Home
» hobi
» ‘Heritage Living Museum’ : Konsep Baru Museum Prangko Indonesia dalam Ulang Tahun ke-29
Kamis, 11 Oktober 2012
‘Heritage Living Museum’ : Konsep Baru Museum Prangko Indonesia dalam Ulang Tahun ke-29
Kamis, 11 Oktober 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Sabar. Itu memang kunci untuk banyak
keadaan. Begitu juga tentang kesabaran, tentang negara kita tercinta.
Apapun disini, kita tetap harus sabar untuk bisa berkegiatan yang
SEHARUSNYA kita sudah bisa bernafas lega, dengan umur 29 tahun sebagai
umur mandiri …..
***
Hari ini, memang bukan Hari Ulang Tahun
Museum Prangko Indonesia. Tanggal 29 September memang Hari Ulang Tahun
Museum Prangko Indonesia (MUPI) TMII tetapi acaranya baru
diselenggarakan hari ini, Kamis 11 Oktober 2012, dan aku diundang
kesana. MUPI sudahh berumur 29 tahun, tetapi siapapun bisa melihat,
bahwa sepak terjang MUPI sedikit sekali, dari awal sampai sekarang.
Ketika aku membuka referensi dari UNESCO, bahwa sebuah museum adalah lembaga permanen, non-profit untuk pendidikan, penelitian, konservasi dan rekreasi.
Bahwa sebuah museum benar2 harus menjadi jati diri masing2 tema sebuah
negara. Museum memang untuk memamerkan benda2 mati, tetapi jika kita
bisa mengelolanya, museum bisa menjadi tempat untuk ‘benda2 mati yang
hidup’, sebagai warisan budaya bangsa, ‘Heritage Living museum’.
Artinya, benda2 mati tersebut bisa menjadikan sebuah negara ‘hidup’ di atas tema tersebut, salah satunya adalah prangko akan ‘menghidupkan’ sebuah negara dan merupakan asset negara. Begitu kata sambutan dari Bapak Pringgodiprojo, Pimpinan MUPI pertama tahun 1983-1985.
Contohnya MUPI ini. Prangko2 Indonesia,
seharusnya dimiliki oleh bangsa Indonesia, disimpan di Indonesia ( dalam
museum ) dan dirawat oleh Indonesia. Termasuk ketika jaman penjajahan,
jaman revolusi sampai sekarang. Tetapi kenyataannya? Prangko2 Indonesia
sejak jaman penjajahan dan jaman revolusi terdapat di Museum Prangko di
Belanda dengan prangko2 yang masih seperi baru! Begitu juga kata Bapak
Pringgodiprojo.
Pak Pringgodiprojo
Aku langsung tersentak! Sebenarnya, aku
sudah tahu tentang itu. Aku juga sudah banyak mengerti, mengapa museum2
kita sangat tidak terawat bahkan anak2 dan remaja sangt malas datang ke
museum karena tidak nyaman dan tidak menarik untuk dikunjungi. Tetapi,
ketika aku mendengarkan dengan lebih teliti, kata2 Pak Pringgo sangat
‘keras’, dan men-cambuk hatiku untuk berbuat sesuatu untuk MUPI ini.
Pak Pringgo juga bercerita, betapa
almarhumah Ibu Tien Soeharto menyangi museum ini dan berpesan kepada Pak
Pringgo untuk jangan menebang pohon2 dan tanaman2 di sekeliling MUPI
ini. Jadi, boleh membangun MUPI tetapi tidak boleh menebang pohon2 dan
tanaman2? Hhmmmm ……
Aku kemudian melamun sambil dengar2an kata2 Pak Pringgo. Pikiranku pun melayang,
“Mungkinkah aku bisa membantu men-redesain MUPI ini?”
Toh aku tahu dan terakhir ke Museum
Prangko di Singapore, bahwa museum itu kecil, jauh lebih kecil dari
MUPI, tetapi aku khusus ‘menyendiri’ kesana 2 hari untuk mempelajari
serta mengamati prangko2 disana dan desain bangunan tua nan cantik itu.
Sehingga aku bisa melamunkan, bahwa MUPI ini BISA di desain lebih baik
untuk prangko2 Indonesia.
Anganku melayang, mataku memandang
sekeliling MUPI dan konsep redesain sudah terbentuk di kepalaku, ketika
aku tersetak! Aku dipanggil untuk menerima penghargaan sebagai ‘Sahabat
Museum’, di hari jadi MUPI ke-29 ini. Astagaaaaa, terima kasih Tuhan …..
Kami sebagai ‘Sahabat Museum (MUPI)’.
Dibacakan oleh Pak Rizal, pimpinan MUPI
sekarang, aku menerima penghargaan bersama dengan 2 Sahabat Museum yang
lain, salah satunya adalah Pak Luthfie, sahabat filateliku. Terima
kasih. Tetapi justru pemberian penghargaan sebagai Sahabat MUPI ini
merupakan sebuah impian baru-ku, bahwa aku ingin lebih berbuat yang
terbaik untuk MUPI dan filatelis2 Indonesia.
Aku ingin MUPI bisa menjadi
‘rumah’ bagi benda2 filateli dan aku ingin MUPI bisa menjadi ‘Heritage
Living Museum’, seperti kata Pak Pringgo tadi pagi.
***
Museum Prangko Indonesia di TMII sudah
berdiri sejak 29 tahun lalu. Sebuah umur yang tidak bisa dibilang
remaja, justru merupakan sebuah umur yang dewasa dan seharusnya sudah
mandiri. Tetapi seperti yang kita lihat, bahwa MUPI sangat ‘lamban’
untuk menambah koleksi, walau sudah banyak kegiatan2 di dalamnya.
Bangunan Jawa ( Joglo ) yang sangaat cantik, sayang jika kita tidak merawatnya ….
Secara arsitektural, bangunan MUPI ini
sangat nyaman. Di desain dengan bangunan Joglo dari Jawa Tengah dengan 2
bangunan tepi, sebenarnya sangat menarik dan cantik. Tetapi itu bisa
dipandang jaman 29 tahun lalu. Sekarangpun, sebenarnya bangunan itu
masih cantik, tetapi harus di renovasi. Dengan material2 lama dan kuno,
membuat bangunan ini harus di rehabilitasi. Misalnya, AC yang mati sejak
beberapa bulan lalu, sehingga jika kita di dalam bangunan, kita malas
berlama2 karena terlalu panas. Juga kelembabannya yang bisa membuat
prangko2 kita rusak. Sayang sekali …..
Sebagai arsitek, mataku cepat menangkap
bayang2 desain. Bahwa kita tidak perlu membangun bangunan baru, tetapi
kita merenovasi saja yang ada. Dengan sama sekali tidak merubah desain
eksterior yang ada. Semuanya di desain secara interior saja.
Memang kita harus mendiskusikan
semuanya. Lintas ilmu. Aku sebagai arsitek, mungkin bisa men-redesain.
‘Museumologi’ harus membuat konsep sebuah museum yang nyaman sesuai
dengan fungsinya. Dan berbagai macam ilmu dibutuhkan untuk membangun
sebuah museum yang nyaman, apik, serta menyenangkan …..
MUPI ssekarang ini memang bisa
memamerkan benda2 filateli Indonesia. Berbagai kegiatan sering diadakan
di MUPI, termasuk beberapa pameranku. Tetapi MUPI belum mampu untuk
membangun keriangan sebuah museum untuk keluarga. MUPI belum mampu untuk
menghidupkan benda2 filateli sebagai bagian dari asset bangsa. Bahwa
benda2 filateli Indonesia harus ‘tinggal’ di bumi Indonesia, bukan di
bumi yang lain.
Contoh dengan AC di MUPI yang sudah lama
mati,bisa membuat benda2 filateli kita disana mejadi rusak. Jadi,
memang mungkin alangkah baiknya benda2 filateli kita ‘menyewa rumah’ di
tempat lain, supaya tidak rusak …..
Tetapi, dengan beberapa sambutan tadi
pagi, tahun 2013 sepertinya akan menjadi ‘kebangitan’ MUPI. MUPI akan di
renovasi, MUPI akan di ‘permak’ sehingga benda2 filateli Indonesia akan
mendapat tempat yang layak sebagai asset bangsa.
Tetapi apapun yang ada, MUPI adalah
‘kecintaanku’. Sebagai filateli, aku dibesarkan di MUPI, ketika pertama
kali aku pameran dan berbicara di MUPI di depan 200 orang guru2 SMP
tahun 2011. MUPI adalah keinginanku untuk bertumbuh dan berkembang
sebagai filatelis. Walau aku baru bagai filatelis junior, aku sudah
merasakannya bahwa MUPI bisa menjadikan aku sebagai filatelis muda yang
lebih peduli dengan benda2 filateli Indonesia …..
Selamat Ulang Tahun yang ke-29, Museum
Prangko Indonesia TMII, semoga semakin berjaya, dan aku akan terus
membuat MUPI lebih bermakna untuk Indonesia …..
Salam filateli …..
Tags: filateli , hobi
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “‘Heritage Living Museum’ : Konsep Baru Museum Prangko Indonesia dalam Ulang Tahun ke-29”
Posting Komentar