Senin, 07 Januari 2013
Membangun ‘Lalu Lintas Sepeda’ : Mungkinkah Jakarta Seperti Ini?
Senin, 07 Januari 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Tags:
urban
Ketika kemarin aku membaca ‘5 Gebrakan Transportasi ala Jokowi - Ahok’ ( lihat tulisanku Pak Jokowi, Bagaimana dengan Penambahan Panjang Jalan untuk ‘Konsep Gebrakan Transportasi di Jakarta?’ ),
pikiranku melayang di sebuah kota internasional di Belanda, Amsterdam.
Sewaktu aku tugas disana, aku melihat sebuah kota yang nyaman dengan
berbagai alat transportasi massal bagi punduduknya, serta bagi turis2
yang seakan justru memberikan nilai tambah bagi kota itu. Aku tidak
ingin atau belum ingin membahas tentang alat transportasi di Amsterdam,
kecuali S E P E D A …..
Di amsterdam aku menginap di sebuah
hotel kecil, tetapi sangat nyaman, dekat dengan Amsterdam Centraal
Railway Station dan dekat dengan Dam Square. Hotel ini memang mempunyai
‘pasar’ untuk tamu2 bisnis, demikian aku diinapkan oleh yang
mengundangku, karena aku memang sedang dalam perjalanan bisnis.
Suasana pagi awal musim semi, di Dam Square Amsterdam …..
Setiap pagi sebelum aku menujui tempat
pekerjaanku, sekitar jam 7 pagi aku sudah siap untuk berjalan2 santai,
setelah makan pagi, dalam dalam suasana awal musim semi yang ternyata
masih sangat dingin, sekitar min-5 derajat Celcius. Sambil duduk di
depan hotel, pun aku dudah melihat banyak para pekerja, bukan hanya
pekerja biasa tetapi pekerja2 eksekutif yang memakai jas dan dasi resmi,
mengayuh sepeda onthelnya ( hampir semua mereka mengendarai sepeda tua /
seperti sepeda onthel ), sambil mengunyah sarapan paginya, setangkup
roti sandwich dengan di lehernya bergantng sebuah botol minumnya …..
Warga Amsterdam, mengayuh sepeda dengan santai, bahkan orang2 lanjut usiapun menikmatinya.
Dari hotelku, aku menuju Dam Square. Aku
hanya ingin sekedar duduk2 di cafe, menyeruput susu hangat sambil
mengamati suasana dan lingkungan. Beberapa saat aku selalu mengamati
warga Amsterdam yang bergegas menuju Railway Station untuk perjalanan ke
kantor yang jauh ( biasanya ke Roterdam, kota bisnis dan sangat modern
), atau warga yang bekerja di Amsterdam saja, mengendarai tram dan
sepeda.
Keluargapun menikmati bersepeda disana ( sumber : www.iamamsterdam.com )
Hidup sangat senang sepertinya disana,
tenang dan nyaman. Tidak ada kemacetan, tidak ada lalu lintas yang
amburadul. Para pekerja sebagian naik sepeda, juga anak2 sekolah. Aku
memegang gelas susu panas-ku dengan kedua tanganku, untuk mengalirkan
kehangatan, karena hampir setiap pagi, dingin sekali ….. Menyeruput susu
panas, akan memberikan terapi kehangatan fisik dan hati untuk bersiap
menghadapi tugas pekerjaanku disana …..
Agak melamun, matakuku tertuju kepada 2
orang eksekutif muda, masih jauh di depanku, tetapi sangat menarik
perhatian. Yang pertama, mereka sangat ‘charmin’, sebagai 2 orang
eksekutif muda ( hihihi ….., boleh donk cuci mata? ). Yang kedua, mereka
berdua mengayuh sepeda onthel dengan santai. Sepertinya mereka berkawan
baik. Mereka sama2 mengunyah roti sandwich daging ( terlihat daging
‘ham’ nya ), sambil mengayuh sepeda dan sambil mengobrol ….. santai …..
Semakin dekat, aku semakit tertarik
dengan kedua orang tersebut. Ternyata, ketika sandwich mereka habis,
mereka berhenti di Dam Square. Mungkin hanya istirahat, toh waktu baru
menunjukkan jam 8 pagi. Mereka duduk di kursi taman, salah satu
steetscape menarik di Amsterdam, mengambil botol minumnya, tetap sambil
mengobrol berbahasa Belanda, lalu masing2 membuka laptopnya ……
Aku duduk beberapa meter di belakang
mereka, di sebuah kursi cafe. Sambil menyeruput suku hangatku ( sudah
mulai hangat dan semakin lama semakin dingin, cepat sekali ), aku
menajamkan pendengaranku, walau aku sudah mendengar bahwa mereka
berbicara dengan bahasa Belanda, sebuah bahasa yang sangat asing bagiku
…..
Tidak lama, merekapun membereskan laptop mereka dan mengayuh sepeda mereka lagi, mungin untuk menuju kantor mereka …..
Setelah mereka pergi, mulai banyak aku
melihat warga Amsterdam mengayuh sepedanya. Ada warga usia lanjut,
anak2, remaja bahkan wanita2, dengan memakai topi lebarnya. Wanita2 itu
juga tetap memakai rok panjang, dengan baju elegan dan long jacket.
Mereka tidak malu dan terlihat tetap nyaman untuk bersepeda. Dan aku
mulai tersenyum, ketika sebuah pikiran untuk menyewa sepeda untu ke
tempat pekerjaanku …..
***
Kota Amsterdam memang merupakan kota yang
memanjakan sepeda. Dari sumber di hotelku, disana terdapat sekitar 400
kilometer untuk jalur sepeda khusus yang tidak digunakan oleh kendaraan
lainnya. Dengan 400 km ini, sepeda adalah ‘raja’ dan juga terdapat rambu2 lalu lintas sendiri, pararel dengan rambu2 lalu lintas kendaraan bermotor …..
Jalur khusus sepeda sepanjang 400 km, sangat tertib seperti ini, membuat Amsterdam merupakan idaman para turis …..
Rambu2 khusus sepeda seakan memang
memberikan ‘ruang’ bagi pengendara sepeda untuk menjadi ‘raja’.
Misalnya, rambu “Uitgezonderd” yang artinya ‘kecuali’. Rambu tersebut
menunjukkan bahwa hanya sepeda dan skuter yang dikecualikan dari
peraturan lalu lintas.
Di Centraal Railway Station, sekitar
ratusan orang datang dan pergi ke tujuan masing. Diasana ada
pemberhentian tram, metro dan bus kota, dan di kanal2 Amsterdam ( lihat
tulisanku Sungai Amstel dan ‘Houseboat’ sebagai Salah Satu Aset Kota Amsterdam ) berbagai jenis tansportasi air siap menampung warga atau turis yang ingin mengendarainya.
Parkir sepeda bisa dimana saja, asal ada tiang untuk merantainya …..
Salah satu cara untuk menjaga kenyamanan
dan keindahan kota, Pemerintah Belanda sangat berupaya untuk
membebaskan Amsterdam dari polusi. Mereka sangat sadar bahwa kota
Amsterdam sangat menarik wisatawan di seluruh dunia, sehingga mereka
membuat transportasi umum dengan sangat nyaman dan terintegrasi dan MEMBANGUN LALU LINTAS SEPEDA …..
Beberapa titik untuk parkir sepeda
di Amsterdam. Setahuku, parkir sepeda dimanapun gratis ….. walaupun
bayar di tempat2 yang memang disediakan oleh pemda seperti foto diatas,
tidak mengapa jika manajemennya baik …..
Di Amsterdam Railway Centraal Station,
bisa menampung sekitar 255 sepeda. Tempat ini, merupakan feeder bagi
transportasi2 yang lain. Warga Amsterdam mengendarai ssepeda dari rumah
mereka jika tujuan mereka jauh, mereka akan berhenti disi dan
memarkirkan sepedanya disini.
Tetapi jika mereka ingin memarkiran
sepedanya tidak di ruang khusus yang disediakan pemda, merekapun
terlihat nyaman untuk memarorka sepedanya hanya dengan menggembok sepeda
mereka di tiang2 lampu atau railing2 steetscape disana. Dan kata
pemilik cafe tempat aku merenung, mereka bisa berhari2 tidak mengambil
sepedanya, dan katanya lagi, sepedanya tidak akan hilang …… waahhh ….,
asik sekaliiii …..
Dengan 400 km jalur sepeda, jangan
dikira tidak ramai, lho! Di jam2 sibuk, lalu lintas sepeda sangat ramai,
dan kita harus tetap memperhatikan rambu2 sepeda, seperti ‘berhenti’
atau ‘hati2′. Dan seperti kendaraan bermotor, sepedapun harus
diperhatikan untuk pemeliharaannya, lampu2 harus dinyalakan jika sudah
gelap atau klakson pun harus bisa digunakan dengan baik, seperti sebuah
kendaraan bermotor …..
# Kapan ya, Jakarta seperti itu ?
Salamku dari Amsterdam …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Membangun ‘Lalu Lintas Sepeda’ : Mungkinkah Jakarta Seperti Ini?”
Posting Komentar