Home
» Catatan Harian
» Kesaksianku : Kasihku untuk Sahabat Baruku, yang Lumpuh Separuh Tubuh Horisontal …..
Senin, 01 Oktober 2012
Kesaksianku : Kasihku untuk Sahabat Baruku, yang Lumpuh Separuh Tubuh Horisontal …..
Senin, 01 Oktober 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sabtu kemarin, tanggal 29 September
2012, aku mulai pelayananku yang perdana, pelayanan ala aku untuk Tuhan,
lewat sahabat2 yang mengalami stroke atau yang sedang mempunyai beban
berat, atau yang merasa tidak bisa berkarya, depresi serta yang tidak
mempunyai dana untuk berobat.
Adalah seorang sahabat baru, seorang ibu
dari seorang remaja seumur Dennis, ibu Mardiana, yang sudah sekitar
3,5 tahun tidak bisa berjalan karena separuh tubuh bawahnya lumpuh dan
sama sekali tidak merasakan. Bu Mar, begitu aku memanggilnya, merasa
tersiksa dengan keadaannya karena beliau sangat tergantung dengan
suaminya untuk beraktivitas.
Tubuh bawahnya, dari ulu hati sampai
ujung jari2 kakinya, hanya berasa panas dan seperti kesemutan ( seperti
tubuh sebelah kananku yang lumpuh ), dan sering merasa sakit karena
tidak bergerak, sama sekali. Bu Mar juga sering merasa tersiksa ketika
pantatnya panas karena hanya bisa duduk di kursi roda dan sama sekali
tidak dapat bergerak …..
Bu Mardiana adalah ibu dari salah satu
sahabat Dennis sejak dulu, Cynthia. Beliau tiba2 lumpuh tahun 2009
ketika baru pulang dari bekerja. Dengan kehidupannya yang hanya ber-3 (
bu Mar, suaminya dan anaknya ) tanpa pembantu, membuat beliau mulai
stres dan depresi, walau bu Mar selalu mengabaikannya tentang
depresinya, untuk terus percaya bahwa Tuhan akan terus menemaninya.
Menurut ceritanya, setiap pagi, sebelum
suaminya dan anaknya berangkat ke tempat masing, beliau harus selalu
siap untuk di tinggal sendirian. Bu Mar mandi pagi dibantu oleh
suaminya, untuk menggendongnya ke kamar mandi, serta membantunya dengan
urusan pribadinya.
Setelah itu, makan bersama dan ketika keluarganya
pergi, bu Mar harus selalu berbaring di ranjangnya dengan TV di
depannnya serta segala macam kebutuhannya ( makanan, pakaian dan
sebagainya ) harus ada di sekitarnya yang terjangkau dengan tangannya.
Jika beliau duduk di kursi roda, beliau tidak tahan untuk duduk
seharian, sehingga beliau memilih hanya berbaring di tempat tidurnya.
Anaknya tidak bisa membantunya jika pulang sekolah karena tubuhnya mungil
dan tidak kuat untuk menggendongnya …..
*sungguh ….. aku menangis diam2
dengan cerita ini, membayangkan betapa beliau memang sangat mnderita,
walau aku percaya bahwa beliau memang sangat tegar, dan lebih tegar
dariku …..*
Karena tubuh bawahnya lumpuh, bu Mar tidak bisa merasakan ketika ingin buang air kecil atau buang air besar, sehingga setelah keluar dari rumah sakit tahun 2009 lalu, beliau selalu memakai diapers serta kateter. Kateter itu diganti setiap beberapa periodik sekali di rumah sakit diama beliau dirawat. Sehingga semakin tersiksalah beliau dengan keadaannya …..
Karena tubuh bawahnya lumpuh, bu Mar tidak bisa merasakan ketika ingin buang air kecil atau buang air besar, sehingga setelah keluar dari rumah sakit tahun 2009 lalu, beliau selalu memakai diapers serta kateter. Kateter itu diganti setiap beberapa periodik sekali di rumah sakit diama beliau dirawat. Sehingga semakin tersiksalah beliau dengan keadaannya …..
Aku memang baru mengenalnya, beberapa
hari lalu, ketika Dennis bercerita tentangnya. Dan seketika pula, aku
ingin sekali untuk menolongnya, entah bagaimana caranya. Aku ingin
menyapanya, bukan hanya lewat bbm setelah kami ‘berkenalan’, tetapi aku
ingin mendampinginya sebagai sahabat barunya. Aku tidak tahu, bagaimana
aku bisa menolongnya, tetapi aku yakin bahwa nanti Tuhan buka jalan,
bagaimana aku bisa menolongnya …..
Berbekal buku-ku “Ketika Tuhan
Mengizinkan Aku Sakit”, bersama Dennis dan Michelle aku datang ke rumah
bu Mar ( ada suami dan anaknya ) dan beliau menyambut kami dengan ramah.
Sesaat aku melihat ‘aku’ yang duduk di kursi roda itu, dan sepanjang
cerita bu Mar, mataku berlinang dan mukaku memerah. Bu Mar bercerita
dengan lancar, sambil tetap tersenyum. Seperti dulu pertama aku
bercerita tentang strokeku, aku juga meliihat pancaran hati serta
semangatnya yang tetap ada, walau sesekali aku ‘mendengar’ ada nada
putus asa disana …..
Dan ketika kami pamit pulang, aku
memeluknya dan aku merasakan kasih Tuhan di rumah itu. Aku berikan
buku-ku untuknya, mungkin tidak berguna banyak tetapi paling tidak bisa
untuk menemaninya dalam kesepiannya, jika hanya sendiri. Dan aku
berjanji akan mencari tahu tentang penyakitnya, juga berjanji untuk
memberitahu apakah ada kemungkinan untuk beliau di terapi ke tempat
terapist ku di RS Cikini.
Aku katakan pada beliau, bahwa jangan
pernah putus asa dan selalu dalam pengharapan, dalam Tuhan. Memang,
dikatakan NYA bahwa akan ada masa depan yang cerah bagi kita semua,
tetapi kita harus terus BERUSAHA terus menerus dalam Tuhan …..
Seperti aku, bu Mar tetap terus dalam pengharapan. Walau, juga seperti aku,
kadang2 kita tetap manusia biasa bahwa ada kalanya merasa capai dan
mulai putus asa. Tetapi ketika aku ingat bahwa Tuhan tetap menggandeng
kita, bahwa Tuhan juga mulai menggendong kita jika kita sesaat terpuruk,
aku pasti bangkit lagi dan ikut tangan Tuhan untuk terus menuju masa
depan …..
*Tetap tabah, ya bu Mardiana. Aku
mengasihimu dan percayalah! Aku akan terus mendampingimu untuk bersama
menyongsong masa depan dalam pengasihan Tuhan. Ini janjiku pada Tuhan
untuk ibu …..*
Salamku untuk sahabat baruku, Tuhan berkati!
Catatan khusus :
Kesaksianku sudah mendapatkan peretujuan
dari bu Mardiana. Mari kita beersama berdoa bagi keadaan yang lebih
baik untuk beliau dan yang terbaik dalam Tuhan. Jika ada yang terbeban
untuk bersama melakukan sesuatu untuk beliau, bisa hubungi aku lewat
inbox. Terima kasih …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Kesaksianku : Kasihku untuk Sahabat Baruku, yang Lumpuh Separuh Tubuh Horisontal …..”
Posting Komentar