Rabu, 09 Januari 2013
Miss-Komunikasi Orang Tua [Bisa] Mencelakakan Anaknya
Rabu, 09 Januari 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Menjaga anak perempuan kita sebagai
remaja putri memang sangat dan harus berhati2. Apalagi dengan kegiatan
yang biasanya se-abrek, mereka belum sadar bahwa sudah ada ‘mata’ yang
memandang mereka dengan ‘bernafsu’. Tidak heran juga, karena remaja2
putri sekarang sangat ‘berbunga’, sangat bergairah dan sangat ramah,
termasuk kepada orang2 yang masih asing bagi mereka, baik di dunia nyata
dengan berteman baru bukan dari sekolah mereka, apalagi di dunia maya,
tempat mereka ‘bersenang2′, tanpa teman2 mereka di dunia nyata.
Seorang supir temanku bercerita, ketika
anak gadisnya, remaja putri SMA dibawa kabur oleh pacarnya, yang
dikenalnya di jejaring sosial. Sebut saja namanya Mira dan ayahnya
bernama pak Didi. Semula menurut pak Didi, Mira adalah seorang anak yang
baik, penurut dan selalu mendengarkan kata2 orang tuanya. Mira tidak
mau orang tuanya kecewa, dan Mira ingin orang tuanya berbahagia,
terutama ayahnya, pak Didi. Aku mengerti, seperti aku juga, anak
perempuan lebih condong dekat dengan ayahnya.
Ketika Mira beranjak dewasa masuk SMA,
tubuhnya bongsor, sebesar ayahnya, cantik dan sangat dewasa. Dan pak
Didi dengan bangganya bercerita bahwa Mira sangat cantik dan selalu
ingin memperkenalkannya kepada teman2nya. Tetapi ternyata, tidak
demikian dengan Mira sendiri! Karena tubuhnya bongsor, dia mulai malu
ketika ayahnya, pak Didi, selalu menggandeng tangannya jika berjalan2.
Sampai banyak temannya yang belum mengenal pak Didi ebagai ayahnya,
justru bertanya, apakah pak Didi adalah pacarnya? Atau bahkan ‘cem2an’
nya? Dan Mira malu dengan kenyataan itu, sehingga dia mulai mengurung
dirinya, jika pak Didi mengajaknya keluar atau memperkenakan Mira kepada
teman2nya …..
Sampailah waktu Mira dalam gejolak
remaja, yang mengurung diri, tetapi hatinya tetap selalu berpendar untuk
mencari eksistensi dirinya, sebagai remaja menjelang dewasa. Mira
bertekun di dunia maya, sampai dia berkenalan dengan seorang pemuda di
sebuah jejaring sosial. Sebut saja Tiar, nama pemuda itu, katanya keren,
baik dan sudah bekerja. Sampai Mira berani bertemu dengan Tiar dan Tiar
membawa ‘kabur’ Mira, tanpa seijin orang tuanya.
Beberapa hari lalu, pak Didi mengantar
temanku dan aku ke sebuah undangan perkawinan. Ketika temanku menelpon
pak Didi karena kami ingin pulang, tiba2 pak Didi ijin untuk pulang ke
rumahnya karena Mira kabur. Istrinya nangis2 dan pak Didi menjadi takut.
Temanku mengijinkannya untuk pulang, dan aku diantarnya pulang ke
rumahku dengan taksi.
Menurut cerita, Mira dibawa kabur oleh
Tiar, yang dianggap pacarnya! Aku sih tidak melihat sendiri, seperti apa
Tiar itu. Pak Didi berkeliling ke rumah teman2 Mira dan tidak satupun
teman Mira tahu keberadaan Mira. Beberapa hari setelah itu, pak Didi
yang juga beberapa hari tidak masuk kerja, Mira meneleponnya, minta
dijemput ayahnya di rumah salah seorang temannya. Dan pak Didi langsung
menjemputnya. Kata pak Didi, Mira terlihat sayu, lesu dan bingung. Dia
hanya diam saja, tidak mengiyakan atau tidak menggelengkan kepalanya.
Dia menunduk saja seperti patung, menatap lurus ke lantai, tanpa
mengindahkan siapa di dekatnya ….. dan pak Didi pun menjadi khawatir,
dan dia sekarang sakit. Yang pastinya, dia memikirkan Mira, tentang
apapun yang terjadi …..
***
Aku tidak lahu lagi, apa ang terjadi
setelah ini. Pak Didi belum bekerja lagi, sehingga kita belum tahu
kelanjutan kisah Mira. Kasih pak Didi seorang ayah dan seorang supir
yang bertanggung jawab, tetapi dengan ‘miss-komunikasi’ dengan anaknya,
membuat dia bergumul dalam permasalahan …..
Mungkin cerita diatas tidak terlalu
heboh, dengan cerita2 yang lain. Dimana seorang wanita dilecehkan,
diperkosa behkan dibunuh oleh seorang pria yang dikenalnya dari jejaring
sosial dunia maya. Mungkin cerita ini sangat datar, tetapi jangan
salah! Kita belum tahu kelanjutan kisah Mira. Apa yang terjadi dengan
Mira selama berhari2 ‘kabur’ dengan pacarnya? Masihkah Mira sepolos
sebelum dia kabur? Bisakah Mira melupakan traumanya? Pacarnya sudah
kabur, ketika Mira bisa ‘melepaskan diri’ dari Tiar …..
Cerita diatas, ada 2 kasus. Tentang miss-komunikasi dengan pertemanan dari dunia maya menjadi persahabatan dalam dunia nyata :
1. Untuk miss-komunikasi ( miskom ),
terjadi ketika pak Didi dengan bangganya memperkenalkan kepada
teman2nya tentang Mira anaknya, dan Mira tidak suka karena justru
teman2nya mengira ayahnya adalah ‘pacarnya’ atau ‘cem2an nya’. Walaupun
Mira anaknya, pak Didi tidak bisa membaca pikiran dan hati anaknya.
Demikian pula kita, sebagai orang tua. Dipikirnya, anak2 kita senang
dengan luapan kebanggaan kita tentang dirinya, tetapi ternyata tidak
demikian.
Anak2 kita mempunyai ‘dunianya’ sendiri, dan
mereka tidak ingin kita masuk dalam dunia mereka, KECUALI kita bisa
meyakinkan bahwa kita mau dan sanggup berada dalam dunianya dengn
kebijaksanaan kita serta ‘persahabatan’ kita dengan mereka ….
2. Untuk
pertemanan dari dunia maya menjadi persahabatan dunia nyata, sebenarnya
banyak sekali kasus. Dari ‘happy ending’, ada juga ’sad ending’ bahkan
bisa terjadi malapetaka dan pembunuhan. Mungkin prosentase yang ‘happy
ending’ tidak banyak yang disebar-luaskan. Salah satunya, beberapa
sepupu serta sahabat, bisa menikah dan hidup berbahagia, walaupun
mulanya berkenalan di dunia maya. Dan prosentase yang ’sad ending’,
malapetaka serta pembunuhan’ justru sekarang sedang digembar-gemborkan.
Tidak salah, ketika kita berusaha menanamkan kehati-hatian
dalam benak orang tua dan anak2 untuk bermain dalam dunia maya, tetapi
sangat disayangkan, jika kita terfokus bahwa ‘dunia maya itu
mengerikan’, padahal tidak demikian adanya …..
Sekali lagi awal dari tulisanku ini
adalah kehati-hatian terhadap menjaga anak perempuan kita sebagai remaja
putri. Akupun demikian, seorang ibu dari remaja putri yang beranjak
dewasa, sangat was-was. Mereka mempunyai dunia sendiri, dan aku selalu
berusaha untuk menjalin persahabatan dengannya, juga dengan anak
lelaki-ku, sehingga mereka bisa memberikan ‘lampu hijau’ untukku masuk
ke dalam dunia mereka …..
Tetap waspada, tetap berdoa, doaku untuk Mira dan pak Didi, dan Tuhan berkati kita semua …..
Tags: Ibu dan Anak
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Miss-Komunikasi Orang Tua [Bisa] Mencelakakan Anaknya”
Posting Komentar