Selasa, 10 Juli 2012
Terjebak dalam Lift!
Selasa, 10 Juli 2012 by Christie Damayanti
By Christie Damayanti
Fasilitas disabled di Singapore memang luar biasa! Semua pedestrian, termasuk untuk disabled, sangat nyaman, seperti aku berjlan2 di sepanjang tempat di downtown, pun di pelosok2 Singapore, semua ‘nyambung’. Pedestriannya semuanya tersambung, besar2 ( antara 4 meter sampai 8 meter ) dengan semuanya berfasilitas ramp untuk kursi roda seperti yang aku lakukan, dan selalu terdapat fasilitas tempat duduk jika ingin beristirahat setelah berjalan jauh.
Jika di lingkungan CBD ( Central Bussiness Distrik ) dan lingkungan niaga dan shopping mall, hubungan antar ground floor sejajar dengan jalan dengan lantai di atas atau di bawahnya ( basement ) selalu di hubungkan dengan elevator ( lift ). Pun, di udara terbuka, bukan di dalam bangunan, seperti di seputar antara Suntec City, The Esplanade, Marina Square atau Raffles City, terdapat lift di tengah2 taman di Padang ( ‘Padang’ adalah nama tempat ).
Ini salah satu yang kami gunakan, sebuah lift dari The Esplanade menuju Raffles City, di Padang. Dan 2 lantai di bawah RTH ( Ruang Terbuka Hijau ) daerah Padang, kami menyusuri jalan2 basement dengan toko2 cantik, menuju Raffles City.
Lift dari The Esplanade ke basement, ada di RTH ini, di sebelah kanan bawah foto di atas ini …..
Setelah kami tiba di Raffles City dengan penunjuk arah yang jelas, kami mencari2 lift untuk keatas, 2 lantai menuju Ground Floor.
“Eh, koq susah ya mencari lift? Tumben …..”, pikirku.
Ternyata, karena memang lift itu benar2 diperuntukkan kepada kaum disabled ( biasanya orang2 sehat naik turun dengan eskalator ), tempatnya agak tersembunyi, dan dekat dengan parkir mobil. Lift itu kecil, hanya untuk 1 kursi roda dengan 1 yang mendorong, sehinngga satu demi satu, aku dan mamaku yang memang memakai kursi roda, naik ke atas melalui lift tersebut.
Konsep lift khusus disabled ini, memang berbeda. Pintunya seperti pintu kamar, bukan seperti pintu lift, dan mempunyai engsel, dan mempunyai jendela. Begitu aku dan didorong oleh papaku, aku melihat tombol2nya memang rendah, diperuntukkan oleh kaum disabled yang duduk di kursi roda. Beberapa diantaranya otomatis, hanya disentuh saja dan sensor pintunya lebih maju dan masuk lebih dalam, tidak seperti sensor pintu lift yang sejajar dengan pintu lift itu sendiri. Sehingga si pendorong harus hati2 untuk tidak mengenai sensor tersebut.
Kami, aku dan papaku, berjalan dengan aman via lift dan membuka pintu lift dengan nyaman. Lift tersebut, ‘menjemput’ mamaku dan anak2ku ke atas dan aku dan papaku menunggu di depan lift itu, di atas. Kebetulan, lift itu berseberangan dengan sebuah Chinese Restauran dan ada seorang satpam dan manajemen Raffles City.
Tunggu punya tunggu,
“Koq mereka tidak nongol2 ya? Koq lama sekali ya? Berapa lama sih, naik turun 2 lantai dengan kami yang hanya memakainya?”
Ada barangkali 10 menit kami menunggunya, dan papaku mulai tidak sabar untuk ‘menjemput’ merek lewat lift yang sama. Tombol ditekan, berkali2 ternyata tidak bisa, error kah? Pintu lift tersebut mempunyai jendela untuk bisa melihat di dalamnya, dan ternyata mama dan anak2ku sudah terlihat ada di dalam lift tersebut. Tetapi, toh pintunya tetap tidak bisa terbuka! Waau sudah ditekan tombol emergency. Cepat kami menympulkan bahwa pintu liftnya memang error!
Satpam sedang menuntun Dennis untuk membuka pintu lift, dengan bisa saling mendengarkan dan bisa saling melihat, sebelum berbondong2 petugas keamanan untuk membantu kami dari Raffles City ….. Papa membantu untuk menterjemahkan si satpam, jika Dennis tidak mengerti, dan aku hanya duduk diam saja tidak bisa menolong ….. :(
Papaku bisa berkomunikasi dengan Dennis
di dalam lift dan ternyata memang pintunya tidak bisa dibuka! Error!
Cepat papaku langsung mencari satpam, yang memang sedang berada di depan
kami. Satpam tersebut langsung menghubungi petugas keamanan, etika dia
juga tidak bisa membuka pintu tersebut. Untung, anak2ku tidak panik,
juga mamaku. Mereka justru tertawa2 sambil menunggu apa yang akan
terjadi. Ketakutanku adalah, bagaimana jika lift kecil tersebut ternyata
‘terjun?’. Begitu juga mamaku dengan pikiran yang sama. Hehehe ……
kebanyakan nonton film …..
Sekitar beberapa menit kemudian, beberapa petugas keamanan manajemen Raffles City berbondong2 datang untuk terus berusaha menuntun Dennis membuka pintu lift tersebut. Bolak balik, tidak bisa terbuka. Dan tiba2 entah mengapa, seorang petugas mencoba untuk membukanya, ternyata pintu tersebut terbuka …….
Akhirnya, pintu lift itu terbukalah!
Michelee keluar lebih dulu dan Dennis mendorong mamaku keluar lift
serta disaksikan oleh semua petugas keamanan …..
Mamaku sudah di luar lift, dan
manajemen Raffles City meminta maaf tentang kejadia tersebut, sambil
menerangkan mengapa bisa terjadi demikian …..
Orang2 disekitar kami, beberapa ingi tahu, walau tidak sepeeti di Indonesia yang selalu ingin tahu. Mereka percaya bahwa petugas mall tersebut akan melakukan yang terbaik. Lalu lakng orang2 sekitar itu, tetap tidak mengalami ’stuck’, walau kami berlima sedikit menghambat jalankarena 2 kursi roda dan 3 orang sehat berkerumun di antara beberapa petugas keamanan Raffles City.
Wawww …… lega kami sekarang! Mamaku dibantu keluar dari lift tersebut oleh beberapa petugas, dan anak2ku tertawa2 lega, termasuk aku. Papaku juga terliha lega. Setelah keluar, petugas keamanan memberikan sedikit kesimpulan, bahwa kemungkinan liftnya memang agak tersendatv dan error, ketika mamaku cerita bahwa lift tersebut memang bebearpa ‘mandeg’ sebelum meluncur naik. Juga, kemungkinan sensor pintu tersebut memang error ( rusak ). Mungkin memang katanya lfyt tersebut sudah lama tidak dipergunakan, dan belum di tera dan di maintenance ulang karena memang belum waktunya.
Masih beruntung, pintu lift tersebut bukan pintu lift biasa. Pintu lift itu adalah pintu biasa sseperti pintu kamar dengan jendela dan bisa berhubungan dengan orang2 yang berada di dalam lift, sehingga paling tidak kita bisa melihat keadaan orang di dalam lift dan orang2 yang didalam, juga bisa melihat keluar. Karena jika tidak terlihat, di dalam lift akan seperti depresi karena ada di sebuah tempat kecil, tertutup, dan tidak tahu apa yang terjadi.
Aku mencari tahu, tentang sebuah lift kecil. Biasanya list kecil ini, ada di sebuah rumah2 yang terdapat ‘disabled person’ atau di apartemen 4 lantai di Eropa dan Amerika. Ke semuanya memang memakai pintu seperti pintu biasa. Konsepnya adalah, supaya tidak seperti lift ( seperti pintu kamar biasa ) dan memang bisa melihat keluar karena lift itu kecil, sehingga konsep ‘tidak berada di ruang kecil yang tertutup rapat’ bisa dihindari. Apalagi ‘disabled person’ biasanya, lebih cepat panik dibanding dengan orang2 sehat biasa …..
Hehehe, jujur, kami belum pernah mempunyai pengalaman ‘terjebak dari lift’ seperti ini, di sebuah negara maju. Tetapi, dengan mengetahui alasan mengapa lift tersebut memang error, aku sangat tahu bahwa lift adalah juga buatan manusia. Dan manusia bukanlah Tuhan. Semua buatan manusia pasti mempunyai sisi positif dan sisi negatifnya. Walaupun si pencipta dan si pembuat, berusaha sebaik2nya untuk membuatnya, tetapi ‘human error’ dan kesalahan konsep adalah hal yang manusiawi. Dan itu yang menjadikan buatan Tuhan adalah yang terbaik bagi kita umat manusia, bukan buatan manusia itu sendiri …..
“Terjebak dalam lift? Ga lagi aaahhh ……”
Salam dari Singapore …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Terjebak dalam Lift!”
Posting Komentar