Jumat, 30 November 2012
Jakarta Terbaik untuk Tinggal dan Bekerja? Masa sih?
Jumat, 30 November 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Arus urbanisasi ke Jakarta, adalah salah
satu ‘kunci’ penataan kota yang berkesinambungan. Sejak dulu,
urbanisasi merupakan permasalahan besar, ketika dari ‘pulang kampung’,
warga Jakarta membawa keluarganya untuk ikut ke Jakarta mengadu
peruntungan. Apalagi ketika sehabis Lebaran, arus urbanisasi tidak
terbendung …..
Aku tidak menyoroti tentang urbanisasi
ini karena aku tidak berada di profesi sosial dan budaya, tetapi aku
hanya ingin mengatakan, ketika aku mengamati sejak dulu dalam mencari
pekerjaan, agak aneh jika ternyata sebagian besar perusahaan2 yang
mencari karyawan untuk bekerja dan berada di Jakarta.
Dulu, ketika pertama kali aku mencari pekerjaan sebagai arsitek, memang belum terpikirkan. Aku hanya ingin bekerja di Jakarta, titik! Karena pikiranku adalah sebagai seorang arsitek dan ingin lebih peduli dengan perencaranaan kota Jakarta, ya aku harus bekerja di Jakarta, bukan? Dan aku memang selalu bekerja di Jakarta sampai sekarang.
Menurutku, jika kita yang dari kecil
tinggal di Jakarta, sekolah di Jakarta dan ingin bekerja di Jakarta, itu
sah-sah saja. Apalagi mereka yang memang bisa mendapatkan pekerjaan di
Jakarta dengan fasilitas2 serta mapan di perusahaan2 mapan ( belum tentu
perusahaan besar ya ), akan sangat relevan dibanding dengan bekerja di
Jakarta karena ikut2an dan tidak mampu untuk survive serta tinggal di
daerah ’slum’.
Bukan aku membeda2kan, tetapi sangat
logis ketika Jakarta menginginkan kota yang nyaman dan aman untuk
bekerja dan bertempat tinggal. Karena sebuah kota, daerahnya ya itu-itu
saja, besar dan luasnya sama dan semakin padat kota itu, semakin
‘complicated’ lah daerah itu. Sehingga pasti perencaraan kota serta
fasilitas2nya akan sangat tergantung dengan kebutuhan warganya untuk
kebutuhan2 primernya, yaitu untuk tempat tinggal. Mereka akan membangun
bedeng atau gubuk untuk sekedar mereka tinggal di Jakarta.
Pekerja yang tidak survive hidup di Jakarta, hanya mampu membangun bedeng atau gubuk untuk tempat tinggal mereka.
Kembali lagi tentang ‘mencari
pekerjaan’. Ketika aku semakin dewasa dan berkembang tentang kenyataan
hidup, dan bisa melihat dari sisi yang lain, mencari pekerjaan pun
ternyata bisa membuat tatanan perencanaan kota berbeda dengan yang di
inginkan.
Waktu aku mengirimkan lamaran ke sebuah perusahaan besar, dan
aku mengatakan ‘ya’ ketika aku ditanya mau bekerja di luar kota bahkan
di luar negeri, tapi kenyataannya perusahaan melihat banyak dari sisi
gender dan tanggungjawab bagiku sebagai ibu. Sehingga, lagi2 aku hanya
bisa bekerja di Jakarta, padahal dulu aku ingin bekerja keluar dari
Jakarta, bahkan ke luar negeri. Aku yakin, masih banyak perempuan yanh
mau dan ingin bekerja di luar kota bahkan diluar negeri.
Arus urbanisasi ke Jakarta akan bergerak
terus, jika pihak swasta terfokus untuk membangun Jakarta saja.
Padahal, kota2 yang lain juga butuh pembangunan. Mungkin hanya beberapa
kota saja yang mengalami pembangunan yang pesat, yang lainnya sama
sekali tidak membangun. Kota2 ini justru seharusnya lah yang akan
menjadikan pendukung bagi Jakarta, paling tidak untuk menjadikan Jakarta
lebih ‘ringan’ dengan sebagian warga berpindah ke kota2 tersebut karena
bisa mendapatkan pekerjaan yang baik di kota2 tersebut.
Kenyataannya juga, banyak sekali
teman2ku ( dari dulu sampai sekarang ) yang terobsesi untuk tinggal dan
bekerja di lokasi2 primer. Secara gengsi, jelas sekali! Bahwa lokasi
primer Jakarta ( daerah Sudirman - Thamrin - Gatot Subroto serta
Segitiga Emas - Casablanca ) merupakan lokasi yang ‘wah’ serta padat
penduduk pada siang hari sebagai pekerja. Gedung2 puluhan lantai, jalan2
yang selalu padat dan macet, mobil2 mewah pegawai mapan, selalu
berseliweran disana, dan ada pepatah dikalangan pekerja, bahwa jika kita
hanya bekerja di ruko2 di pinggiran kota, sama saja bohong karena belum
pernah merasakan bekerja di daerah primer …..
Daerah perkantoran primer Jakarta, mewah, dan membuat banyak orang ingin bekerja dan menikmati kehidupan Jakarta …..
Alhasil, banyak pekerja2 muda ( bukan
hanya yang di Jakarta saja, tetapi juga yang ada di kota2 lain ) sangat
tertarik untuk datang dan bekerja di Jakarta, sermasuk juga banyak
teman2ku! Mereka ingin mendapatkan apa yang mereka cari dari membaca,
mendengar dan kesaksian2 dari mereka yang memang tinggal dan bekerja di
Jakarta.
Itu untuk level menengah, sebagai
pekerja2 muda. Dan mereka juga termasuk dalam arus urbanisasi. Sebagai
contoh : ada beberapa anak buahku, masih sangat muda, ‘fresh graduate’
serta yang lebih dewasa, diatas 30 tahun. Mereka berasal dari banyak
kota2 kecil di Jawa Tengah. Setelah lulus kuliah, mereka merantau ke
Jakarta dan bekerja di perusahaan besar Jakarta. Beberapa memang sukses
sebagai pekerja, tetapi beberapa temanku ternyata tidak terlalu bisa
mengelola keuangannya untuk tinggal di Jakarta, sehingga mereka, bersama
dengan keluarganya, hanya tinggal mengontrak rumah di tempat2 padat
penghuni.
Ketika aku ke rumahnya, lingkungannya
memang padat, dan terkesan kumuh. Dan aku bisa melihat, daerah2 itu
merupakan daerah yang seharusnya ‘tersingkir’ dari Jakarta. Kupikir, dan
aku pernah menasehati mereka untuk lebih baik ‘pulang kampung’ dan
membangun kampung mereka disana. Memang tidak gampang, tetapi dengan
latar belakang sebagai sarjana, dan talenta dari NYA, aku sangat yakin
bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk itu, untuk membangun desa mereka
…..
Lalu bagaimana dengan mereka2 yang
benar2 hanya ikut2an bekerja di Jakarta tanpa membunyai latar belakang
pendidikan yang memadai dan skill yang mencukupi? Sebenarnya semua
berhak datang ke Jakarta, tetapi sebaiknya mereka harus melihat realitas
yang ada, walau bisa saja mereka survive dan mampu tinggal di Jakarta,
walau hanya sekedarnya …..
Mungkin hanya beberapa % saja yang
survive untuk tinggal dan bekerja di Jakarta dengan baik, tetapi
sebagian besar mereka berada di level terbawah dengan keadaan yang
sangat terbatas, tinggal dan bekerja di Jakarta. Dan mereka2lah yang
‘merubah’ tatanan perencanaan perkotaan dari banyak hal : desain dan
perencanaan perkotaan serta sosial budaya dan hubungan dengan sesama.
Masih banyak lagi yang ada dipikiranku
tentang arus urbanisasi, dan aku hanya menyoroti dari segi ‘Jakarta yang
wah untuk hidup dan bekerja’. Tetapi sedikit banyak mungkin bisa
mencerahkan bagi banyak orang muda yang ingin bekerja di Jakarta, bahwa
jika kita mau berusaha dan selalu berdoa, dimanapun kita bisa tinggal
dan bekerja, bukan hanya di Jakarta …..
Tags: Jakarta , urban
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Jakarta Terbaik untuk Tinggal dan Bekerja? Masa sih?”
Posting Komentar