Rabu, 18 Juli 2012
‘The Flyer, Singapore’: Roda Raksasa Terbesar di Dunia!
Rabu, 18 Juli 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti

Dokumen pribadi
Siapa yang tidak suka naik ‘bianglala?’. Aku sangat suka! Jangankan bianglala terbesar di dunia, bianglala di Taman Ria Senayan ( dulu, sekitar tahun 1998-an, sekarang sudah dibongkar ) dan bianglala di Dufan saja, aku excited sekali karena dengan berada di atas, membawa kamera, dulu aku bisa membuat foto2 amatir yang menjadi koleksiku, dan menjadi salah satu foto2 yang sangat aku suka! Apalagi jika membidik foto dengan sudut yang tidak terpikir, menjadikan foto di atas bianglala akan lebih menarik …..
Singapore mempunyai bianglala terbesar di dunia, paling tidak itu yang diucapkan salah satu negara terkecil di dunia, dengan 165 meter tingginya, lebih tinggi dariStar of Nanchang di China dan 30 meter lebih tingg dari London Eye di Inggris. Di tempat tertinggi roda raksasa Singapore ini, kita bisa melihat 3 negara sekaligus selayang pandangan, yaitu negara Malaysia ( Johor ), Singapore sendiri dan Indonesia ( Batam ). ‘The Flyer’ dibuka 2 Oktober 2007 dan mulai berputar 11 Februari 2008.
Dan sebelum kita memasuki ‘capsule’ itu, kita bisa melihat dan membaca sejaranya serta data2 fisiknya. ‘Capsule’ itu berdiameter 150 meter, terdiri dari 28 ‘capsule’ ber-AC yang masing2 dapat menampung sekitar 20 - 30 orang.
Dari berjalan2 di sekitar ‘Padang’ ( sebuah area yang menghubungkan antara Marina Square, Raffles City dan The Esplanade ) serta keluar masuk mall2 disana, sekitr jam 4 sore kami melihat peta Singapore untuk menuju ‘The Flyer’, bianglala terbesar di dunia itu.
Dengan di dorong di kursi rodaku oleh anak2ku bergantian dan mamaku di dorong oleh papaku, kami tertawa2 melewati berkilo2 meter sambil ngobrol. Melrwati beberapa lampu merah serta berfoto2 sambil bergembira. Kami sangat respek kepada warga Singapore yang sangat menghormati warga disabled dan senior ( orang tua ), apalagi kami sebagai wisatawan. Tidak merasakan panasnya matahari, karena pedestrian yang nyaman, pohon2 trembesi yang memayungi kami serta tanman2 cantik secantik bahagia kami dengan keluarga tercinta.
Sekitar 1 jam kemudian, kami sampai di ‘The Flyer’. Agak penuh dengan anak2 dan remaja, juga keluarga. Santai. Dan juga penuh dengan wisatawan asing, dari negara2 barat. Semua antri dengan tertib untuk membeli tiket. Harga tiket $30 per-orang dewasa. Tetapi karena melihat aku dan mamaku memakai kursi roda, kami berdua tidak dikenakan biaya, jadi $60 untuk 2 orang anak2ku dan $10 untuk warga senior ( papaku ). Lumayan …..
Itu pertama di ‘The Flyer’, kami mendapatkan dispensasi sebagai warga disabled. Yang kedua, ternyata kami berlima mendapat prioritas untuk didahulukan naik ramp dan masuk ke ‘capsule’ bianglala tersebut!. Ramp itu dibagi 2 dengan tiang2 dan pembatas. Sebelah kiri, untuk antrian warga normal dan sebelah kanan untuk antrian warga senior dan disabled, untuk kursi roda dengan keluarga / pengantarnya!
*Wah wah wah ….. Kapan ya Indonesia bisa seperti ini? Jangankan tempat khusus untuk kami, dengan berdesak2an pun, kami masih srring diperlakukan dan di ejek sebagai ‘orang cacat’ yang sering melukai hatiku …..*

Mamaku di dorong Dennis dan dibantu petugas untuk menaikki ‘capsul’ raksasa ….. Tidak ada satupun wwarga normal sebelum kami masuk ke ‘capsule’ itu.
Ternyata hanya kami sekeluarga yang memakai fasilitas itu. Dengan diantar oleh salah satu petugas ‘The Flyer’, hanya beberapa menit kami sudah sampai untuk masuk ke ‘capsule’ kami. Dan warga normal yang mengantri lebih dari 1 jam ( karena memang penuh sekali ), mereka terlihat wajar2 saja, ketika kami sudah bisa masuk ke ‘capsule’ kami. Aku yakin, mereka sudah dididik untuk menghormati warga senior dan disabled dan peraturanpun sudah demikian ada sejak ( mungkin ) mereka masih kecil …..
‘Capsule’ itu di bagi 2 jenis : ‘capsule’ reguler untuk 20 - 30 orang dan ’capsule’ yang hanya sebagai restauran, untuk 10 orang dengan meja dinnner yang besar ala ‘candlelight’, yang cantik dan romantis. Jika dalam ‘capsule’ reguler, kita keliling roda raksasa itu sekitar 30 menit. Jika ‘capsule’ ala restauran akan berputar selama 2 jam. Di capsule restauran itu, bisa memesan makanan paket dengan 1 orang sekitar $265. Jika hanya ingin berdua saja, manajemen juga menyedikan paket khusus dengan musik klasik ( biola dan piano ) dengsn harga yang lebih mahal lagi. Memang agak mahal, tetapi sensasinya akan sangat luar biasa! Bayangkan, makan berdua dengan orang yang kita cintai, di angkasa Singapore dengan ditemani pemusik klasik mengiringi makan kita lewat biola dan piano …..
*Hmmmm, hmmmm …. Kapan ya, aku bisa merasakan itu ??*


‘Capsule’ dengan 10 kursi restoran dan ‘capsule’ dengan dibagi 3 : masing2 dengan 2 tempat duduk. Biasanya, yang makan di ‘capsule’ ini, untuk makan malam, dengan makan malam yang romantis serta musik klasik yang juga romantis …..
Seharusnya, jika kita masuk ke ‘capsule’, tidak akan berhenti seperti kita naik bianglala di Dufan. Tetapi dengan 2 kursi roda, manajemen memberhentikan roda raksasa itu untuk kami masuk, didorong oleh petugas dan memastikan bahwa kami baik2 saja! Luar biasa! Pelayanan yang sangat2 luar biasa! Aku belum pernah dilayani di negaraku, seperti di Singapore! Bahkan jika aku ke mall di Jakarta, padahal petgas melihat aku memakai kursi roda dan anakku menorongnya, bahkan mereka jarang yang mau berbaik hati membantu kami ….
Setelah kursi roda kami masuk dan kami dipastikan baik2 saja, barulah warga normal masuk dengan tertib tanpa ‘menyentuh’ kami. Maksudnya, kami seakan2 mempunyai tempatk ‘khusus’ untuk aku dan mamaku bisa melakukan kegiatan kami ( mem-foto dan difoto ) dengan leluasa tanpa mereka mengganggu kami, secara gerakan kami memang sangat terbatas.


Suasana dalam ‘capsule’ reguler … semua orang sibuk ‘mematrikan’ pengalaman ini lewat kamera atau video …..


Dennis dan Michelle yang sibuk sekali ….. sementara aku juga ’sibuk’ mematrikan’ kenangan indah ini untuk mereka …..
Sangat excited, kami memandang Singapore yang sangat luar biasa! Singapore bagaikan New York, di area Manhattan yang merupakan hutan beton. Siang dan malam, Singapore memancarkan ‘cahaya’ negaranya dengan bangga. Dennis, yang memang mengikuti hobiku, memotret, dia lamgsung beraksi. Dengan memakai kamera DSLR nya, dia memotret bagian2 yang dia inginkan. Begitu juga aku, walau hanya memakai pocket camera biasa ( dengan zoom sampai 18x ), aku pun bisa leluasa memotret apa yang aku suka! Panorama dan skyline down Singapore, detail The Esplanade dari atas, hotel Marina Bay serta jembatan yang melingkar2nya dan The Scientific Museum dari atas yang sungguh sangat membuat darah arsitekturku bergelora untuk ingin mendesain lebih baik lagi!

‘Manhattan’ Singapore dari ‘The Flyer’ ….. sangat mengesankan …..


Marina Bay Hotel di teluk Singapore. Sebuah ‘kapal’ berada di puncak 3 menara hotel ….. Sungguh pemandangan yang asik …..


Juga dengan ‘Garden By the Bay’ ( lihat tulisanku ‘Garden By the Bay’: Ruang Hijau Baru yang Menakjubkan untuk Singapore ) yang spketakuler, sebuah mega proyek ambisius dari Singapore dan ternyata membuat Singapore semakin di pandang sebagai negara kecil tetapi sangat modern dan inovasi2nya tidak kalah dari negara2 maju, yang sudah jauh lebih dulu untuk merdeka …..


Pemandangan ‘Garden By the Bay’ dengan ‘Supertrees’nya dari ‘The Flyer’ …..
Yang terakhir, ternyata jalanan Singpore, bukan hanya jalan layangnya, jembatan2nya serta jalan bawah tanahnya ( terlihat jika kita meneropong dari atas, untuk masuk ke jalan bawah tanahnya ), sangat asik! Singapore tidak kalah dengan Jepang, sebuah negara yang terakhhir aku kesana, kota bawah tanahnya sudah 9 lapis. Hanya 3 tahun lalu aku ke Singapore, sekarang Singapore jauh lebih baik, berubah menjadi salah satu sebuah negara terkecil di dunia tetapi merupakan negara yang cantik dan sangat modern! Takjub aku melihatnya dari angkasa Singapore …..
Konsep ‘The Flyer’ sebenarnya merupakan mainan anak2. Tetapi ‘The Flyer’ Singapore menjadi salah satu icon Singapore dari 7 icon2 yang lainnya ( lihat tulisanku ‘Marina Bay Hotel, Singapore’ : Salah Satu Desain Terunik di Dunia ). Dan ‘The Flyer’ sudah membuat banyak orang ( termasuk aku ) terinspirasi untuk berbuat sesuatu bagi negaraku. Apa yang aku bisa berikan untuk negaraku? Mungkin aku akan terus berbuat yang terbaik dengan seluruh kemampuan dan talentaku. Dan dari yang terkecil, yaitu keluargaku, aku akan tetap berdiri sebagai warga Indonesia untuk terus mengasah kemampuanku dalam bekerja walau lewat keterbatasanku.
Jika sahabat mempunyai kesempatan untuk kesana, coba rasakan sensasinya, ‘terbang’ di angkasa Singapore untuk mengasah hati dan jiwa bagi apa yang kita inginkan dalam hidup kita. Sungguh, ‘The Flyer’ mampu menghadirkan itu dalam ruang hati dan jiwaku ……
Salam dari ‘The Flyer’, Singapore …..



Tentang Saya:

Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “ ‘The Flyer, Singapore’: Roda Raksasa Terbesar di Dunia!”
Posting Komentar