Senin, 28 Januari 2013
Akankah Banjir Menyadarkan Kita Tentang Alam yang ‘Marah?’
Senin, 28 Januari 2013 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Banjir kemarin merupakan salah satu cara
Tuhan menyatakan teguran NYA pada manusia, dimana sebagai manusia kita
terus melakukan eksplorasi bumi tetapi tidak membuat keseimbangan,
sehingga bumi kita mengalami ‘dehidrasi’ serta ‘luka’ yang
berkepanjangan, sehingga alam pun ‘marah’. Terjadilah banjir badang,
walau Tuhan sudah berjanji untuk tidak lagi ‘menghukum’ manusia dengan
air bah, seperti di jaman Nabi Nuh …..
Ketika banjir badang melanda Jakarta
2007 lalu, atau tahun2 sebelum dan sesudahnya, sebenarnya manusia harus
sadar diri, bahwa manuaialah yang terus meng-eksplor bumi dengan semena2
dan tidak membantu bumi untuk ‘menyembuhkan diri’. Tidak banyak orang
sadar tentang itu, justru hampir semua tidak sadar ( atau masa bodo )
akan resiko ini.
Manusia dengan ketidak-peduliannya terus membangun
gedung2 tinggi dengan meng-eksplor tanah dan daratan Jakarta yang
sedikit demi sedikit menurunkan daratan sampai akhirnya air lautpun
‘tumpah’ ke daratan. Dan di banyak titik di Jakarta, penurunannya jauh
di bawah permukaan air laut sehingga tidak mengherankan, air pasang
serta hujan sedikit saja, sudah merendam titik2 itu.
Di banyak titik tersebut, ternyatapun
bukan hanya daerah2 ’slum’, atau tempat2 kumuh, bahkan banyak titik2
tersebut merupakan daerah menengah keatas bahkan di daerah elit,
sehingga pada kenyataannya banjir seharusnya merupakan hasil dari
kegiatan manusia yang tidak peduli dengan tempat tinggalnya.Seperti yang
aku tuliskan di artikel2ku yang lalu, bahwa banyak orang membangun
rumahnya TANPA peduli dengan tanah resapan.
Rumahnya terus di ‘beton’
sehingga rumah dan sekelilingnya tidak mempunyai tanah resapan sama
sekali, padahal peraturan pemerintah sudah menyebutkan hal itu.Begitu
juga tentang ruang Terbuka Hijau ( RTH ), yang seharusnya di Jakarta
lebih dari 25% merupakan RTH. Artinya, lebih dari 25% Jakarta adalah
taman serta tanah terbuka untuk penyerapan tanah.
Tetapi pada kenyataannya, runag2 terbuka
hijau ini, justru ditempati dan diambil oleh bangunan2, rumah2 atau
daerha2 slum, dan itu sudah ada sejak dahulu. Sehingga pemerintahan yang
sekarang susah untuk ‘mngambilnya’ kembali dengan banyak alasan serta
biaya yang mahal. Coba lihat di beberpa tulisanku Slogan ‘Jakarta Bebas Banjir’, Tetapi Tidak Peduli dengan Penyerapan, ‘Green Living’ : Hidup Bersahabat dengan Bumi, Jakarta Bebas Banjir? Berusahalah untuk Mengelola ‘Ruang Terbuka Hijau!’dan Pak Jokowi, Bagaimana dengan ‘Reboisasi’ Pohon yang Tumbang dan Penghijauan Jakarta ?
Juga
banjir berhubungan dengan daerah hulu, sebuah daerah penyangga Jakarta
yang seharusnya membantu Jakarta untuk tidak menjadi lebih buruk. Daerah
penyangga Jakarta ini berada di sekitar Jakarta yang ‘menjaga’ Jakarta,
yaitu Dejabotabek.
Tetapi pada kenyataannya justru daerha2
penyangga tersebut justru membawa Jakarta menjadi lebih buruk. Sebuah
daerah hulu yang gundul, menjadikan Jakarta akan mengalami banjir lebih
buruk lagi, selain air laut yang sudah mencapai daratan Jakarta, jauh
melebihi normal …… Bisa dilihat di tulisanku Puncak Terus Menjadi Obyek Bisnis, Lalu Bagaimana dengan Hutan Lindung dan Banjir Jakarta?Itu baru dari sisi Ruang Terbuka Hijau, untuk mengantisipasi banjir di Jakarta.
Bagaimana dengan cerita tentang
reklamasi? Seperti di artikel2ku tentang reklamasi, salah satunya
membuat Jakarta ‘tenggelam’, dengan banyak hasilnya yang sudah terekam
tentang rob ( air laut pasang yang ‘masuk’ ke daratan Jakarta ). Bisa
dilihat di tulisanku Bagaimana Tata Ruang Wilayah Jakarta 2010-2030 Tentang Reklamasi? , Berlomba dan ‘Mendewakan’ Proyek Atas Nama Penyelamatan Jakarta? Aaah ….. , Pertahanan Pantai Jakarta : Benarkah GSW adalah Solusinya ?
Begitu
juga tentang sedikit solusi untuk mengatasi banjir di Jakarta. Pun
sepertinya kita semua bersama dena pemda masih belum menyadari bahwa
salah satu penyebab banjir di jakarta adalah tidak adanya peta kontur
Jakarta ( lihat tulisanku Banjir di Jakarta, Penyebab Serta (Sedikit) Saran Mengatasinya dan Jakarta Butuh Peta Contour 3 Dimensi untuk Kebijakkan Banjir ),
sehingga semua orang yang membangun gedung atau rumah di Jakarta
seenaknya saja meninggikan bangunan atau rumah mereka, TANPA menganalisa
sama sekali lingkungannya.
Sehingga ketika bangunan atau rumahnya
dibangun dan ketingginya di atas lingkungan sekelilingnya, air hujan
akan mengalir di lingkungan sekelilingnya dan merendam semuanya, padahal
bangunan dan rumah mereka tidak terendam …..
Dan siapa yang merasakan dampaknya? Kita
semuanya juga, karena bangunan dan rumah yang tidak terendam tetapi
tidak bisa kemana2 ……
Belum lagi soal kebersihan dan buang
sampah sebarangan. Belum lagi soal orang2 yang membuat sungai menjadi
sempit dan dangkal karena sampah dan bagunan, seperti di tulisan ini‘Rusun Kampung Deret’: Konsep Menarik bagi Warga Jakarta, Tetapi ….. Dan banyak lagi yang lain sebagai penyebab banjir, khususnya di Jakarta …..
Terlepas dari ‘force majour’, banjir
tetap merupakan hasil dan resiko2 dimana manusia meng-eksplore alam
secar membabi buta ddan tidak menyeimbagkannya. Bukan hanya di Jakarta
saja, banjir sekarang sudah menjadi ‘fenomena alam’ di dunia, karena
salah satunya adanya global warming. Dan global warming pun salah
satunya penyebabnya adalah ulah manusia juga.
Manusia2 yang peduli dan sadar akan
dampak2nya, hanya sedikit dibandingkan manusia2 yang tidak sadar dan
sama sekali tidak peduli dengan bumi kita.Dan terlepas dari itu semua,
seyogyanya, semua orang, tidak pandang bulu, terus mengupayakan agar
bumi kita, khususnya Jakarta, mampu membuat tempat tinggal bagi kita
semua yang aman, nyaman dan mensejahterakan semuanya.
Jangan kita ber-masa bodo dengan sekeliling kita, karena banyak sekali resiko2 yang kita harus tanggung, salah satuna banjir.
Dimana
banjir tidak mengenal usia, tidak mengenal kaya dan miskin, dan tidak
mengenal semuanya. Semua orang terkena dampaknya, semua orang bisa
menjadi korbannya …..
Profil | Tulisan Lainnya
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Akankah Banjir Menyadarkan Kita Tentang Alam yang ‘Marah?’”
Posting Komentar