Senin, 11 Juni 2012
‘Never Give Up’
Senin, 11 Juni 2012 by Christie Damayanti
REP | 11 June 2012 | 21:07 Dibaca: 212 Komentar: 1 4
By Christie Damayanti
Hari Minggu tanggal 10 Juni 2012, memang salah satu hari yang membahagiakan buatku. Setelah paginya di GKJ Eben Haezer ( lihat tulisanku Respon Antusias Orang Tua tentang ‘Internet Sehat’ di GKJ Eben Haezer ) melihat antusias orang tua tentang program2 IDKita Kompasiana, sore harinya aku diminta untuk bersaksi di GKI Samanhudi, sebagai penderita pasca stroke selama 2,5 tahun. Aku diminta sejak 1 bulan lalu, oleh salah satu sahabatku yang terbaik, Bu Fianty di komunitas pekerjaanku ssebagai arsitek.
Bu Fianty memang salah satu sahabta terbaik, ketika sejak pertama aku mengenalnya. Pernah kakiku patah di proyek beliau ( lihat tulisanku Bisakah ‘Patah Kaki’ku Membuat Aku Menyerah? ), dan beliau sangat perhatian dan selalu mendukungku ketika aku terserang stroke 2,5 tahun lalu. Kami sering meeting bersama untuk membicarakan proyek2 kami, bukan hanya di pryek tetapi juga dalam meeting dengan semua tim proyek dalam naungan perusahaan dimana kami bekerja.
Kebaktian di GKI Samanhudi Pasar Baru akan dimulai jam 6.00 sore, tetapi karena takut macet, aku yang ditemani oleh mamaku dan Michelle, dan salah seorang sahabat baukku dalam komunias yang lain, bu Fifinella, sudah berada disana sejak jam 5.30, sambil melihat latihan paduan suara yang dipimpin oleh bu Fianty. Beliau ternyata sangat aktif dalam bergereja dan juga memimpin paduan suara yang kompak dengan lagu2 rohani yang bisa membuat hati kami merasa dalam dalam kesesakan …..
Bu Fianty memimpin paduan suara Gereja
Tema kebaktian minggu ini di GKI Samanhudi adalah ‘Never Give Up’, dimana Tuhan memang memberikan setiap orang untuk tetap bertahan dalam kesesakan, tetapi Tuhan ingin kita semua terus berjuang, bagaimanapun caranya dan apapun permasalahannya, tetapi itu harus tetapi diperjuangkan, dan ‘Jangan Menyerah’ ( lihat tulisanku Jangan Pernah Menyerah : Konsep Diri ).
Ketika asa melanda, sebagai mausia biasa aku tetap merasakan duka yang dalam bahwa aku adalah seorang yang tidak sempurna dengan keterbatasan2ku sebagai wanita disabled. Tetapi dengan adanya Tuhan di dalam hati dan pikiranku, seketika itu juga aku merasakan uluran kasih Tuhan sehingga aku boleh diberkati dalam keterbatasanku …..
Dalam tulisan2ku sebelumnya, Tuhan tidak melihat aku setebagai wanita yang cacat karena stroke, dan Tuhan membuat aku sait seperti ini. Tetapi Tuhan juga membuat aku bisa bertahan dalam keterbatasanku. Aku tidak pernah ’sendiri’ dalam hidupku. Ketika aku dilanda ketakutan dan kecemasan karena aku tidak bisa melakukan apapun yang aku inginkan, Tuhan membuat aku bisa melakukan sesuatu, yang tidak pernah ada di pikiranku sebelum aku sakit. Dan Tuhan membawa aku lebih jauh lagi, terbang lebih tinggi lagi, untuk mencapai mimpi2ku, di bawah naungan dan kepakan sayap Tuhan …..
Sebelum aku sakit, siapa yang mengira aku bisa menulis? Siapa yang tahu bahwa aku bisa memberdayakan koleksiku sebagai benda2 berharga? Dan siapa yang bisa percaya aku bisa tetap bekerja dengan baik untuk penghidupanku ssebagai orang tua tunggal dengan 2 anak ABG? Tetapi, ternyata semuanya diberikan dari Tuhan Yesusku, walau aku hanya melakukan dalam keterbatasan ……
sungguh ajaib Tuhanku …… sungguh luar biasa, membuat aku tetap mempunyai kepecayaan yang sangat kuat bahwa aku akan disembuhkan NYA oleh urapan tangan kasih NYA ….. sungguh mengagumkan ketika aku tetapi boleh percaya bahwa aku tetap menjadi seorang wanita biasa dengan ‘kekuatan hati’ yang luar biasa lewat hembusan kasih Tuhanku …..
Dalam kebaktian sore itu, aku mendapat pencerahan baru bahwa masih banyak orang yang peduli dengan keterbatasanku. Aku dituntun oleh bu Fianty untuk bersaksi di mimbar, dan aku melihat semua orang melihatku dengan ingin tahu, tanpa aku melihat ‘pelecehan’ yang aku sering jumpai di tempat2 lain.
Dengan terbata2, aku menceritakan peristiwa yang hampir membuat aku mati, ketika pembuluh darak otak kiriku pecah dan membuat otak kiriku terendam darah sebesar sekitar 20% dan seara medis sebenarnya aku tidak bisa ‘bangun’ lagi, yang mungkin bisa hanya duduk di kursi roda dan tidak bisa bekerja lagi karena otakku sudah cacat. Dan ketika aku tahu tentang itupun, aku tetap tercaya bahwa Tuhan akan menyembuhkan aku, walau aku tahu, bahwa ‘waktu Tuhan’ sama sekali berbeda dengan ‘waktu kita’ sebagai manusia …..
Tidak seperti biasa dalam berkesaksian, aku tidak pernah menangis. Ya, aku tidak pernah menangis dalam sakitku, tetapi entah mengapa, kesaksianku sore itu, membuat aku cengeng dan tidak dapat melanjutkan bicaraku karena tangisku mencekat tenggorokanku ….. Tiba2 aku melihat cahaya Tuhan turun di kebaktian itu, aku melihat sinar terang, entah apa itu …..
Bu Fianty menjemputku turun dari mimbar, dan bu Fifi memelukku dan memegang tanganku sambil duduk berdempet2an. Suasana berubah agak sendu walau hanya sebentar. Kupikir, aku menangis bukan karena sedih dan di hatiku memang sama sekali bukankarena sedih. Tetapi aku hanya merasa heran, mengapa aku menangis? Apa yang terjadi? Aku tidak tahu …..
Setelah kesaksianku, Pendeta Calvin mulai berkotbah dengan tema ‘Jangan Menyerah’. Aku dipakai sebagai contoh bahwa walau dengan keterbatasan2ku seperti ini, aku tetap percaya bahwa Tuhan akan menyembuhkan aku …..
Hampir 2 jam kami ada di dalam Gereja ini, dengan kedamaian yang tiada tara. Aku dipeluk sahabat baikku di sisi kiriku, dan ditemani mamaku dan anakku, Michelle dan sahabat baikku yang lain ada di belakangku ….. sungguh, aku merasakan persahabatan yang tulus dalam nama Tuhan …..
Sekitar jam 8.00 malam lebih, kami sudah ada di dalam mobil, setelah kami menyalami bannyak jemaat yang lain, serta sedikit berbincang dengan Pendeta Calvin disana. Dan dengan penuh rasa syukur, serta rasa damai yang menggigit, kami melambaikan tangan untuk kembali lagi ke rumah, setelah 2 jam kami bersama.
Terima kasih bu Fianty untuk mengundangku dalam kesaksianku. Terima kasih bu Fifi untuk menemaniku dalam kebaktian sore itu, dan terima kasih atas terus mencintaiku sebagai anak dan sebagai mama untuk mamaku dan anakku …..
Aku dengan bu Fianty sebelah kananku dan bu Fifi sebelah kiriku.
Tuhan berkati …..
Tentang Saya:
Christie Damayanti. Just a stroke survivor and cancer survivor, architect, 'urban and city planner', traveller, also as Jesus's belonging. Follow me on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “ ‘Never Give Up’”
Posting Komentar