aku heran, apakah sebelum tim Jokowi - Ahok tidak pernah ‘melihat’ bahwa bus2 dan kendaraan angkutan umum yang lain itu SUDAH TIDAK LAYAK PAKAI?
Dengan kendaraan2 ( terutama bus Metro Mini ) yang mungkin memang baru (
walau bukan baru sekali, bus2 produksi sekitar tahun 1980-1990an,
tetapi sangat terlihat tidak pernah dirawat sama sekali. Sehingga bus2
tersebut menjadi sangat tidak layak! Secara fisik terlihat tidak layak
pakai : banyak lecet2 bahkan penyok2, jika jam2 penuh kenek tidak peduli
untuk memasukkan warga sepenuh2nya, sehingga dari belakang terlihat
miring ke kanan atau ke kiri.
Ditambah lagi, dengan mesin yang mungkin
tidak di’service’ di tiap periodik ( mungkn si pemilik tidak peduli
karena jika harus di service, butuh waktu 1 hari, dan tidak bisa
mendapatkan uang pada hari itu ). Sehingga asapnya menjadikan udara
terpolusi! Bayangkan, berapa ratus bus di Jakarta yang tidak layak pakai? Dan berapa kilokubik udara yang terpolusi?
Jadi, sangat benar bahwa tim Jokowi -
Ahok ingin meremajakan angkutan umum. Bukan cuma bus Metro Mini ( yang
dominan ), bus Trans Jakarta pun harus di’remaja’kan walau terhitung
masih baru, tetapi aku melihat dijalanan, BANYAK BUS TRANS JAKARTA, MOGOK! Wah ….. Kenapa sih? Apakah memang sudah waktunya untuk mogok atau memang bus itu tidak bagus? Entahlah …..
Angkutan umum yang terlihat sangat tidak
layak adalah bajaj. Sejak ada bajaj, aku belum pernah melihat bajaj2
yang ‘baru - gress’. Bajaj2 itu dari dulu ( masih baru ) dan sampai
sekarang ( sudah ‘letoi’ dengan suara yang keras dan polusi udara yang
pekat ) tetap bajaj yang itu-itu saja. Hanya angkot ( yang berwarna biru
), yang kulihat sering berganti mobil. Angkot ini cukup baik secara
fisik, walau mereka sangat tidak tahu aturan!
Untuk angkutan umum taxi, menurutku cukup baik dengan taxi2 baru sebagai saingan taxi2 lama, sehingga persaingan lebih terasa. Taxi
terlihat berlomba untuk memperbaiki fisik dan kinerjanya, tetapi tidak
dengan oknum2 supirnya, yang sering mencelakakan penumpang …..
Dan semua peremajaan ini
HARUS dilakukan setiap tahunnya, karena semua barang mempunyai ‘waktu
pakainya’, apalagi dipakai setiap hari dan setiap saat …..
2. Bangun busway layang
Konsep busway layang memang salah satu
ide brillian. Dulu ketika aku masih kuliah ( tahun 1988 - 1992 ), salah
seorang dosen Tata Kota-ku meminta kami untuk memikirkan sebuah ide yang
tidak usah memikirkan tentang biayanya, tetapi benar2 ide orisinil
untuk konsep tata kota Jakarta.
Dan entah kenapa, aku menggambar dan
mengkonsep membuat jalan layang khusus bus untuk transportasi umum,
dimana semua warga yang menggunakan transportasi umum ( bus
dan kereta ) berada di atas.
Setiap beberapa titik antara sekian ratus
meter, aku membuat lift untuk angkutan warga di level jalan sampai level
angkutan umum, sehingga jalanan kendaraan pribadi akan lancar tanpa bus
dan kereta yang memenuhi jalan. Lift ini transparan dan kita bisa
memandang jauh ke semua arah. Dan konsep ini akhirnya ada yang bisa mengadaptasikan!
Ideku mungkn tidak banyak berbeda dengan
ide tim Jokowi - Ahok, walau dulu aku masih seorang mahasiswa yang bau
kencur. Dan setelah aku membaca di merdeka.com, ternyata konsep
‘main2′ku mulai bisa terwujudkan …..
Memang masih banyak yang harus dipikirkan, tidak sekedar membuat busway layang saja, tetapi harus dipikirkan tentang aspek2 sosial serta manajemen ‘antri’ nya.
Dimana tempat antrinya, bagaimana untuk bisa naik keatas jika tidak
menggunakan lift ( karena untuk orang disabled atau orang lanjut usia
sangat kesulitan ) , bagaimana stasiunnya, dan sebagainya.
3. Menyewakan sepeda di halte busway
Konsep mengendarai sepeda ke kantor ( lihat tulisanku Bersepeda ke Kantor di Jakarta? Mungkinkah? ) mungkin
bisa terwujud dengan salah satu gebrakan Jokowi - Ahok. Jika di Amerika
( atau negara2 lain ), penyewaan kendaraan ( mobil, sepeda ) sangat
teratur dan kita bisa ‘meninggalkan’ kendaraan tersebut di sebuah tempat
tanpa kita harus mengembalikannya di tempat kita menyewanya, mungkinkah
Jakarta juga bisa seperti itu?
Apakah warga Jakarta sudah siap dengan penyewaan sepeda? Jangan2 malah sepeda2 itu akan sering rusak bahkan hilang …..
Ditambah lagi, jika memang penyewaan
sepeda ini benar2 terwujud, tim Jokowi - Ahok harus membuat jalur khusus
sepeda YANG TIDAK BOLEH DILEWATI MOTOR, BAJAJ atau kendaraan umum yang
lain ( lihat tulisanku Sedikit Saran untuk ‘Banjir Kanal Timur’, Warga Sudah Mulai Bandel? ) ! Sekarang, mungkinkah itu?
4. Menambah 800 bus TransJakarta di tahun 2013
Penambahan bus TransJakarta sangat
dimungkinkan karena memang beban trasportasi di Jakarta masih jauh dari
cukup. Tetapi yang harus di fokuskan, bukan hanya penambahan bus secara
fisiknya saja, melainkan tentang manajemennya, tentang
kualitas jalan serta halte2nya yang sekarang sudah sangat
memprihatinkan, ditambah kualitas supir2nya untuk berfokus pada
PELAYANAN!
5. Memperbesar halte bus TransJakarta
Tentang halte bus TransJakarta yang ingin diperbesar, mungkin ini belum terlalu cocok. Mengapa? Karena menurutku :
a. Jalan busway pun sudah membuat jalan
lebih sempit. Sehingga dengan memperbesar halte berarti akan lebih
mempersempit jalan untuk yang lain. Ini dimungkinkan jika busway bisa
terlaksana menjadi ‘busway layang’.
b. Sebaiknya, haltenya bukan
diperbesar sebelum ada solusi untuk menbuat ‘busway layang’, tetapi
diperbaiki dengan perawatan serta pengawasan yang ketat sehingga jangan
ada lagi preman2 dan maling2 yang merusak helte serta tidak membuat.
Nyaman bagi pengguna.
Ada satu yang kurang dengan gebrakan transportasi ala tim Jokowi - Ahok, yaitu
bagaimana dengan PENAMBAHAN PANJANG JALAN? Dengan penambahan belasan
persen kendaraan bermotor tidak seimbang dengan penambahan nol koma
sekian persen panjang jalan, bukan?
Memang tidak gampang untuk membebaskan tanah dalam konsep membangun panjang jalan, tetapi mungkin ada solusi dengan menambah panjang jalan layang. Mungkin bukan
hanya 1 tingkat seperi jalan layang iner ringroad yang ada sekarang,
tetapi bisa tambah 1 tingkat lagi, menjadi 2 tingkat, bahkan 3 atau 4
tingkat, seperti di Tokyo. Dengan kota Tokyo yang tidak terlalu besar,
membuat panjang jalan menjadikannya jalan layang sampai 9 tingkat, dan
Jakarta juga dimungkinkan seperti itu …..
Sekarang, apakah warga Jakarta sudah mengerti, bahwa tugas
pemda Jakarta itu tidak gampang, melainkan semua warga dan pemda harus
bahu membahu untuk membuat Jakarta lebih baik, sampai semuanya terwujud
bagi masa depan kita semua …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Pak Jokowi, Bagaimana dengan Penambahan Panjang Jalan untuk ‘Konsep Gebrakan Transportasi di Jakarta?’”
Posting Komentar